Berbicara bakat sepak bola Papua pastinya tidak usah diragukan lagi kehebatannya. Banyak pemain yang berasal dari sana menjadi andalan untuk klub di Indonesia dan juga Timnas. Dari semua pesepak bola asal Papua, Boaz Solossa menjadi salah satu paling hebat. Hal ini dibuktikan dengan segudang penghargaan yang pernah didapatkan pria asal Jayapura ini.
Terbaru, kapten Persipura ini menjadi pencetak gol pertama di kompetisi Liga1 2017. Kegemilangan Boaz saat ini, tentunya tidak didapatkan dengan mudah. Ada kerja keras dan jatuh bangun yang menyertai karirnya hingga bisa hebat seperti sekarang. Seperti apakah perjalanan Boaz untuk mencapai puncak prestasi seperti sekarang. Untuk mengetahuinya simak ulasan berikut.
Berangkat dari keluarga cinta bola di pinggiran Jayapura
Bakat besar sepak bola Boaz Solossa memang sudah terlihat sejak dirinya berumur 13 tahun, dengan mampu masuk klub amatir PS Putra Yohan. Kemampuan mengolah bola pria 30 tahun diturunkan dari sang kakak Ortizan Solossa yang terlebih dulu terjun di olahraga ini. Di Papua keluarga Solossa memang terkenal cinta bola. Hal ini dibuktikan dengan semua keluarga Boaz menjadi pemain sepak bola.
Berkat kondisi seperti inilah membuat bakatnya terus terasah hingga pada 2004 bergabung dengan Perseru Serui. Kedatangannya ke kesebelasan tersebut menjadikan Boaz sebagai pemain utama klub meski masih berusia muda. Kegemilangan di klub tersebut membuatnya masuk tim PON dan meraih gelar top skor saat bermain di kompetisi multievent terbesar Indonesia itu.
Karirnya meroket saat perkuat timnas di usia 17 tahun
Melejit dengan Tim PON Papua membuat nama Boaz terpilih untuk memperkuat Timnas. Saat itu bakat olah bola Boaz mampu membuat pelatih timnas Peter White meliriknya. Bahkan meski di usia muda dan belum banyak jam terbang namanya tetap dipercaya dan dibawa untuk mengikuti kejuaraan Asia Tenggara mewakili timnas.
Berangkat dengan pandangan sebelah mata tidak membuat ia canggung saat mengenakan seragam merah putih. Berduet dengan Ilham Jaya Kusuma adik dari Ortizan ini, menunjukkan kemampuan hebatnya dengan membawa timnas lolos ke partai final Piala Tiger 2004. Penampilan luar biasanya membuatnya diganjar sebagai pemain muda terbaik. Setelah pagelaran ini nama Boaz terus meroket dan banyak di incar kesebelasan tanah air.
Patah kaki membuatnya hilang dari peredaran sepak bola nasioanal
Permainan hebatnya setelah kejuaraan tersebut membuat Boaz pada tahun 2005 bergabung dengan Persipura. Dan menasbihkan dirinya menjadi pemain termuda klub. Meski memiliki umur paling muda pria asil Jayapura ini tetap mampu menembus squad utama. Bahkan pada tahun tersebut Persipura mampu dibawanya menjadi juara liga.
Kisah luar biasa pria yang sering dipanggil Bochi harus terhenti untuk sementara lantaran patah kaki. Saat itu memperkuat Timnas melawan Hongkong kaki Boaz harus patah lantaran dilanggar dengan keras. Tercatat setelah kejadian tersebut Boaz sempat menghilang untuk melakukan penyembuhan. Tidak hanya itu ia sempat mengalami trauma untuk kembali bermain sepak bola lantaran kejadian tersebut.
Menolak panggilan Timnas dan dihujat habis-habisan
Kemampuan hebat Boaz membuatnya selalu masuk daftar pemain untuk memperkuat Timnas. Namun di beberapa kali panggilan tidak semuanya ia datangi. Akibat hal tersebut pernah dirinya dibilang tidak memiliki jiwa nasionalisme untuk negara. Bahkan tak jarang penolak Boaz untuk berseragam merah putih mengundang banyak netizen untuk menghujatnya.
Kebiasaan Boaz diam dan tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pertandingan membuatnya selalu dipandang negatif. Hingga cap tidak memiliki jiwa nasionalisme pun terus mengiringi perjalanan karirnya saat memperkuat timnas Indonesia. Apabila melihat kejadian patah kaki yang dialaminya pastinya hal tersebut tidak pantas untuk disematkan kepada Boaz Solossa.
Menjadi penyerang lokal terhebat di kompetisi tanah air
Berbicara kualitas Boaz memang tidak usah diragukan lagi. Kemampuannya yang mampu menggunakan kedua kaki sama baik menjadikan ia selalu tampil bagus setiap musimnya. Selama berseragam Persipura, Boaz sudah memperoleh empat kali gelar juara Liga Indonesia. Dan meski selalu kedatangan pemain baru di timnya sekarang nama Boaz tidak pernah terganti.
Bahkan kedatangan penyerang Asing di kompetisi Indonesia tidak membuat Boaz tetap hebat. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kali mampu menyabet gelar individu. Tercatat pria 30 tahun ini sudah empat kali meraih gelar top skor dan dua kali dinobatkan menjadi pemain terbaik liga. Nama pemain asing tenar seperti Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, dan Marcus Bent pernah dikalahkannya dalam perburuan pencetak gol terbanyak.
Kisah Boaz Solossa di atas menjadi pentujuk untuk kita semua, bahwa untuk mencapai prestasi bukan perkara yang mudah ada banyak rintangan yang akan menghadang. Boaz sendiri juga harus berkali-kali jatuh dan bangkit untuk mampu seperti sekarang. Hal ini menunjukkan kepada kita semua apabila setiap kerja keras tidak akan mengkhianati hasil.