Pembunuhan adalah tindakan kriminal yang terus terjadi. Karena berbagai alasan, ada orang yang tega untuk mengambil nyawa orang lain. Sebagian dari pelaku pembunuhan mengaku sudah lama mengincar korbannya dan merasa dendam. Sementara pembunuh lain mungkin hanya melakukan tindakan tersebut secara spontan.
Orang-orang yang akan kita bahas berikut ini adalah orang-orang yang memiliki motif membunuh paling konyol. Mereka melakukan pembunuhan berdarah hanya karena hal-hal sepele seperti konser musik, film dan kata ‘terima kasih’. Apa saja motif konyol tersebut?
Pada era awal 2000-an nama penyanyi punk-rock Avril Lavigne memang sangat mahsyur. Banyak remaja dari berbagai belahan dunia mengagumi gadis cantik bersuara indah tersebut. Demikian pula dengan seorang pria bernama Robert Lyons yang sangat menggemari pelantun “I’m with You” itu.
Pada tahun 2011, Robert Lyons ingin menonton konser Avril di Chicago, namun dia tidak memiliki uang. Dia meminta sejumlah uang kepada ibunya, namun permintaan itu ditolak oleh sang ibunda. Robert menjadi sangat gerang dan membunuh sang Ibunda dengan menggunakan pecahan botol dan menikam punggungnya berkali-kali. Robert dikenakan hukuman penjara selama 40 tahun.
Seorang remaja berusia 16 tahun, Brenda Ann Spencer adalah murid dari salah satu sekolah di San Diego. Dan tiba-tiba saja, pada 9 Januari 1979, menembak beberapa siswa yang sedang berada di sekolahnya. Kepala sekolah yang sedang berusaha menolong seorang siswa yang terluka juga ditembak oleh Ann. Dia juga menembak seorang pegawai sekolah bernama Mike Suchar, ketika pria tersebut mencoba menolong kepala sekolah yang tertembak. Bahkan, ketika polisi sampai di lokasi kejadian, Ann dengan membabi buta menembaki para polisi.
Setelah 7 jam drama penembakan tersebut, Ann akhirnya menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib. Dia kemudian diberi hukuman seumur hidup dan baru akan dibebaskan pada tahun 2019. Ketika ditanya tentang alasan melakukan pembunuhan sadis tersebut, Ann hanya mengatakan, “aku tidak suka Hari Senin.”
Pada tahun 2005, Craig Walter dan Maurice Wilson pergi ke sebuah tempat di London untuk menghisap ganja. Mereka berdua adalah sahabat, dan sudah biasa melakukan ini sebelumnya. Setelah menghisap lima belas linting ganja, merekapun mulai berhalusinasi dan meracau tidak jelas. Ganja memang memberikan efek yang berbeda pada setiap orang. Ada yang menjadi “bahagia” ketika sedang mabuk ganja dan ada juga yang menjadi paranoid.
Sayangnya, Craig Walter adalah tipe orang yang menjadi paranoid ketika mabuk. Sementara Maurice adalah tipe yang “bahagia” ketika mabuk. Begitu bahagianya Maurice, dia berteriak dengan sangat kencang, “Aku mencintai kehidupan!”. Ketika itulah Maurice bereaksi dengan menikam dan membunuh temannya karena dia tidak suka oleh perkataannya tersebut. Dia ditikam sebanyak 17 kali.
Film Matrix adalah sebuah film box office dimana kita disuguhi intrik antara dunia fantasi dan dunia nyata. Di film ini kita diminta untuk mempertanyakan kembali keyakinan kita tentang kenyataan. Film yang diperankan oleh Keanu Reaves ini secara aneh menimbulkan sejumlah kasus pembunuhan akibat meniru film action tersebut.
Seperti halnya Tonda Lynn Hamilton. Tonda membunuh induk-semang dari rumahnya karena dia merasa sedang berada di film Matrix. Selain itu, beberapa pembunuh seperti Vadim Misiges, Joshua Cooke dan Lee Malvo juga membunuh karena merasa ada dalam film Matrix.
Pada tahun 2003, Fergs Glen yang berumur 36 tahun sedang memasak untuk kakaknya, Craig. Setelah hidangan selesai, mereka duduk di meja makan yang sama untuk menikmati makan malam. Craig memakan masakan Fergus dengan sangat lahap. Namun, setelah selesai makan, Craig tidak mengucapkan terima kasih untuk masakan adiknya tersebut.
Fergus menjadi sangat marah dan mengambil kapak lalu membunuh sang kakak. Fergus mengaku dia tidak menyesal telah melakukan pembunuhan itu. Meski kedua saudara ini memang sering terlibat cekcok, namun tidak ada alasan spesifik lain untuk kasus pembunuhan tersebut selain “lupa berterima kasih”.
Bagaimanapun, pembunuhan bukanlah hal yang bisa dibenarkan. Meski para pembunuh di atas mengaku memiliki kemarahan yang amat sangat, namun tidaklah adil jika mereka mengambil nyawa orang lain karena alasan itu. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk hidup.
Kunci paling utama adalah mengendalikan diri dan emosi. Kita harus berhati-hati dengan emosi kita sendiri. Jika salah dan terbawa emosi, bukan tidak mungkin kita akan melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. (HLH)
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…