Setiap daerah memiliki makanan khas masing-masing yang membuat para pendatang tertarik dan ingin berkunjung kembali. Seperti Jogja yang terkenal dengan gudegnya, Madiun dengan pecelnya, Lamongan dengan sotonya dan masih banyak tempat lain yang memiliki ciri khas makanan kulinernya. Seperti daerah-daerah tersebut di atas, Malang juga memiliki kulinernya sendiri. Dan berbicara soal makanan khas, mungkin Punten Pecel adalah salah satu yang paling digemari walaupun jarang diketahui oleh para pendatang.
Punten pecel merupakan makanan khas yang “katanya” adalah sajian asli daerah Tulungagung. Meskipun demikian nyatanya di pinggiran Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan Donomulyo juga ada makanan sejenis ini. Sajian ini biasanya menjadi makanan utama penjual-penjual nasi di pasar-pasar di daerah tersebut. Seperti apakah seluk beluk menu kuliner yang katanya mulai disukai turis manca ini? Yuk, kita cek faktanya!
Asal Usul Punten Pecel di Pelosok Malang Selatan
Seperti yang dijelaskan di bagian pembuka, makanan satu ini asli dari Tulungagung. Kemudian kenapa bisa menyebar dan sampai ke kecamatan Donomulyo, hal tersebut masih belum bisa dipastikan. Namun yang jelas, orang-orang tua di sini sudah mengajarkan resep makanan ini sejak lama sampai akhirnya menjadi khas dan banyak digemari. Sekarang hampir sebagian besar warung makan di sana akan menyajikan Pecel Punten dengan keunggulan rasanya masing-masing. Untung masih satu negara ya, jadi nggak ada aksi saling klaim.
Punten Sebagai Pengganti Nasi
Punten pecel merupakan menu yang disuguhkan dengan aneka sayur dan sambel pecel. Biasanya kita tahu menu makanan yang hampir mirip yaitu nasi pecel, tetapi pada menu yang satu ini, nasi yang biasa kita konsumsi diganti dengan punten. Punten memiliki cita rasa yang harum dan terasa kenyal di mulut. Inilah kontur yang khas dan bikin ketagihan pelanggan-pelanggan deretan warung kuliner di pelosok pantai di Malang Selatan.
Terbuat dari Kombinasi Beras dan Santan
Punten ini terbuat dari bahan dasar beras putih dan santan kelapa yang paling kental. Kombinasi bahan-bahan tersebut harus dicampur sesuai takaran yang pas agar punten yang dihasilkan nanti tidak terlalu lembek atau terlalu keras. Cara memasaknya dimulai dengan menuangkan beras di air yang sudah mendidih, kemudian dicampur dengan santan hingga airnya habis dan bau harum sudah semerbak tercium di hidangan setengah matang. Harum yang tercipta tak hanya dari kombinasi beras dan santan, tapi juga pandan yang memang dimasukkan.
Ditumbuk dengan Alu
Pasca memasak punten yang setengah matang seperti di atas, yang dilakukan oleh pemilik warung kuliner punten pecel adalah menumbuk adonan punten dengan alu. Alu merupakan alat penumbuk yang terbuat dari kayu dengan dirancang sedemikian rupa agar nyaman ditangan ketika menumbuk dan menghaluskan punten. Masyarakat umumnya mengenal alu dengan sebutan lesung kayu, hanya saja masyarakat sekitar desa Kedungsalam menyebutnya “alu”. Alu membuat cita rasa punten menjadi khas dan nikmat, beralaskan plastik yang sedikit dilumuri minyak agar lebih sedap bila dimakan.
Dihidangkan dengan Berbagai Macam Sayuran dan Sambel Pecel
Setelah ditumbuk, punten siap dihidangkan dengan makanan tambahan lain. Punten-punten tersebut umumnya disajikan di atas daun pisang yang dibubuhi sayuran hijau seperti daun ketela pohon, daun turi, daun lembayung sampai dilumuri dengan sambel pecel yang berasal dari kacang tanah. Tak lupa rempeyek menjadi aksesoris pelengkap hidangan punten pecel. Sesekali bisa dihidangkan dengan kemangi dan tambahan lauk khas seperti ayam atau ikan. Soal rasa jangan tanya, kamu yang belum pernah pasti bakal ketagihan seperti para bule yang menurut warga setempat juga begitu menggemari makanan ini.
Kuliner Favorit Turis Manca yang Datang
Ada banyak turis yang datang untuk menikmati indahnya pantai Ngliyep dan kuliner di kecamatan ini. Dan salah satu turis dari Hong Kong pernah mengatakan bahwa soal makanan menu paling enak di desa ini adalah punten pecel. Bahkan si bule sampai beberapa kali berkunjung di desa Kedungsalam bersama istrinya untuk menikmati makanan ini. Hal ini jadi semacam harapan untuk si pecel unik yang mungkin akan terkenal ke manca suatu saat.
Eksistensi punten pecel mungkin saat ini masih goes local saja, tapi mungkin hal tersebut takkan lama seiring dengan kenikmatan makanan ini yang mulai dikenal serta sangat dinikmati bule. Mungkin sekarang ini memang saatnya kita mengesplorasi makanan-makanan daerah agar nama Indonesia sebagai pusat kuliner terenak di dunia makin menggaung.