Hari ini adalah tepat setahun terjadinya ledakan luar biasa besar di Beirut. Sebagai pengingat, ledakan tersebut terjadi pada tanggal 4 Agustus 2020. Dalam peristiwa tersebut, setidaknya ada 200 orang meninggal dan setidaknya 6500 orang terluka. Kerugian diperkirakan mencapai mencapai $10–15 miliar atau setara dengan Rp146-219 triliun. Lebih dari 300.000 orang kehilangan tempat tinggal karena insiden tersebut.
Ledakan itu sendiri berkaitan dengan bahan amonium nitrat besar yang disita oleh pemerintah dari kapal MV Rhosus. Hal ini kemudian terbengkalai dan disimpan di pelabuhan tanpa tindakan pengamanan selama empat tahun terakhir. Waktu boleh jadi berlalu, namun ternyata hingga kini masyarakatnya terdampak belum berhasil bangkit lagi. Berikut ini adalah kondisi warga terdampak ledakan setelah setahun berlalu.
Setahun pasca insiden tragis tersebut, jutaan orang hidup dalam kemisikinan. Bahkan setelah setahun berlalu, masyarakat di sana masih belum bisa benar-benar bangkit. World Food Programme (WFP) sempat mengatakan jika pihak mereka meningkatkan bantuan juga uang tunai bagi 1,4 juta warga Lebanon yang terdampak akibat ledakan. Terlebih pandemi Covid-19 yang masih belum bisa diatasi, membuat masyarakat makin kesulitan masalah pangan hingga obat-obatan. Bahkan untuk menyewa tempat tinggal, mereka makin kesulitan.
PPB melaporkan jika sekitar 34 persen anak masih mengalami trauma akibat kejadian nahas setahun lalu. Pada bulan Juli lalu, sempat dilakukan survei terhadap 1.200 keluarga dan begitu banyak anak yang menunjukkan gejala tekanan psikologi. Sementara orang dewasa, angkanya mencapai 45,6 persen. Tak sampai di sana, penderitaan masyarakat Lebanon juga dibuktikan oleh Bank Dunia yang mengatakan jika krisis ekonomi di Lebanon merupakan salah satu yang terburuk di dunia.
Mirisnya, setelah setahun kejadian tersebut, belum ada yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Ledakan itu disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan, dengan sepengetahuan segelintir pejabat politik senior, peradilan, bea cukai, dan keamanan. Namun publik sama sekali tidak mengetahui hal itu.
Setahun setelah insiden, belum ada yang memberikan penjelasan bagaimana amonium nitrat menyala atau mengapa ada di sana. Tidak ada yang bertanggung jawab menjaga kargo, meski lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Tidak ada keadilan, tidak ada jawaban, dan itu membuat duka masyarakat makin mendalam.
Setahun setelah terjadinya ledakan, sebuah monumen terbuat dari serpihan ledakan dibuat di lokasi ledakan. Namun monumen tersebut justru menuai kemarahan para warga. Hal itu karena mereka percaya jika keadilan harus didahulukan ketimbang mendirikan sebuah monumen untuk peringatan.
Karya seni yang disebut The Gesture tersebut ternyata karya salah satu arsitek Lebanon, Nidam Karam. Ia sendiri mengaku jika karya tersebut hanya untuk memberikan penghormatan pada para keluarga korba. Dana untuk mendanainya sendiri berasal dari perusahaan swasta.
BACA JUGA: Geger Ledakan Dahsyat yang Guncang Lebanon, Dikatakan Mirip dengan Meletusnya Bom Hiroshima
Itulah sedikit ulasan tentang kondisi miris masyarakat Lebanon setelah ledakan Beirut setahun lalu. Waktu mungkin sudah berlalu, namun luka mereka terasa masih baru. Semoga warga Lebanon segera mendapat keadilan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…