Kawasan Sumba yang kecil ternyata menyimpan cukup banyak tradisi adat yang memukau. Penduduk Sumba yang sebagian besar memeluk agama marjinal Marapu kerap mengadakan permainan yang cukup hardcore. Bisa dibilang, permainan itu mirip dengan permainan gladiator di mana setiap orang atau kelompok akan bertarung untuk melemparkan senjatanya.
Dalam permainan yang dikenal dengan nama Pasola ini, 2 kelompok petarung akan sama-sama menunjukkan aksinya. Mereka mengendarai kudu dengan sangat lincah untuk melemparkan lembing. Semakin banyak lembing mengenai lawan, kelompok ini menang sehingga kebanggaan desa atau orang tersebut akan naik. Berikut cerita tentang Pasola yang cukup nyentrik ini.
Lokasi Pelaksanaan dari Pasola
Pasola adalah tradisi sakral yang diadakan setiap tahunnya. Tradisi ini biasanya dimulai untuk menandakan masa tanam pada sawah. Pasola dilakukan di tempat yang berbeda setiap tahunnya. Biasanya tradisi ini dilakukan di empat desa berbeda yang terletak di Kabupaten Sumba Barat. Desa-desa itu terdiri dari desa Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.
Setiap tahun, warga desa yang mengadakan pasola akan bahu membahu untuk menyiapkan upacara yang sangat sakral ini. Mereka akan menyiapkan petarung yang sangat hebat dan juga kuda-kuda tangguh yang akan dijadikan alat bergerak. Kalau dua komponen ini bisa disiapkan dengan baik, upacara bisa segera dilaksanakan Sekitar bulan ke-2 atau 3 kalender masehi.
Rangkaian Acara Pasola
Pasola hanya bisa diadakan setelah upacara nyale diadakan. Nyale diadakan oleh tetua suku yang ada di desa. Tetua itu akan menyuruh seseorang untuk pergi ke pinggiran pantai. Mereka disuruh mencari cacing laut yang mulai melimpah. Cacing yang ditangkap akan dibawa dahulu ke para tetua untuk dilihat. Kalau cacingnya bagus, panen akan melimpah tahun ini serta keberkahan akan terus datang. Kalau cacingnya tidak sehat, malapetaka akan hadir.
Setelah para tetua melihat cacing, penduduk diperkenankan untuk nyale ke pantai. Mereka dipersilakan menangkap cacing yang menjadi simbol keberkahan. Setelah nyale dilakukan dengan tuntas, acara pasola yang ditunggu oleh penduduk termasuk wisatawan dari dalam dan luar negeri akan diadakan.
Pertarungan Sengit dengan Memacu Kuda
Pasola membagi permainannya menjadi dua kubu. Masing-masing kubu yang akan bertarung biasanya menyiapkan sekitar 100 petarung. Setiap petarung akan menaiki kuda dan memegang sebuah lembing dengan ujung tumpul untuk dilemparkan. Kalau lembing mengenai lawan, kemungkinan menang akan besar, terlebih kalau lawan sampai jatuh.
Pasola menunjukkan kecekatan seorang penunggang kuda dalam mengendalikan hewannya itu. Selain kecekatan, kemampuan untuk menghindari lembing juga menjadi sangat penting. Terakhir, keseimbangan juga sangat dibutuhkan agar tidak jatuh saat memegang lembing lalu melemparkannya kepada sasaran yang ada di depannya.
Makna Berkorban dalam Pasola
Dalam permainan pasola yang sangat seru, terkadang ada pihak yang sampai meninggal dunia. Keadaan ini dianggap sebagai tebusan atas dosa yang orang itu lakukan di dunia. Yang Maha Kuasa mengambilnya untuk mempertanggungjawabkan segala hal yang ada melalui pasola yang sangat sakral ini.
Oh ya, meski lembing yang dilemparkan tumpul, terkadang pemain juga kerap berdarah dengan cukup banyak. Para pemain yang ikut dalam pasola percaya kalau darah yang keluar dan bisa sampai jatuh ke tanah akan menjadi sebuah keberkahan. Setiap tetes akan memberikan panen melimpah dan menghindarkan penduduk dari mara bahaya.
Inilah sekilas tentang pasola yang merupakan permainan ala gladiator yang ada di Sumba. Meski terlihat seram, permainan ini sarat makna dan dijadikan ajang untuk mempererat hubungan antara desa satu dengan desa lain.