Bagi seorang atlet bisa legowo atau menerima kekalahan pastinya bukanlah perkara yang mudah. Di tengah harapan tinggi dalam menggapai prestasi, kegagalan memanglah sebuah hal yang menyakitkan. Apalagi bila kalahnya dengan musuh bebuyutan, tentunya semakin membuat jiwa ini tambah panas. Pada umumnya mereka yang tidak bisa menerima hasil buruk akan melampiaskan ke beberapa hal yang negatif. Mulai dari mabuk-mabukan, party club malam, atau malah melakukan tindakan brutal dengan merusak fasilitas.
Seperti baru-baru ini dilakukan oleh atlet asal Malaysia yakni Mohd Al Jufferi Jamari. Pesilat asal negeri tetangga tersebut menjebol dinding di venue cabang olahraga (cabor) silat Asian Games (TMII). Tindakan tak terpuji tersebut merupakan bentuk kekecewaannya, lantaran harus kalah dengan atlet Indonesia dan merasa telah dicurangi oleh pihak wasit yang memimpin pertandingan. Kecewa sih boleh, namun kalau sudah begini kelakuannya bisa dibilang mencederai sebuah sportifitas. Seperti apakah kisah? Simak ulasannya berikut.
Merusak fasilitas pemanasan lantaran sakit hati dengan juri
Sebagai seorang atlet yang perilakunya kerap menjadi panutan, tindakan negatif Al Jufferi Jamari di Asian Games 2018 amatlah disayangkan terjadi. Yaa, meski merupakan bentuk pelampiasan dari kekecewaannya, tapi seharusnya ia bisa lebih legowo dengan semua hasil pertandingan.
Apalagi ia adalah publik figur yang kerap dijadikan contoh. Melansir dari laman Viva.com, pemuda satu ini melakukan perusakan fasilitas di venue cabang silat yang ada di TMII. Jamari menjebol satu dinding tempat para pesilat melakukan pemanasan. Tidak itu saja, ia juga melampiaskan kekesalannya lewat umpatan dari A sampai Z yang tak pantas didengarkan.
Memutuskan mundur sebelum pertandingan berakhir
Sebelum kejadian yang tidak bermutu tadi, terlebih dahulu ia melakukan aksi yang bisa dibilang mencoreng nilai sportivitas. Jamari yang ketika itu berhadapan dengan pesilat Indonesia Komang Harik di kelas E (65-70 gram) memutuskan mundur di dua menit sebelum pertandingan berakhir.
Kepemimpinan wasit yang berat sebelah dengan sempat mengurangi pointnya di laga yang dihelat hari Senin (27/8) ini disebut-sebut menjadi penyebabnya. Dilansir laman Tempo.com berkat hal tersebut dirinya dinyatakan kalah teknik dengan skor 4-1. Hasil tersebut semakin mempertegas bagaimana suramnya perjuangan atlet Malaysia mendulang emas di ajang empat tahunan tersebut.
Malaysia merasa emas di cabang pencak silat dirampok Indonesia
Selain Mohd Al Jufferi Jamari, Ketua Asosiasi Silat Malaysia ( PESAKA) yakni Zulkarnain Omardin juga dibuat terbakar hatinya lantaran peristiwa tersebut. Bahkan ia menyebut emas yang seharusnya untuk Negeri Jiran itu telah dirampok. Melansir laman CNN, Zulkarnain menuduh jika official pertandingan yang memimpin partai itu telah melakukan kecurangan.
Padahal menurut Ketua Harian Ikatan Pencak Silat Indonesia Edhy Prabowo tidak ada tindakan yang dituduhkan tersebut di pertandingan cabor silat antara Komang dan Jamari. Kondisi semacam ini memanglah sulit untuk diketahui kebenarannya, namun yang pasti wasit/juri yang berlaga di event tersebut sudah disiapkan secara kompeten dan matang untuk memimpin pertandingan Asian Games.
Di balik hal tersebut atlet Indonesia sukses meraih emas ke 17
Terlepas dari kontroversi yang kini menjadi polemik tersebut, kemenangan Komang Harik di kelas membuat perolehan emas Indonesia menjadi 17. Berkat hasil positif itu, kini posisi Indonesia semakin mantap masuk 5 besar Asian Games 2018.
Selain itu, kontingen Merah Putih juga memastikan diri menjadi negara Asia Tenggara yang memiliki jumlah medali terbanyak. Pasukan Indonesia mengumpulkan 68 medali dengan 24 emas. Pencapaian ini merupakan yang terbaik dari keikutsertaan Indonesia di Asian Games dalam kurun waktu 90-an sampai sekarang.
Kendati kini meninggalkan polemik, perilaku yang dilakukan Jemari pastinya merupakan hal yang patut disesalkan lantaran merusak sportifitas. Padahal jika menarik sejarah kebelakang atlet Indonesia juga pernah merasakan sakitnya dicurangi layaknya pria 26 tahun tersebut, saat terjadi di pertandingan Sepak Takraw SEA Games tahun 2017 lalu. Tetapi hanya tangis yang mereka lakukan bukan merusak fasilitas. Semoga kedepan hal-hal semacam ini tidak akan terulang lagi di ajang ini, pasalnya dibalik kemenangan sportifitas adalah yang paling utama.