in

Bagus Muljadi, Profesor Termuda di Inggris yang Dulunya Telat Lulus Plus IPK Hanya Dua Koma

Saat mendengar kata kuliah atau mengajar di luar negeri, yang terpikir di benak kita tentulah seorang yang jenius dan pintar bahasa Inggris. Tentulah, mereka yang bisa kuliah di negeri orang sudah punya bekal berupa nilai akademik yang bagus, IPK-nya di atas 3,00 pastinya dong.

Namun, ternyata cerdas saja tak menjamin kamu bisa sukses, guys. Benarlah kata-kata bijak yang mengatakan bahwa sifat sungguh-sungguh dan serius serta tekad yang kuat bisa mengalahkan orang yang cerdas sekalipun. Contohnya, sosok Bagus Putra Muljadi, yang menjadi peneliti di salah satu Universitas ternama di Inggris, Nottingham University. Padahal dulu ketika kuliah ia adalah sosok yang sangat biasa saja. Bagaimana perjuangannya? Yuk, simak dalam ulasan Boombastis.com berikut ini.

Kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus dengan nilai yang terbilang kecil

Bagus Muljadi [sumber gambar]
ditempuh Bagus di Institut Teknik Bandung (ITB) pada tahun 2001 jurusan Teknik Mesin. Selama studi S1 ini, dirinya bukanlah sosok yang menonjol di kelas. Hal tersebut terbukti dari hasil IPK-nya yang hanya 2,69 saat lulus kuliah. Bahkan, selama sekolah pun nilai rapor Bagus banyak yang merah. Saat teman-teman kuliah lain lulus tepat waktu dengan nilai yang bagus. Ia menempuh masa kuliah selama 5 tahun lamanya. Kalau mau dilihat dari masa lalunya, rasanya hal yang sangat sulit sekali jika akhirnya ia punya karier yang bagus di bidang akademik.

Nekat melajutkan kuliah dengan biaya sendiri

Melanjtkan s2 dan s3 di NTU [sumber gambar]
Setelah lulus di tahun 2006 dari ITB, Bagus melanjutkan kembali kuliah S2 dan S3 di National Taiwan University (NTU) dengan jurusan Mekanika Terapan. Nilai yang B aja membuat Bagus sulit mendapatkan beasiswa. Makanya, ia rela berjuang sendiri membiayai kuliahnya ketika itu. Dengan berbekal tekad yang sungguh-sungguh, Bagus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya selama menempuh pendidikan di Taiwan. Ia bahkan pernah menjadi sales pompa. Yang jelas, beradaptasi dengan berbagai macam budaya orang yang berbeda dengan tanah air terasa susah pada awalnya.

Selalu semangat untuk menuntut ilmu

Tak lelah menuntut ilmu [sumber gambar]
Setelah mendapatkan gelar Doktor pada tahun 2012, untuk mencukupi kebutuhannya selama menempuh pendidikan S2 dan S3. Hanya saja, uniknya Bagus tak mengambil satu cabang disiplin ilmu alias non-linier (lintas disiplin). Adapun jurusan yang ia ambil adalah teknik mesin, lalu mekanika terapan, matematika, sampai ilmu bumi. Banyak orang yang heran mengapa Bagus memutuskan untuk memilih jurusan tersebut. Namun, ternyata ada alasan di balik keputusan itu, salah satunya karena zaman sekarang, kebanyakan masalah sulit dipecahkan dengan satu bidang saja, melainkan melibatkan berbagai latar belakang keilmuan.

Menjadi asisten profesor di jurusan Chemical and Environmental Engineering di University of Nottingham

Asisten proffesor di Inggris [sumber gambar]
Melansir dari Hipwee.com, setelah setelah selesai post-doctoral di Prancis, selanjutnya Bagus menjadi asisten peneliti di Imperial College London. Saat ini, Bagus menjadi asisten profesor sekaligus dosen termuda di departemen Kimia dan Teknik Lingkungan Nottingham University. Menurut Bagus, ada banyak kok ilmuwan dalam negeri yang kariernya enggak kalah cemerlang seperti mereka yang menuntut ilmu di luar negeri. Saat dirinya diwawancarai oleh Metro TV, Bagus juga memberikan semangat kepada mahasiswa yang kuliah di luar negeri namun nilainya enggak begitu cemerlang.

BACA JUGA: 3 Orang Pintar Indonesia di Usia Muda yang Keberadaannya Disegani Dunia Internasional

Bagi seorang Bagus, pantang menyerah dan usaha keras sungguh-sungguh adalah kunci yang sesungguhnya untuk bisa sukses di bidang akademik. Jadi, buat kamu yang nilainya enggak bagus-bagus amat enggak usah putus asa dulu ya, karena kamu juga bisa kok kuliah di luar negeri. Asalkan mau pasti ada jalan.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Kisah Haru di Kerusuhan Wamena: Diselamatkan Warga Papua Hingga Berhasil Lolos dari Maut

5 Fakta Para Anggota DPR dan DPD yang Dapat Tabungan Pensiun Rp 7,5 Miliar