Pelatih merupakan salah satu elemen penting dari sebuah kesebelasan untuk meraih prestasi. Berkat peran mereka banyak tim mampu meraih gelar juara dan ada ribuan pemain sepak bola muncul karenanya. Meski sangat penting untuk perkembangan bola, namun jasa besarnya kerap sekali di padang sebelah mata. Beberapa kali pelatih Indonesia dipecat lantaran tidak sesuai ekspektasi, padahal banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan suatu tim.
Seperti nasib pelatih PSIS Semarang beberapa hari yang lalu. Saat itu Subangkit harus dipecat lantaran gagal pada tournament uji coba di Kalimantan. Padahal apabila kita melihat kiprahnya, kehebatan pria ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Kejadian tersebut tidak hanya menimpa pria 50 tahun itu saja, masih ada banyak lagi pelatih yang mengalami nasib yang sama. Lalu siapa sajakah mereka? Mari simak ulasannya sebagai berikut.
Sultan Harhara kalah dua kali dan langsung dicopot jabatannya
Pada awal kompetisi tahun 2006 lalu PSIS Semarang menjadi kekuatan besar di kompetisi sepak bola Indonesia. Melalui perpaduan aksi pemain lokal seperti M Ridwan dan asing Emanuel De Porras tim ini mampu puncaki tabel klasemen. Rekor bagus dengan sepuluh kali pertandingan tidak terkalahkan membuat mereka memulai start cemerlang di musim itu. Di tangan pelatih Sultan Harhara, PSIS sulit sekali untuk dikalahkan. Namun, hasil bagus tersebut tidak cukup membuat manajemen tim asal Semarang itu puas. Pada akhirnya pelatih asal Sumatra itu dipecat dan membuatnya terdepak meski kompetisi belum berakhir.
Timo Scheunemmen di tiga pertandingan awal dirinya dikeluarkan Persiba
Nasib tragis menjadi pelatih di Indonesia juga dirasakan oleh Timo Scheunemmen. Saat itu pria asal Jerman tersebut harus berhenti melatih setelah tiga pekan kompetisi bergulir. Hal ini menjadikannya sebagai pelatih tercepat yang harus mengakhiri karier di dunia sepak bola Indonesia. Kejadian tragis ini disebabkan lantaran penampilan Persiba Balikpapan jauh dari harapan di awal kompetisi. Pada kurun waktu itu Timo tidak mampu meraih kemenangan untuk tim Beruang Madu. Dilansir laman Indosport, dirinya mengaku trauma untuk kembali melatih tim sepak bola di Indonesia lantaran kejadian tersebut. Padahal banyak tim yang ingin menggunakan jasanya.
Gomes De Oliviera pelatih asing yang harus bernasib sama
Madura United menjadi kesebelasan baru pada kancah sepak bola Indonesia. Sebagai debutan, kiprah Gomes tidaklah bisa dipandang remeh banyak klub top tanah air tidak berkutik di hadapannya. Prestasi hebat ini membuatnya selalu berada di papan atas tabel klasemen. Performa bagus tim Madura ini tidak lepas dari tangan Gomes De Oliviera sebagai pelatih. Selama dua tahun dirinya bekerja mengubah wajah Madura United seperti sekarang. Tapi sayang, diprediksi akan melatih lama di tim asal Madura tersebut, pada bulan Februari lalu pelatih asal Brazil harus tinggalkan kursi kepelatihan. Apabila melihat prestasinya hal ini sangat disayangkan. Terlebih keputusan yang ia ambil lantaran kekalahan pada kompetisi pra musim, yang sebenarnya hanya digunakan untuk mematangkan klub.
Indra Sjafri, semua perjuangannya tidak cukup untuk bertahan di Timnas
Drama pemecatan pelatih tidak hanya dirasakan oleh para nahkoda klub saja. Pasalnya Indra Sjafri juga merasakan hal yang sama, seperti beberapa pelatih tadi. Saat itu di tengah persiapan piala AFF 2018 di Jakarta pria asal Sumatra ini harus meninggalkan jabatannya. Kisah ironi tersebut menutup lika-liku perjuangannya dalam mengembangkan pemain usia muda Indonesia. Dilansir pada laman Goal, keputusan itu diambil lantaran performa buruk yang ditampilkan timnas saat kompetisi Pra Piala Asia U-19. Hal ini tentunya sangat mengejutkan banyak publik lantaran jasa besarnya terhadap Timnas. Saat ini, dirinya bersama Ustad Yusuf Mansur tengah kembangkan sepak bola Indonesia.