Tak ada kekuasaan yang abadi. Agaknya, kata-kata barusan sangat cocok disematkan untuk para pemimpin dunia yang dahulu pernah berkuasa dalam jangka waktu yang lama. Meski banyak dari rakyat masing-masing pemimpin yang mendukung posisinya, toh keberadaan mereka juga tak bertahan selamanya.
Hal ini pun terjadi hampir di seluruh penjuru negara dunia. Termasuk juga Indonesia. Mereka yang dianggap bertahta terlalu lama, sukses digulingkan oleh sekelompok orang yang notabene merupakan rakyatnya sendiri. Jika pada awalnya dielu-elukan, para pemimpin itu malah terjungkal dari kekuasaan lewat people power. Siapa sajakah mereka?
Hasil kudeta berdarah yang kembali menimpa mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi
Sebelum memerintah Libya selama 42 tahun lamanya, Moammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi terlebih dahulu melakukan kudeta terhadap Raja Idris pada 1969 silam. Laman internasional.kompas.com, pria yang merupakan anak dari seorang peternak miskin ini, pada akhirnya naik ke tampuk kekuasaan sebagai pemimpin revolusi Republik Arab Libya pada 1969-1971.
Setelah hampir berkuasa selama 42 tahun, banyak dari pihak oposisi yang gerah dan berniat menjungkalkan dirinya dari tampuk kepemimpinan Libya. Alhasil, perang sipil antara kubu yang pro dan kontra mulai berkobar pada 2011. Dengan bantuan NATO, Gaddafi akhirnya sukses diruntuhkan oleh kekuatan rakyat yang disokong oleh para pemberontak. Mirisnya lagi, Gaddafi yang telah terjungkal di eksekusi secara terbuka setelah tempat persembunyiannya di saluran pipa air terungkap.
Ferdinand Marcos dari Filipina yang terjungkal dan meninggal dunia di pengasingan
Sebagai penguasa yang bertahta di Filipina pada 1965 hingga 1986, Ferdinand Marcos banyak dianggap sebagai diktator oleh sebagian masyarakat di negaranya sendiri. Padahal, ada banyak prestasi yang ia torehkan selama berkuasa di wilayah yang merupakan bekas jajahan Spanyol tersebut. Sebagai pemimpin, Marcos banyak mengimplementasikan sejumlah program pembangunan infrastruktur dan reformasi pertanian.
Namun di sisi lain, banyak terjadi praktik-praktik terselubung di dalam pemerintahannya sendiri. Laman irishtimes.com menuliskan, ada banyak ribuan orang turun ke jalanan memenuhi seantero Filipina untuk menggulingkan kekuasaan Marcos. Hal ini ditengarai banyaknya kasus korupsi, nepotisme, kolusi, represi terhadap lawan politik, dan pelanggaran HAM. Marcos yang berhasil diturunkan dari posisinya, akhirnya lari ke pengasingan di Hawaii, AS hingga menjelang ajal pada 28 September 1989.
Kekuatan reformasi rakyat Indonesia yang sukses meruntuhkan kekuasaan Soeharto
Sebagai penggagas Orde Baru yang sukses menggantikan Orde Lama Sukarno, Soeharto menjadi orang terkuat di Indonesia yang akhirnya naik menjadi Presiden selama 32 tahun lamanya. Segera setelah dirinya berkuasa, beragam prestasi seperti swasembada pangan, dan pembangunan, banyak dilakukan oleh pemerintahannya.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak dari masyarakat yang mulai jengah dan menuntut penurunan dirinya. Menurut Direktur Eksekutif Respublica Political Institute (RPI), Benny Sabdo yang dikutip dari nasional.kompas.com menuliskan, selama kepemimpinan Presiden Soeharto pada era Orde Baru, Indonesia jauh dari ciri-ciri negara yang berdemokrasi karena dominasi militer saat itu yang sangat kuat. Hingga pada akhirnya, kekuatan rakyat yang didominasi oleh mahasiswa pada 1998, menjadi gelombang besar dan sukses meruntuhkan Orde Baru dan Soeharto.
Hosni Mubarak yang digulingkan rakyat Mesir setelah 30 tahun memimpin
Latar belakang sebagai perwira militer di Mesir, membuat seorang Hosni Mubarak menjadi salah satu figur yang menonjol di negeri Piramida tersebut. Dikutip dari laman internasional.kompas.com, ia sempat menjadi panglima AU Mesir pada 1972-1975 dan ditunjuk sebagai wakil presiden. Pada 14 Oktober 1981, ia berhasil menjadi presiden dan berkuasa hingga 30 tahun lamanya.
Gerakan Arab Spring yang berhembus kencang di seantero Timur Tengah, menjadi awal terguncangnya pemerintahan Hosni Mubarak. Terlebih, kondisi ekonomi yang kian memburuk dan banyak rakyat berunjuk rasa secara besar-besaran di jalanan, membuat kekuasaan akhirnya dikendalikan oleh Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata. Wakil Presiden Omar Suleiman mengumumkan bahwa Hosni Mubarak mundur dari jabatan presiden pada 11 Februari 2011. Mirisnya, kejaksaan juga memerintahkan penahanan Mubarak dan kedua putranya selama 15 hari dengan tuduhan melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
BACA JUGA: Khalifa Haftar, Jenderal Pemberontak Muammar Gaddafi yang Bisa Bikin Libya Banjir Darah
Jika dilihat dari rekam jejak yang ada, durasi kepemimpinan dari penguasa di atas rata-rata lebih dari 10 tahun. Tentu saja, ada berbagai faktor yang akhirnya sukses menumbangkan kekuasaan mereka yang dianggap ‘tak adil’ bagi sebagian masyarakat lainnya. Hal ini pun seolah menjadi peringatan bagi kita semua, bahwa mereka yang berkuasa lebih dari 10 tahun lamanya, rentan menjadi sasaran politik yang bisa menimbulkan kerusuhan dan gejolak pada masyarakat.