Satu minggu yang lalu, netizen dihebohkan dengan adanya warung di balik tembok (daerah Grand Lucky, SCBD) yang pembelinya mengambil makanan melalui lubang kecil di dinding. Warung tersebut viral lantaran pertama kali diposting oleh pemilik Twitter @gembiraputra. Alhasil, banyak netizen yang berkomentar jika lapak makan seperti itu memang banyak ditemukan di wilayah proyek.
Hal tersebut tak lain karena kebanyakan makanan yang berada di kawasan industri dijual dengan harga mahal. Sehingga keberadaan warung bolong sangat membantu para pekerja proyek dengan gaji pas-pasan untuk tetap bisa kenyang tanpa harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak.
Nah, jika kemarin Boombastis.com hanya membahas perihal keberadaan warung ini saja, kali ini kita akan berkenalan dengan para pemiliknya. Yang sempat viral satu minggu yang lalu tak lain adalah warung nasi rames Mpok Rini milik Rini (40). Ia mengaku bahwa inisiatif menjebol warung tersebut memang muncul untuk memudahkan para pembeli agar tidak meloncati pembatas. Dari berjualan nasi rames, Rini bisa mendapatkan keuntungan mencapai 1 juta Rupiah per harinya. Adapun pembeli Rini adalah para karyawan kantoran yang berada di wilayah Grand Lucky. Ia bercerita bahwa kadang ia mendapat pesanan puluhan bungkus nasi untuk makan para karyawan tersebut.
Di kawasan tersebut, Rini tidak sendirian loh. Ada beberapa warung lagi yang menerapkan konsep sana –menjebol dinding – untuk para pelanggannya. Hanya saja, setiap orang menjual menu yang berbeda-beda. Di antaranya ada warung gorengan milik Warti (46), yang baru dibuka sekitar enam bulan yang lalu. Warti berjualan dari Senin-Minggu dengan berbagai macam cemilan. Walaupun masih anggota baru di sana, Warti mengatakan jika dirinya sudah punya pemasukan kotor Rp700.000 per hari di hari kerja (Senin-Jumat). Sedangkan Sabtu-Minggu, ia bisa mengumpulkan Rp500.000 saja.
Sama dengan warung Warti dan Rini, ada warung Ibu Pattar milik Suparti (70) yang menjual menu makanan serupa, yaitu nasi. Dilansir dari Intisari Grid, warung Suparti letaknya lebih strategis, sehingga yang datang mampir makan bukan hanya para pekerja kantor dan proyek saja, tetapi juga masyarakat umum. Dalam satu bulan, Suparti berpenghasilan bersih sekitar 4 juta rupiah.
Warung terakhir adalah Warung Pemalang milik Damiah (59) yang juga menjual makanan berat seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, bahkan gorengan juga ada. Tak heran jika dari keempat lubang, milik Damiah-lah yang banyak menghasilkan pundi-pundi Rupiah. Per harinya, ia bisa menghasilkan uang Rp3.000.000 dari hasil berjualan. Lumayan fantastis bukan?
Akan tetapi, menjadi penjual melalui lubang seperti yang dilakukan keempat orang di atas bukan tanpa masalah. Mereka sering sekali mendapati pekerja dan karyawan dan datang hanya untuk makan dan ngutang. Hal tersebut bisa jadi karena para petugas proyek mengaku uang mereka tak cukup dan belum diberi makan oleh mandor mereka. ‘Yah, kalau enggak diberi sebagai utang kan kasian juga’, ungkap salah satu penjual. Atau alasan lain lagi, saat sedang asik makan si pelanggan tiba-tiba dipanggil oleh bos mereka, sehingga harus pergi saat itu juga dan belum membayar makanan yang dimakan.
BACA UGA: Warung Makan di Balik Tembok, Pesan Makanan Hanya Melalui Lubang Kecil di Dinding
Hal tersebut sudah menjadi sesuatu yang biasa bagi semua pemilik ‘warung bolong’. Mereka hanya mencatat di buku bon jika pelanggannya meninggalkan utang. Atau mau tak mau mengikhlaskan jika memang proyek sudah selesai dan pekerja tak lagi kembali ke sana. Toh, nanti pasti ada rezeki lain yang menggantikan makanan yang mereka utangi. Anggap saja sebagai sedekah kalau kata pemilik warung.