Bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terus terjadi selama beberapa waktu silam, banyak menyisakan cerita haru di dalamnya. Salah satunya terjadi pada Afni Fastabiqul Strata Utama, seorang relawan Palang Merah Indonesia (PMI). Ia dinyatakan meninggal dunia dalam tugas kemanusiaan yang ia lakukan.
Alhasil, kematian Tata (sapaan akrab Afni), menjadi kali kedua bagi PMI kehilangan relawannya yang tengah bertugas dalam operasi tanggap darurat gempa Lombok. Selain Afni, relawan lainnya yang meregang nyawa adalah Zulhadi. Ia gugur saat membantu korban di tengah terjadinya gempa susulan dengan kekuatan 6,2 SR yang kembali mengguncang. Kisah haru Afni pun menambah daftar mereka yang kehilangan nyawa saat bencana itu terjadi.
Ditemukan tak bernyawa saat tidur
Menurut Sukri selaku Koordinator Tim WASH PMI, Afni sempat dibangunkan rekan-rekan lainnya untuk sarapan saat berada di amp WASH PMI di Dusun Lokorangan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara pada Jum’at pukul 06.15 Wita. Karena tak kunjung bangun, teman-temannya yang lain menghampiri dirinya pada pukul 07.19 Wita. Sayang, Afni tak juga merespok ajakan tersebut.
“Kami terbiasa setiap pagi saling membangunkan teman-teman untuk sarapan, bersih-bersih, dan bersiap untuk bertugas. Saat dibangunkan, Tata saat itu masih sadar, tetapi ia kembali tidur. Saya pikir mungkin dia masih butuh tidur karena toh hari masih pagi,” ujar Sukri yang dilansir dari regional.kompas.com.
Resmi dinyatakan meninggal oleh dokter
Karena tak ada respon, Tim WASH kemudian berinisiatif memanggil ambulan untuk mengecek kondisi Afni. Tak lama, ia pun diangkut menuju Puskesmas Gangga, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Selama perjalanan, tim medis sempat melakukan pijat jantung dan mengecek respon yang diberikan. Setelah diperiksa ulang oleh Dokter Puskesmas, Afni resmi dinyatakan meninggal pada pukul 07.30 Wita.
Kelelahan diduga menjadi penyebab utama
Karena cakupan wilayah tugasnya yang luas, kematian Afni pun diduga akibat efek kelelahan setelah melakukan dropping air bersih ke sejumlah titik pengungsian di Lombok Utara. Terlebih, pekerjaannnya sebagai Tim WASH yang memiliki ritme waktu kerja yang sangat padat, mengharuskan Tata tetap siaga jika suatu saat dibutuhkan. Karena tingginya volume tersebut, ia terkadang sampai lupa dengan waktu dan kondisi fisiknya.
“Almarhum ini adalah relawan sejati. Kalau menurut kami, dia telah melakukan tugas dengan sungguh-sungguh sebagai relawan, tanpa mengenal waktu, pagi,siang,sore dan malam terus bekerja,” ungkap Ridwan.
Sosok yang kerap mengantarkan air bersih pada warga
Sejak 18 Agustus 2018, Tata yang tergabung sebagai relawan PMI, ditempatkan dalam Tim Water Sanitation Hygiene (WASH) dengan masa tugas satu bulan di Lombok. Ia dan rekan-rekannya yang lain, bertugas mengantarkan air bersih kepada warga korban gempa dengan menumpang kendaraan tangki PMI di wilayah Lombok Utara. Selama bencana terjadi, banyak warga yang kekurangan sarana air bersih. Keberadaan Afni dan relawan lainnya tentu sangat dinanti-nantikan.
“Almarhum ini adalah relawan sejati. Kalau menurut kami, dia telah melakukan tugas dengan sungguh-sungguh sebagai relawan, tanpa mengenal waktu, pagi,siang,sore dan malam terus bekerja,” ungkap Ridwan Hidayat, Ketua PMI NTB yang dilansir dari regional.kompas.com.
Bencana gempa Bumi yang terjadi di Lombok, memang meninggalkan banyak kisah pedih bagi kita semua. Seperti relawan PMI di atas, kisah kematiannya membuka mata dan hati kita tentang kondisi sesungguhnya yang dialami warga Lombok. Perjuangannya yang tak kenal lelah demi dan berjuang ikhlas demi sesama, menjadi poin penting yang bisa kita teladani. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa ya Sahabat Boombastis.