in

Jadi Biang Kerok Kegagalan Timnas, Inilah Dosa-dosa Shaun Evans yang Tak Terampuni

Beberapa hari ini Shaun Evans menjadi nama wasit yang terus jadi pergunjingan oleh para suporter Timnas di tanah air. Kontroversi yang ia ciptakan di pertandingan Timnas Vs Uni Emirat Arab berapa hari lalu menjadi penyebabnya. Pengadil lapangan asal Australia membuat keputusan-keputusan yang bisa dibilang merugikan. Bahkan banyak kalangan menuduh, lantaran hal tersebut Indonesia gagal lolos ke babak selanjutnya Asian Games 2018.

Bila kita melihat kiprahnya selama ini di dunia pengadil lapangan, Tim Merah Putih bukanlah korban satu-satunya dari kebijakan merugikan wasit berperawakan besar tersebut. Pria asal Australia sebelumnya juga sempat membuat banyak klub atau Timnas meradang dengan keputusannya di atas lapangan. Seperti apakah dosa-dosa pernah dibuatnya? Yuk, simak ulasan ini untuk membongkarnya.

Kerap memberikan hukuman ringan untuk pelanggaran keras

Shaun Evan berlaga di kompetisi Australia [Sumber Gambar]
Sudah menjadi wewenang wasit apabila melihat pelanggaran keras mereka menjatuhkan hukuman berat. Seperti memberikan kartu merah atau mengusirnya dari atas lapangan. Tapi, hal tersebut tidaklah berlaku jika pemimpin pertandingannya adalah Shaun Evans. Pria berperawakan tinggi besar ini, kerap sekali mengambil keputusan yang tidak tepat terhadap sebuah aksi brutal pemain. Shaun Evans hanya akan memberikan hukuman kartu kuning terhadap tindakan-tindakan yang sebenarnya berpotensi merusak karier pesepakbola. Seperti salah kasusnya, ketika ia hanya memberikan kartu kuning terhadap aksi keras Jack Clisby yang mencederai pemain Adelaide United di Liga Australia.

Menganulir gol pemain Persib ke gawang Persija di kompetisi Indonesia

Memimpin laga Persib Bandung [Sumber Gambar]
Selain di kompetisi Australia, pengadil lapangan satu ini juga pernah membuat aksi kontroversial di sepak bola Indonesia. Dipercaya memimpin laga panas Persija vs Persib tahun 2017 lalu, ia membuat keputusan yang merugikan klub Maung Bandung. Ketika itu ia menganulir gol yang disarangkan oleh pemain Persib yakni Ezechiel n’Douassel. Padahal bila melihat tayangan ulang bola bersarang ke gawang tim ibukota tersebut benar-benar sah gol. Namun ia berdalil bola sepakan punggawa tim asal Jawa Barat tersebut belum melewati garis gawang. Parahnya, berkat hal tersebut Persib Bandung harus pulang dengan kekalahan 1-0.

Menjatuhi Timnas hukuman penalti di babak 16 besar Asian Games

Memimpin Laga Timnas [Sumber Gambar]
Dari banyak kontroversi yang diperbuat kala menjadi pengadil lapangan, dosa Shaun Evans saat memimpin pertandingan Timnas di babak 16 besar Asian Games 2018 adalah yang paling tak terampuni. Kala itu di awal dan akhir babak pertama, ia begitu tega menjatuhi Timnas dengan hukuman penalti, padahal bila kita melihat tayangan ulang tidak ada sedikit pun pelanggaran keras yang dilakukan oleh punggawa Timnas. Keputusan konyol tersebut akhirnya menjadi sebuah batu besar yang sukses menjegal langkah Timnas untuk bisa lolos ke babak selanjutnya. Kendati dalam kenyataan skuad Garuda kalah berkat adu penalti, namun bila tidak ada hal tersebut rasanya Timnas sudah dipastikan menang di akhir laga.

Mengeluarkan Bima Sakti kala melakukan selebrasi gol

Menghukum Bima Sakti [Sumber Gambar]
Selama memimpin 69 laga A-League Shaun Evans bisa dilabeli sebagai seorang pengadil lapangan yang loyal sekali memberikan kartu. Melansir laman Tirto.id, ia sudah mengeluarkan 275 kartu, terdiri dari 268 kartu kuning dan 7 kali kartu merah. Dengan catatan tersebut tidak salah apabila saat pertandingan Timnas kemarin, si pria Australia juga tak segan mengeluarkan asisten pelatih Tim Merah Putih. Seperti yang dialami oleh mantan pemain Persema Malang sekaligus asisten pelatih timnas Bima Sakti yang diusir keluar dari bech pemain. Alasannya sendiri lantaran ia diduga melakukan pembantingan botol. Padahal dalam klarifikasinya Bima hanya melupakan kegembiraannya lantaran gol di menit akhir yang dibuat pemain Timnas.

Melihat kejadian tersebut, rasanya sangat pantas bila Shaun Evans untuk sementara diberhentikan dari jabatannya sebagai wasit. Supaya dirinya bisa introspeksi diri dengan tindakan kontroversi yang kerap dilakukannya. Pasalnya bila terus melakukan kesalahan akan banyak lagi kesebelasan yang dirugikan. Dan satu lagi, kalah menang adalah hal biasa, namun bila takluk lantaran ulah wasit, pastinya rasa sakit yang dirasakan akan lebih terasa.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

Gelombang Panas Sering Menyerang Beberapa Daerah di Dunia, Apa Sih Penyebabnya?

Pro Kontra Rumah Penampungan Bayi Hasil Hubungan Gelap, daripada Dibunuh atau Dibuang