Sinema elektronik atau yang biasa kita kenal dengan sebutan sinetron adalah tontonan harian kita. Mungkin, hanya Indonesialah negara yang memiliki demikian banyak sinetron. Setiap hari berpuluh judul sinetron ditayangkan di televisi.
Baca Juga : Hal Kocak Yang Pasti Ada di Setiap Sinetron Indonesia
Meski kehadirannya tetap konsisten sejak tahun 1990-an hingga kini, ada perbedaan mencolok antara sinetron dulu dengan sekarang. Anda yang pernah menonton sinetron di era 90-an akan segera tahu bedanya. Berikut Boombastis rangkum beberapa perbedaan sinetron dulu dan sekarang.
Menghapal jadwal mingguan sinetron adalah pekerjaan yang menyenangkan bagi anak-anak 90-an. Setiap hari, sinetron yang tampil berganti-ganti. Jadi, kita harus menunggu hingga minggu depan untuk mengetahui kelanjutan dari sinetron yang kita ikuti.
Berbeda dengan sintetron jaman sekarang yang tampil tiap hari di jam yang sama. Ini tentu memberikan perbedaan besar. Sinetron yang ditayangkan secara mingguan akan memberi ruang bagi para pekerja sinema agar memproduksi sinetron dengan baik. Sementara, sinetron stripping biasanya diproduksi asal-asalan karena harus kejar tayang.
Dulu kita punya sinetron bertema persahabatan antara dunia jin dengan dunia manusia seperti “Jinny oh Jinny”, “Jin dan Jun” dan “Tuyul dan Mbak Yul”. Kita juga punya sinetron bertema kekeluargaan seperti Keluarga Cemara. Tidak ketinggalan pula sinetron laga seperti Deru dan Debu, Gerhana dan Panji Manusia Milenium.
Namun, sinetron sekarang didominasi dengan kisah cinta. Meski memilih tema action atau horor, tetap saja benang merah utama dari sinetronnya adalah percintaan. Belum lagi, percintaan yang ditampilkan selalu percintaan anak remaja.
Kita bisa banyak belajar dari sinetron jaman dulu. Dari sinetron “Keluarga Cemara”, misalnya, kita bisa belajar kesabaran tokoh Abah yang memimpin keluarganya dalam kesederhanaan. Atau belajar dari Si Doel tentang pentingnya pendidikan dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”.
Sementara, di sinetron sekarang, sering kali bercerita tentang geng ini yang berseteru dengan geng itu. Sinetron baru juga diisi dengan anak-anak remaja yang ke sekolah dengan menggunakan mobil-mobil mewah. Tidak jarang, sinetron semacam itu hanya memberi rol model tentang gaya hidup anak remaja kelas atas di Jakarta.
Sinetron jaman dulu diisi dengan nama-nama aktor berpengalaman seperti Didi Petet, Meriam Belina, Roy Marten dan lain-lain. Nama-nama tersebut memang tidak lagi diragukan kemampuan aktingnya, karena tidak sedikit dari mereka yang memang menempuh pendidikan di bidang sinema. Penyutradaraan dan penulisan skenario juga dilakukan oleh orang-orang berpengalaman seperti Arswendo Atmowiloto.
Lain halnya dengan sinetron kini yang sering sekali diisi dengan wajah-wajah baru. Tidak jarang, sinetron kita dibintangi oleh penyanyi-penyanyi pendatang baru yang ingin menjajal keberuntungan di dunia akting. Tidak heran jika akting yang kita tonton hanyalah akting pas-pasan. Tidak masalah aktingnya kaku, yang penting ganteng dan cantik.
Dengan penayangan per minggu, anak-anak 90-an pasti paham bagaimana serunya menunggu cerita sinetron berkembang dari waktu ke waktu. Konflik semakin memuncak dan selesai dengan indah. Oleh karena itu tidak heran jika sinetron dulu jumlahnya hanya sekitar 200-300 episode saja. Cerita akan memuncak dan selesai dengan baik.
Di jaman sekarang, rasanya sudah lumrah melihat sinetron yang mencapai episode 1.000. Belum lagi dengan sinetron yang dibagi menjadi beberapa season. Untuk mengejar view, biasanya pembuat sinetron akan membuat jalan cerita yang berbelit-belit. Sehingga tidak jarang tokoh yang sudah meninggal akan “dihidupkan kembali” untuk memperpanjang jalan cerita.
Sepertinya pekerja sinetron pada masa 90-an sangat gigih untuk mencari ide segar. Merekapun membuat karakter dan cerita yang asli dengan kehidupan yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Itu sebabnya sinetron pada periode tersebut sangat menarik.
Sementara cerita sinetron jaman sekarang sering sekali mengadaptasi cerita dari negara lain. Beberapa sinetron menyadur jalan cerita dari film Korea. Beberapa malah jelas-jelas menjiplak secara utuh jalan cerita dan karakternya.
Baca Juga : Ritual Konyol Sebelum Ujian
Masalah tontonan adalah masalah selera. Setiap orang memiliki selera dan pendapatnya masing-masing. Demikian pula dengan sinetron, anda bebas memilih sinetron jaman sekarang atau sinetron dulu.
Namun, kita tetap bertanggung jawab atas apa yang kita tonton. Tontonan yang bermanfaat tentu akan membuat hidup kita menjadi lebih bermakna. Jadi, mari pintar-pintar dalam memilih tontonan. (HLH)
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…