Seorang pemimpin harus mampu dan berani berpidato di hadapan rakyatnya. Sebab, sebuah pidato, selain dapat menjadi ajang yang tepat untuk menguraikan gagasan dan program-program pemerintahan, juga dapat menjadi sebuah cara yang efektif untuk menggalakkan semangat rakyat dan persatuan. Di samping itu, lewat aktivitas ini seorang pemimpin bisa dinilai kepintaran dan intelijensinya.
Hampir semua presiden kita bisa berpidato, apalagi Bung Karno yang seruannya bikin rakyat merinding mendengarnya. Para pemimpin kita jago ngobrol di atas mimbar lantaran pidatonya pakai bahasa Indonesia. Lalu, seperti apa jadinya jika para pemimpin kita berpidato dalam Bahasa Inggris? Selain pak Soeharto yang sepertinya sulit ditemukan rekam jejak pidato bahasa Inggrisnya, para pimpinan kepala negara kita ini pernah menyampaikan pidato bahasa Inggris dalam berbagai kesempatan di luar negeri. Seperti apa penampilan mereka? Yuk, tonton langsung videonya!
Soekarno
Pidato pembukaan beliau ini terjadi dalam salah satu peristiwa yang teramat penting, bukan hanya bagi negeri kita saja, namun juga bagi negara-negara berkembang di Asia dan Afrika lainnya. Dalam konferensi yang berhasil menelurkan Dasa Sila Bandung itu, Ia mengajak kepada semua kepala negara yang hadir untuk bangkit dan melawan segala bentuk penjajahan.
Soekarno memang presiden Indonesia paling kharismatik. Ia orator yang ulung. Setiap kata yang meluncur dari mulutnya seolah cambuk yang mampu menyulut api semangat para pendengarnya. Kata-katanya yang tajam dan bernas bahkan mampu menggerakkan masyarakat untuk bersatu padu melawan kebiadaban para penjajah pada era kemerdekaan.
Bacharuddin Jusuf Habibie
Pada bulan Februari 2014 lalu, mantan presiden Indonesia ke-3 ini melawat ke negeri Turki untuk menghadiri acara peringatan wafatnya Nechmettin Erbakan, mantan Perdana Menteri Turki, di kota Ankara.
Seperti yang kita tahu, alasan mengapa beliau fasih berbahasa Inggris adalah karena lamanya ia bermukim di luar negeri. Selain bahasa Inggris, Habibie juga pandai berbahasa Jerman. Kamu juga bisa menemukan video beliau yang tengah menyampaikan ceramah dalam bahasa Jerman di sebuah institusi di sana.
Sebelum menjabat presiden dengan menggantikan Soeharto, beliau sebelumnya juga pernah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi atas kemampuannya yang sudah sangat terkenal di seantero negeri itu. Sayang, meski dianggap sebagai presiden paling cerdas, ia juga harus mau mengemban sebutan sebagai presiden dengan masa jabatan paling singkat, yakni 1 tahun dan 5 bulan.
Abdurrahman Wahid
Dalam pidato penting pertamanya setelah resmi menjabat sebagai Presiden RI, Gus Dur menyoroti adanya perubahan kebijakan dalam dan luar negeri. Ia berjanji akan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Gus Dur tampak percaya diri dan gamblang menyampaikan pidatonya dalam bahasa Inggris. Hal yang wajar mengingat ia sudah malang melintang menempuh pendidikan di negeri lain. Selain Bahasa Inggris, ia juga fasih dalam berbahasa Arab.
Rahasia Gus Dur mampu berbicara bahasa asing, selain karena faktor pendidikan luar negeri, juga karena beliau sejak kecil rajin membaca, khususnya buku-buku dalam bahasa Inggris. Bahkan, ketika penglihatannya sudah semakin memburuk, ia tetap melanjutkan hobi “membaca” dengan mendengarkan audiobook berbahasa Inggris.
Megawati Soekarnoputri
Ibu Megawati pernah menyampaikan pidato bahasa Inggris singkat dalam acara penganugerahan Global Award for Outstanding Contribution kepada dirinya pada bulan September 1998 yang berlansung di kota Bombay, India. Pidato ini memang bukan terjadi pada saat beliau menjabat sebagai presiden. Saat itu, ia masih menjabat sebagai anggota DPR.
Dalam beberapa kalimat yang ia sampaikan tersebut, Megawati memperingatkan kepada para hadirin bahwa hubungan baik internasional tak akan pernah tercapai apabila pelanggaran Hak Asasi Manusia masih terus berlangsung.
Mantan Ibu negara kita ini sepertinya tidak begitu lihai dalam berbahasa Inggris. Hal ini terlihat saat beliau menyampaikan wejangan masih membacakan teks tertulis. Ia juga tampak kesulitan menjawab pertanyaan pewawancara usai menerima penghargaan ini.
Susilo Bambang Yudhoyono
Pada tanggal 30 September 2009, atau sekitar satu bulan sebelum dilantik kembali menjadi Presiden Indonesia untuk perode ke-2, SBY sempat memberikan pidato multikultural di John F. Kennedy Jr. Forum di universitas Harvard.
Pada kesempatan yang baik tersebut, ia memaparkan pidato tentang hubungan dunia Islam dan Barat. Pak SBY juga menyampaikan betapa pentingnya menjunjung sikap toleransi antar ras dan umat beragama di era abad ke21 ini. Sikap-sikap intoleran seperti rasisme dan diskriminasi harusnya segera dihilangkan.
Beliau begitu fasih dan percaya diri menyampaikan pidato dalam bahasa Inggris ini di hadapan para hadirin yang mayoritas merupakan warga asing. Setiap kata dan kalimat yang terucap seperti seolah sudah ia hapal di luar kepala. Ia juga sempat memuji putra sulungnya yang duduk di tengah-tengah para hadirin yang lain, Agus Yudhoyono Harimurti. Sebagai bentuk penghargaan, pidato SBY disambut dengan standing applause dari para penonton.
Joko Widodo
Terakhir, ada pak Jokowi yang “unjuk gigi” dalam pertemuan antar CEO di Asia Pasific Economic Cooperation atau APEC, di Beijing, China. Dalam pidato yang berlangung sekitar 13 menit ini, Pak Dhe Jokowi sukses mengelaborasi poin-poin paling penting mengenai rencananya sebagai Presiden RI dalam membangun negeri selama lima tahun ke depan. Tak hanya itu, ia juga meyakinkan para petinggi perusahaan yang hadir di sana untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
https://www.youtube.com/watch?v=sgozXcI_fc0
Meski banyak yang mencibir gaya pidatonya yang kental dengan logat Jawa atau medok dan jauh dari tata bahasa Inggris yang baik dan terstruktural, namun tak sedikit pula yang mengapresiasi keberanian beliau berbicara dalam bahasa asing tanpa contekkan di acara sebesar itu. Lagipula wajar saja, ia tak pernah mengenyam pendidikan di luar negeri seperti presiden yang lain. Kemampuan beliau dalam berbahasa internasional ini mungkin sedikit banyak hanya diperoleh dari pengalamannya ketika masih berdagang ke mancanegara.
Biarlah pak Jokowi tampil dengan citra dan gaya khasnya sendiri. Toh, kalau soal kemampuan berbahasa dan presentasi di panggung internasional, seiring waktu kemampuan beliau pasti akan semakin terasah. Lagipula, kapan lagi kita bisa punya presiden yang tampil sederhana dan apa adanya seperti beliau ini?
Memang, akan jauh lebih baik apabila para pemimpin kita ini menggunakan Bahasa Indonesia saja sebagai bahasa pengantar dalam pidato yang dibawakan. Biarkan juru bahasa yang bersusah payah mengalihbahasakan pidatonya ke dalam bahasa mereka masing-masing. Apalagi dalam sebuah perhelatan berskala internasional yang dihadiri oleh jutaan pasang mata di seluruh dunia.
Namun, biarlah pula kita menunjukkan kepada dunia, bahwa meski bahas Inggris bukan bahasa resmi di Indonesia, namun para pemimpin kita tetap mampu menyampaikan gagasan mereka dalam bahasa tersebut.