Bisa dibilang tanpa jasa seorang Sultan Agung, maka Mataram takkan sehebat seperti yang pernah kita baca di buku. Di masanya, Mataram berhasil menjadi kesultanan terbesar dengan menguasai hampir seluruh Jawa, termasuk Madura. Rakyat sendiri juga sejahtera karena Sultan Agung begitu bijaksana. Tapi, masa keemasan ini berakhir ketika sang Sultan mangkat serta naiknya putra beliau yang bernama Amangkurat I.
Amangkurat I bisa dikatakan sebagai alasan kenapa Mataram yang jaya berangsur-angsur runtuh. Di masanya, begitu banyak terjadi ketidakpuasan serta pemberontakan. Penyebabnya adalah karena Amangkurat I sendiri yang memimpin dengan cara diktator sehingga rakyat banyak yang jengah padanya. Begitu banyak pula kekejaman yang dilakukannya. Salah satunya adalah pembantaian 5.000 ulama yang jadi tragedi paling mengerikan sepanjang sejarah kerajaan Mataram.
Selain kejam dan diktator, Amangkurat I juga melakukan banyak sekali manuver tidak cerdas, sehingga Mataram pun makin lama semakin terpuruk. Lebih dalam lagi soal sang raja satu ini, berikut adalah beberapa fakta tentang Amangkurat I.
Sepeninggal Sultan Agung, tak lama kemudian Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I langsung naik tahta. Di masa-masa awal kepemimpinannya, Mataram masih dalam keadaan baik-baik saja, sampai Amangkurat I mulai melakukan aksi suka-suka tanpa alasan yang jelas. Misalnya memindah ibukota Mataram ke Plered dan membangun istana di sana.
Ibukota sebelumnya bisa dikatakan sudah sangat stabil. Namun, Amangkurat I berdalih macam-macam kemudian mengusung pusat kota ke tempat lain. Aksi ini kemudian menimbulkan semacam ketidaksukaan. Termasuk para tokoh senior yang menganggap keputusan ini terlalu gegabah dan motifnya bukan untuk kemajuan kerajaan. Berawal dari sini, kemudian muncul bibit-bibit pemberontakan di Mataram.
Aksi protes para tokoh senior ternyata membuat Amangkurat I tidak suka. Ia pun langsung memutuskan untuk menyingkirkan orang-orang yang tak sejalan dengannya itu. Akhirnya dengan berbekal intrik, Amangkurat I mulai membunuhi satu per satu tokoh-tokoh berpengaruh Mataram.
Tewasnya para tokoh senior membuat adik Amangkurat I bernama Raden Mas Alit tidak suka. Ia pun kemudian memberontak sejadi-jadinya. Sikap Amangkurat yang semena-mena ternyata memang tidak disukai rakyat. Hal ini terbukti dengan banyaknya dukungan yang diberikan kepada Raden Mas Alit ketika melakukan upaya pemberontakan. Namun, sayangnya, Mas Alit tewas dalam kejadian tersebut.
Amangkurat I sangat sakit hati dengan pemberontakan Mas Alit. Apalagi sang adik ternyata didukung oleh banyak orang. Tak hanya rakyat, Amangkurat I berkeyakinan kalau para ulama juga mendukung langkah pemberontakan adiknya. Kemudian tanpa ampun, Amangkurat I menetapkan hukuman mati kepada setidaknya 5.000 ulama di Mataram ketika itu.
Sebelum dibunuh, para ulama ini didata dulu semua keluarganya. Baru setelah lengkap kemudian dibawa ke alun-alun Plered. Di sini lah kemudian eksekusi dilakukan. Disaksikan oleh banyak orang, kemudian para ulama dan keluarganya ini dibantai satu persatu. Kala itu, hampir enam jam lebih prosesi ini dilakukan. Sungguh keji!
Berlaku kejam kepada keluarga sendiri juga merupakan hal yang melekat dengan Amangkurat I. Buktinya sendiri tak hanya tewasnya Raden Mas Alit, sang adik, tapi juga beberapa orang terdekatnya yang lain, yakni mertua dan seorang selirnya. Ceritanya diawali dari perselisihannya dengan sang putra mahkota bernama Mas Rahmat.
Tercatat ayah dan anak ini sering sekali berselisih. Puncaknya adalah ketika Mas Rahmat melakukan kudeta namun gagal. Entah mungkin karena kesal, Mas Rahmat kemudian merebut Rara Oyi yang merupakan calon selir Amangkurat I. Sang raja jelas marah dengan itu, namun anehnya ia malah menghukum mati Pangeran Pekik, sang mertua. Alasannya, Amangkurat I menuduh sang mertua menjembatani penculikan Rara Oyi.
Tak selesai sampai di sini, Amangkurat kemudian berhasil menangkap Mas Rahmat dan calon selirnya. Mas Rahmat sendiri diampuni, tapi dengan syarat harus membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri.
Mataram di masa Sultan Agung begitu keras terhadap VOC. Tak hanya bersikap tegas soal wilayah, keduanya bahkan cukup sering berperang. Alasan Mataram membenci VOC sangat jelas karena organisasi dagang kompeni ini memiliki maksud busuk. Mataram tetap kontra dengan VOC sampai sang sultan mangkat. Namun, ketika kedudukan berganti ke Amangkurat I, kerajaan besar ini perlahan mulai berkawan baik dengan calon penjajah itu.
Hal ini terjadi ketika Trunojoyo asal Madura melakukan pemberontakan besar-besaran kepada Mataram. Amangkurat I saat itu benar-benar mati kutu dan mau tidak mau menerima bantuan VOC. Meskipun kolaborasi keduanya gagal membendung Trunojoyo, tapi hubungan VOC dan Mataram makin mesra. Sepeninggal Amangkurat I, Mataram makin tak terpisahkan dengan VOC. Namun, VOC sendiri saat itu memiliki posisi lebih tinggi sehingga leluasa mau mengatur Mataram sesuka hatinya.
Mengenai kematian Amangkurat I, hal tersebut tak lepas dari penyerbuan Trunojoyo. Diketahui ketika hal tersebut terjadi, Amangkurat I berhasil melakukan pelarian walaupun sebelumnya sempat mengalami luka-luka. Amangkurat I sakit parah ketika itu dan tak lama kemudian meninggal dunia. Sebagai penggantinya adalah Amangkurat II yang makin membawa Mataram ke jurang keterpurukan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…