Mungkin bukan rahasia lagi kalau gadis-gadis Dayak memang terkenal dengan kecantikannya. Terlebih, gadis Dayak punya paras yang alami. Nggak seperti perempuan Korea yang sebagian besar hasil operasi plastik, atau cewek-cewek kota yang mukanya dilapisi make up.
Karena kecantikan yang asli itu, banyak pria yang mabuk kepayang dan pengen menikahinya. Meski cantik, namun untuk menikahi gadis Dayak perlu perjuangan lho. Contohnya saja para masyarakat dari Dayak Pagusan. Untuk menikahi gadis di sana, banyak syarat yang terkesan rumit namun kaya akan simbol. Berikut ini yang harus kamu lalui jika ingin memperistri wanita Dayak Pagusan.
Bertunangan secara adat
Di tengah gempuran budaya modern, Dayak adalah salah satu suku yang masih bisa mempertahankan tradisi pernikahan adat mereka. Jika ada laki-laki dan perempuan yang saling menyukai, mereka harus lebih dulu melakukan pertunangan. Proses tersebut sendiri dibagi menjadi dua, yaitu lamaran dan juga perencanaan pernikahan.
Seserahan pihak laki-laki
Sebelum melaksanakan pernikahan, pihak laki-laki harus memberikan seserahan berupa barang tertentu. Barang-barang tersebut adalah, mangkuk lima singkar, sebilah parang lengkap dengan sarung, kain batik, rantai marik (manik-manik), dua buah cuku (tempat minyak wangi) dan masih banyak lagi barang-barang yang harus dilengkapi.
Mengarak calon pengantin
Jika semua barang-barang yang menjadi syarat tersebut sudah dipenuhi, proses selanjutnya adalah mengarak calon pengantin pria menuju tempat upacara yaitu kediaman mempelai wanita. Acara tersebut biasanya dipimpin oleh juju bicara pihak perempuan untuk meminta barang seserahan dari pihak laki-laki. Setelahnya, kedua calon pengantin duduk bersandingan dan diberi semangkuk tuak untuk diminum bergantian.
Memberikan nama panggilan
Setelahnya, pemimpin upacara juga akan mengajak pengantin ini menari. Saat itu juga mereka akan mendapat gelar sesuai dengan status sosial mereka di masyarakat. Gelar tersebut digunakan saat upacara-upacara tertentu. Kedua pengantin juga diberi panggilan tertentu. Dalam sehari-hari, kerabat atau mertua tidak boleh memanggil menantunya dengan nama aslinya, melainkan nama panggilan yang diberikan.
Itulah tahapan pernikahan adat Dayak. Begitu tradisional meski Indonesia sendiri telah didominasi oleh masyarakat modern. Memang, pernikahan adat Dayak terkesan lebih rumit, namun begitu kaya akan makna.