Tindakan kriminal seperti penipuan, tampaknya masih menjadi primadona di Indonesia. Semakin canggih zaman, semakin hebat teknik penipuan yang dilakukan. Tak jarang, para bandit pintar tersebut menggunakan teknik lawas yang dimodifikasi sedemikian rupa agar korban tak curiga. Seperti kasus uang mainan yang terjadi pada seorang pria di Tulungagung, Jawa Timur.
Selain malu tujuh turunan, peristiwa tersebut juga menyadarkan kita, bahwa cara itu tergolong masih ampuh di zaman yang katanya modern ini. Yang ironis, ada banyak orang-orang di Indonesia yang bisa tertipu dengan modus yang tergolong cerita lama tersebut. Siapa yang salah, para penipu atau kita yang kurang cerdas? Untuk lebih jelasnya, simak hal di bawah berikut ini.
Kurang teliti saat melakukan transaksi
Meski terkesan remeh, hal semacam ini bisa menjadi sesuatu yang fatal jika tak disadari sebelumnya. Dalam kasus uang mainan di Tulungagung, pria tersebut dijanjikan sejumlah uang tunai dalam jumah besar yang disimpan dalam kardus. Setelah dibuka, ternyata isinya hanya setumpuk uang mainan alias palsu. Yang menarik, hampir semua modus semacam ini menggunakan media kardus, kain atau pembungkus, yang tidak boleh dibuka selama rentang waktu tertentu. Solusinya, jangan terima pembayaran uang yang dipaket dalam bungkus ya Saboom. Takutnya kucing dalam karung tuh!
Terlalu percaya hal-hal takhayul
Siapa yang tak kenal dengan Kanjeng Dimas. Pria yang konon dapat menggandakan uang tersebut, nyatanya lebih banyak menghasilkan uang angan-angan daripada uang nyata. Modus penggandaan uang, terhitung masih menjadi favorit para penipu untuk mendulang untung dari korbannya. Entah karena ingin cepat kaya atau bosan hidup miskin, banyak dari mereka yang terjerat dengan teknik penipuan semacam ini. Di sinilah kelemahan saudara-saudara kita. Mereka masih senang terbuai dengan rayuan semu agar cepat kaya dengan waktu singkat. Mau kaya? kerja dong Saboom!
Gampang silau dengan tampilan fisik semata. Padahal hoax!
Siapa yang tak tergoda barang bagus dengan harga murah? Tentu semua bakal kesengsem berat dibuatnya. Sudah bagus, harganya murah pula. Astaga! justru modus inilah yang sering digunakan untuk menipu banyak pembeli. Tak jarang, mereka menyelipkan beberapa kata rayuan agar semakin meyakinkan calon korbannya. Dan hal tersebut terbukti. Rata-rata, mereka tertipu dalam transaksi yang dilakukan secara online. Alhasil, uang melayang, barang pun hilang. Sedih ya Saboom.
Sering panik tanpa menelusuri kebenaran yang sesungguhnya
Sering panik, itu wajar. Terutama bila mendengar kabar yang mengejutkan.Namun, hal tersebut tak lantas membuat kita abai dengan sekitar. Jika itu terjadi, para penipu bisa memanfaatkannya menjadi sasaran yang empuk. Contohnya seperti telepon yang mengabarkan keluarganya celaka, lantas meminta sejumlah uang. Saking paniknya, beberapa dari mereka bahkan memberikan sejumlah uang atau pulsa yang diminta lewat transfer. Semua dilakukan spontan tanpa mengecek kebenaran sesungguhnya. Saboom pernah ngalamin?
Mudah tergiur dan gampang percaya dengan janji palsu
Ini yang paling berbahaya. Jika Saboom termasuk orang yang mudah tergiur suatu tawaran tanpa penelusuran lebih lanjut, maka segeralah bertobat sebelum terlambat. Bukan apa-apa. Saat ini, bisnis abal-abal dengan iming-iming penghasilan ratusan juta dengan waktu yang singkat, sedang marak-maraknya. Meski terdengar tidak masuk akal, ada banyak orang yang tertarik bergabung dengan bisnis tersebut. Salah satu contohnya adalah investasi bodong yang telah membuat jutaan orang Indonesia kehilangan uang mereka.
Miris memang jika melihat kenyataan yang terjadi. Hidup di zaman modern seperti saat ini, tak lantas menjamin diri kita aman dari target penipuan. Salah satu contohnya adalah kasus uang mainan di Tulungagung. Ada baiknya jika lebih cermat dan teliti saat transaksi. Jangan bosan mencari tahu riwayat dan rekam jejak dari orang-orang tersebut. Juga hindari omongan manis yang tidak masuk akal. Dijamin, kita akan terhindar dari yang namanya gigit jari karena tertipu mentah-mentah.