Ayahnya memutuskan untuk menemani Xin Lei di calon “tempat peristirahatannya”
Terbelenggu rasa putus asa dan kesedihan yang mendalam, maka di benak mereka muncul sebuah gagasan yang mungkin saja dianggap gila oleh sebagian orang. Ayahnya menggali sepetak tanah untuk kemudian menjadi “wahana bermain” Xin Lei. Setiap harinya, sang ayah membawa Xin Lei ke tempat ini untuk menemaninya.
Tak ada niatan buruk sama sekali. Mereka sudah benar-benar tak tahu lagi mesti berbuat apa. Semua tabungan telah habis. Utang mereka pun masih menumpuk dan menunggu untuk dilunasi. Mereka hanya ingin agar Xin Lei terbiasa dengan tempat sempit ini dan berani menghadapi jika sewaktu-waktu Tuhan menjemput dirinya.