Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari gugusan kepulauan. Jika dihitung, pulau di Indonesia jumlahnya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Beberapa pulau di Indonesia ini sudah dihuni oleh manusia, sedangkan yang lainnya ada yang sama sekali belum terjamah.
Selain memiliki banyak pulau, penduduk Indonesia juga terdiri dari beragam suku. Suku-suku ini memiliki perbedaan bahasa dan budaya sesuai dengan tempat tinggal mereka. Namun kalau dilihat dari segi fisik, penduduk Indonesia memiliki ciri yang umum, yaitu tubuh kecil, rambut hitam, kulit sawo matang, dan iris mata berwarna hitam atau coklat.
Namun, pada tahun 2016 ini ada sebuah penemuan mengejutkan mengenai rumpun bangsa Indonesia. Di sebuah desa di Sulawesi Tenggara terdapat penduduk yang memiliki ciri fisik berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya. Mereka lebih mirip dengan rumpun kaukasian eropa, yaitu memiliki iris mata berwarna biru.
Keberadaan suku Indonesia bermata biru ini terkuak oleh seorang peneliti bernama La Ode Yusrie. Ia yang sejatinya akan meneliti tentang benteng-benteng di Siompu berubah haluan ketika mendengar kabar adanya suku Indonesia yang bermata biru dari seorang pedagang. Awalnya ia menganggap berita tersebut hoax, tapi rasa penasaran menuntunnya hingga sampai di Desa Kaimbulawa yang jauh dari Kecamatan Siompu Timur.
Kemudian pemimpin Portugis menikahi gadis keturunan bangsawan bernama Waindawula. Ia adalah keturunan dari La Laja, bangsawan Wolio. Salah satu keturunannya La Ode Ntaru Lakina Liya (Raja Liya) yang berkuasa pada tahun 1928 memiliki perawakan seperti bangsa Eropa.
Desa Kaimbulawa sendiri dihuni oleh sebanyak 20 KK. Namun, hanya 10 orang saja yang memiliki mata biru termasuk Dala dan anaknya. Sisanya hanya memiliki perawakan mirip dengan orang Eropa, berambut pirang dan berkulit putih, tapi tak memiliki iris mata berwarna biru.
Selain Lingon, di kawasan Lamno Jaya, Aceh juga terdapat masyarakat bermata biru. Mereka juga berbagi kesamaan ciri-ciri ras kaukasoid lainnya, yaitu berkulit putih, tinggi, dan pirang.
Dari beragamnya ciri fisik manusia tersebut, kita bisa belajar satu hal, yaitu perbedaan adalah hal yang menarik. Dengan adanya perbedaan, seharusnya kita dapat saling memahami dan menikmati keindahannya. Bukannya malah saling mencaci dan menebar kebencian. Setuju nggak?
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…
Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…
Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…