Beberapa tahun terakhir, isu reklamasi kembali naik daun di sejumlah negara. Melihat ada beberapa bagian kesuksesan beberapa ‘tetangga’, tentu saja akan membuat negara lain yang memiliki wacana untuk menjalankan proyek reklamasi ini, juga ingin melakukan hal tersebut.
Namun, apa arti sebenarnya dari istilah reklamasi? Menurut Ketua Persatuan Insinyur Indonesia, Bapak Wisnu Suharto, reklamasi merupakan upaya pemanfaatan lahan kosong berair menjadi lahan yang berguna untuk banyak orang.
Meskipun reklamasi ini memiliki dampak positif berupa pemekaran wilayah dan menambah lahan untuk aktivitas manusia mengembangkan banyak faktor seperti pariwisata, ekonomi, serta sosial, reklamasi ini juga memiliki dampak negatif.
Pencemaran laut, sedimentasi tanah dan laut, perubahan hidro-oseanografi, kerusakan habitat dan ekosistem laut, potensi pencemaran udara, akses masyarakat ke pantai menjadi terbatas serta peningkatan keruhnya air bersih maupun air laut.
Tak sedikit negara yang ragu menjalankan proyek reklamasi ini. Alih-alih menimbulkan dampak yang bagus, malah merusak laut lebih parah. Beberapa daftar di bawah, merupakan negara-negara yang terbilang sukses dalam menyelesaikan proyek reklamasi. Yuk, kita simak mana saja sih dan seperti apa dampak reklamasi yang mereka lakukan. .
Belanda
Belanda sudah sering terdengar melakukan proyek reklamasi pantai/bendungan dari abad ke-11. Dengan awalnya membangun bendungan untuk menghadang air laut utara, kemudian diterjang banjir, sampai mereka bisa membuat danau air tawar. Kabar terakhirnya, mereka menciptakan Marker Wadden, sebuah pulau buatan yang sampai ditambahkan ke dalam peta dunia. Pulau kecil ini dibuat bukan untuk pemukiman penduduk, melainkan untuk mengembalikan habitat binatang.
Berdasarkan perhitungan terakhir, sekitar 120 jenis burung telah hinggap ke kawasan ini. Dari angsa, burung camar, bebek eider, burung dandang, burung perandai, burung ibis sendok, dan lebih dari 2.200 sarang burung dara laut. Roel Posthoorn, ketua proyek Marker Wadden ini sangat senang melihat jerih payahnya telah berhasil menghasilkan suatu tempat yang memuaskan, untuk mengembalikan habitat flora juga fauna yang hampir hilang.
“Sebagai orang dari daerah lain, saya punya ide berani untuk menyelamatkan kawasan ini, demi meningkatkan keanekaragaman hayati,” kata Posthoorn, yang berlatar belakang ilmu lingkungan dan manajemen alam.
Marker Wadden juga membatasi akses manusia bisa ke sana. Bukan datang untuk mendirikan pemukiman, tapi Marker Wadden hanya mendirikan beberapa pos untuk pengamatan murid-murid sekolah.
Singapura
Negara tetangga kita, Singapura juga sudah memulai proyek reklamasi ini dari 40 tahun silam dan masih berlanjut. Seperti yang kita ketahui, negara Singapura tidaklah besar, namun dengan teknologi yang canggih ia berhasil mengubah bencana yang datang pada Singapura. Seperti misalnya, sebelum melakukan reklamasi ini, Singapura lebih sering kebanjiran dan setelah berhasil melakukan reklamasi, Singapura sudah jarang didatangi oleh banjir.
Reklamasi tersebut berhasil dengan bertambahnya luas wilayah daratan Singapura. Daratan Singapura telah bertambah dari 580 km menjadi 680 km, atau dari 58.000 hektar menjadi 68.000 hektar. Sejak Singapura melakukan reklamasi pada 1966, luas wilayah negara ini bertambah hingga mencapai 697,2 km2 dari luas wilayahnya pada 1960, yaitu 581,5 km2.
Cukup berjalan lima menit saja dari pusat kota Marina Bay, anda bisa menikmati Taman raksasa yang menjadi habitat bagi lebih dari seperempat juta tanaman langka. Di atas tanah seluas 101 hektar yang merupakan hasil dari reklamasi pantai singapura, taman yang secara harfiah berarti Taman Tepi Teluk ini, berisi kumpulan taman-taman buatan berdesain cantik, yang terdiri dari tiga kebun; Bay South, Bay East, dan Bay Central Gardens.
Kansai International Airport, Jepang
Pada tahun 1987, bandara internasional Kansai tlah dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk Osaka, Jepang. Dirancang oleh arsitek Italia, Renzo Piano bersama Noriaki Okabe, bandara udara ini tercatat sebagai bendara dengan penampung penumpang terpanjang di dunia. Terletak sekitar tiga mil dari tepi laut, Kansai International Airport tampak modern namun bersahabat, dan merupakan satu-satunya di dunia sebagai bandara yang berlokasi di lepas pantai dan beroperasi selama 24 jam penuh.
Dibangun dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan setempat. Bandara ini melayani 24 kota di Jepang dan 69 keberangkatan setiap harinya, melayani 71 kota yang ada pada 30 negara dengan 660 keberangkatan.
Meskipun masih rawan dengan bencana alam gempa bumi dan tsunami, para teknisi tetap terus mengembangkan pelayanan yang lebih baik kepada para penumpang yang menggunakan fasilitas bandara Kansai.
Uni Emirate Arab (Palm Islands)
Palm Islands merupakan kepulauan buatan di Dubai, Uni Emirat Arab. Kepulauan ini menjadi proyek reklamasi tanah terbesar di dunia dan membentuk kepulauan buatan terbesar di dunia. Proyek ini dibangun oleh Nakheel Properties, sebuah pembangun properti di Uni Emirat Arab, yang menyewa kontraktor pengerukan Belanda, Van Oord, salah satu ahli terkenal dalam reklamasi tanah. Pulau-pulau itu terdiri dari Palm Jumeirah, Palm Jebel Ali dan Palm Deira.
Kepulauan ini diciptakan oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum untuk meningkatkan pariwisata di Dubai. Setiap pulau berbentuk pohon palem, diatapi sebuah sabit, dan menjadi pusat hunian, kebutuhan dan pusat hiburan. Palm Islands terletak di lepas pantai Uni Emirat Arab di Teluk Persia dan akan menambah 250 km pantai kota Dubai.
BACA JUGA: 5 Hal Menakjubkan yang Dilakukan Uni Emirat Arab, Salah Satunya bakal Bangun Gunung Buatan
Sobat Boombastis, tentu tahu bahwa saat ini reklamasi pantai Indonesia malah mendapatkan banyak respon negatif, hingga ada yang mangkrak. Hal ini terjadi karena kondisi alam kita sendiri cukup banyak dikeruk untuk kebutuhan industri dan pembangunan, namun minim upaya konservasi untuk mengimbanginya. Apalagi, cukup banyak keuntungan dari proyek-proyek seperti ini tidak benar-benar dirasakan atau memberi kebanggaan pada masyarakat. Bagaimana menurut kalian?