Kisah Asmara Presiden Soekarno dengan Pramugari Cantik yang Jarang Diungkap ke Publik

Bagi masyarakat Indonesia, sosok Bung Karno merupakan figur Presiden sekaligus negarawan yang mempunyai daya tarik kuat. Itulah sebabnya, rakyat tanah air begitu mempercayainya sebagai pucuk pimpinan dari sebuah negeri yang baru merdeka pada 17 Agustus 1945 tersebut. Orasinya saat berpidato, sanggup membakar jiwa raga ribuan pemuda-pemudi yang haus akan kemerdekaan pada saat itu.

Selain piawai berpolitik, Presiden Soekarno juga dikenal dekat dengan sejumlah perempuan-perempuan cantik. Beberapa di antara mereka bahkan beruntung bisa mengambil hati Bung Besar tersebut. Salah satunya adalah kisah cintanya dengan seorang Pramugari nan cantik jelita. Perburuan cinta Bung Karno pun dimulai.

Berawal dari lukisan wanita cantik

Pada tahun 1959, Basuki Abdullah mengadakan sebuah pameran seni lukis. Seniman besar Indonesia itu menampilkan beberapa karyanya. Salah satunya adalah lukisan seorang wanita. Sebagai Presiden, Bung Karno pun tak ingin melewatkan pameran sang maestro tersebut. Saat itu, ia langsung merasa jatuh hati pada sosok wanita yang ada pada lukisan. Tanpa basa-basi, Bung Karno menanyakan siapakah gerangan perempuan tersebut. Basuki Abdulah sebagai pemilik langsung mengatakan bahwa gambar itu merupakan potret diri seorang Pramugari Garuda Indonesia. Dari sini, Bung Karno mulai penasaran dan ingin cari tahun lebih dalam. Ia pun meminta nama dan alamatnya.

Sosok Pramugari jelita keturunan bangsawan Sulawesi

Wanita dalam lukisan itu adalah Kartini Manoppo. Pramugari cantik jelita yang merupakan putri dari keluarga bangsawan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Cukup mudah bagi sosok terkenal seperti Bung Karno untuk bertemu dengan wanita cantik yang menyita perhatiannya. Ia pun dipanggil untuk menghadap Bung besar pada waktu itu. Takut, kaget sekaligus gemetar. Itulah yang ia rasakan saat pertemuan bersejarah itu terjadi. Sejak saat itu, Bung Karno senantiasa menyertakan Kartini dalam setiap kunjungan ke luar negeri.

Jadi kepercayaan Bung Karno dalam festival Internasional

Pada 1959, Indonesia berniat mengirimkan wakilnya ke ajang Pacific Festival yang berlokasi di San Francisco, Amerika Serikat. Ia pun memerintahkan Sekretrasi Negara (sekneg) agar mengirim Kartini sebagai wakil Indonesia. Pihak Sekneg tentu saja kalang kabut mendengarkan perintah Bung Karno itu. Padahal, saat itu Kartini diketahui telah keluar dari Garuda. Namun, Presiden pertama RI itu tetap bersikeras dengan pendiriannya. Akhirnya, kartini pun berangkat jadi wakil Indonesia di ajang Pacific Festival. Sebelum berangkat, ia diminta datang ke Istana Negara dan bertemu dengan Bung Karno. Ia dibekali petunjuk tentang apa saja yang harus dilakukannya jika telah sampai di AS.

Mantan Pramugari Garuda yang sukses merebut hati Sang Proklamator

Hingga akhirnya, Kartini Manoppo dipersunting secara siri oleh Bung Karno setelah kepulangannya dari AS. Padahal, keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Bung Karno. Sebagai anak dari keluarga bangsawan yang terpandang, pantang bagi mereka anak mereka dijadikan sebagai istri kelima. Meski oleh seorang Presiden sekalipun. “Itulah kenapa saya tidak menikah secara resmi dengan Bung Karno,” ujar Kartini seperti dikutip dari buku Bung Karno! Perginya Seorang Kekasih, Suamiku, & Kebanggaanku.

Melahirkan putra semata wayang di Jerman

Dari pernikahannya dengan Bung karno, Kartini melahirkan seorang anak laki-laki bernama Totok Suryawan Sukarnoputra. Ia lahir di Nurenberg, Jerman pada 17 Agustus 1967. Saat hamil, Bung Karno memang menyuruh sang istri agar melahirkan di Jerman. Pergolakan politik dan berakhirnya kekuasaan Soekarno pada masa itu, menjadi penyebab utamanya. Ia pun dilarang pulang ke Tanah Air sebelum mendapat isyarat aman dari Bung Karno.

Selain perjuangan politiknya, kisah cinta Bung Karno sangat menarik untuk disimak. Sosok dirinya yang kerap dikelilingi oleh perempuan cantik, menjadi romansa tersendiri bagi generasi selanjutnya. Kisah cintanya dengan sang Pramugari, menjadi sebuah sejarah manis yang menunjukan sisi romantis dari Sang Proklamator.