Pepatah pernah mengatakan, sebuah negara bisa jatuh karena korupsi. Sepertinya hal itu pula yang perlu diwanti-wanti oleh negara kita Indonesia ini. Bagaimana tidak, tingkat kasus korupsi makin lama tambah parah saja, hasilnya banyak pejabat korup makin kaya dan rakyatnya menderita. Sepertinya korupsi perlu menjadi perhatian utama yang harus diberantas.
Bicara soal korupsi, sepertinya Indonesia perlu sedikit menengok negara-negara yang yang dulu kaya namun kini terlunta-lunta akibat korupsi parah. Semoga hal ini bisa menjadi pembelajaran bagaimana korupsi bisa menghancurkan sebuah negeri. Simak ulasan berikut.
Somalia negara yang kaya dengan sumber daya kini terlunta
Mungkin saat ini yang sering kita dengar mengenai Somalia adalah kengerian dari para bajak lautnya serta kemiskinan yang ada di mana-mana. Namun siapa sangka ternyata sebelumnya Somalia merupakan negara yang kaya akan ternak. Bahkan banyak negara yang menjadi langganan utama dari salah satu daerah di benua Afrika ini. Namun sayang keadaannya sekarang sudah tidak seperti dulu lagi.
Keberadaan para bajak laut di jalur transportasi membuat negeri itu tidak mampu mengirimkan ternaknya lagi. Ternyata itu semua bisa terjadi karena adanya korupsi para yang ada di sana. Bayangkan saja, kini Somalia masuk daftar nomor satu dunia sebagai negara terkorup. Dengan keadaan uang negara yang terkeruk habis, wajar banyak warganya yang menderita. Bukan hal yang aneh kalau kejahatan seperti bajak laut meningkat di mana-mana.
Afghanistan, kaya dengan emas tapi kini jadi tidak berbentuk
Saat ini, Afghanistan lebih dikenal sebagai negara konflik ketimbang negara kaya. Ya, rupanya negara ini dulunya pernah jaya dengan sumber dayanya yang luar biasa banyak . Terlebih, semua sumber daya itu berasal dari hasil tambang seperti emas dan tembaga. Diperkirakan hasil mineral dari negara tersebut bisa mencapai 60 miliar ton tembaga, sedangkan cadangan emasnya 2,2 miliar ton.
Itu masih belum ditambahkan hasil tambang lain sepeti lantantum dan cerium. Namun demikian bagaimana keadaan negara ini sekarang? Rupanya PDB dari Afghanistan hanya $2.501 perkapitanya, atau masuk jajaran negara miskin. Salah satu penyebab yang paling umum terjadi adalah korupsi ugalan-ugalan yang dilakukan oleh para pejabatnya. Bagaimana tidak, dari penilaian Transparency International (TI), mengungkapkan kalau Afghanistan mencapai indek 8 atau nilai tertinggi dalam masalah korupsi yang dilakukan pejabat dan aparaturnya.
Negeri Sudan yang tak karuan keadaannya
Seperti yang sudah diketahui, keadaan konflik di Sudan makin parah sejak negara tersebut terbelah menjadi dua. Kini keadaan kedua negara itu masih panas, bisa dibilang hanya dengan adanya isu sepele, maka bentrok senjata bisa terjadi. Namun bukan itu yang jadi sorotan utama, melainkan korupsi yang ada di negara tersebut. Bayangkan, meskipun disebut negara baru, namun tingkat korupsi di sana mencapai indeks delapan pada penilaian TI.
Padahal jika kita sedikit menengok keadaan Sudan sebelum peperangan, negara ini sejatinya kaya. Ya, rupanya Sudan menyimpan ratusan ribu ton emas sebagai hasil tambangnya. Namun sayang, sekarang rakyatnya di kedua belah pihak menderita akibat korupsi serta perang yang tak ada habisnya.
Korupsi di Kenya yang bikin bobrok negara
Kenya sebenarnya adalah negara yang kaya. Seperti daerah di benua Afrika lainnya, rupanya Kenya juga menghasilkan banyak hasil tambang yang luar biasa banyaknya. Sayangnya, lagi-lagi nasib tragis harus menimpa negara ini karena korupsi yang juga parah di sektor pemerintahan.
Rupanya negara ini juga memperoleh indeks 8 dan dinobatkan sebagai negara yang paling korup. Bahkan saking mengakarnya korupsi, sempat presiden Kenya memecat puluhan polisi dan tentara karena melakukan KKN berjamaah. Namun demikian, para koruptor ini tidak pernah kapok dan membuat keadaan negara jadi makin terpuruk.
Ya, jika dilihat dari nasib negara-negara tersebut kita jadi tahu bagaimana berbahaya korupsi. Sekaya apapun sebuah negara, namun jika banyak pejabatnya yang korupsi, akhirnya akan jadi miskin juga. Ini sebuah rambu merah bagi Indonesia agar tidak seperti mereka.