Setiap fenomena alam alias bencana yang terjadi di Indonesia pasti meninggalkan duka tersendiri. Ia melahap ratusan nyawa, tempat tinggal, serta berbagai macam bangunan yang ada. Tapi, lagi-lagi bencana kadang juga bisa membuat kita takjub dan kembali bersyukur.
Kamu tentu masih ingat dengan Tsunami Aceh, atau letusan gunung merapi Yogyakarta? Di tengah bencana yang menelan banyak korban tersebut, ada masjid Baiturrahman yang masih tegak kokoh walaupun semua bangunan sekitarnya habis diterjang bencana. Atau lava merapi yang melewati Masjid Al Mujahidin begitu saja.
Sama seperti dua kejadian di atas, gempa masif yang mengguncang Lombok juga meninggalkan beberapa peristiwa unik, salah satunya masjid kuno yang berdiri di Kampung Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berjarak 80 kilometer dari ibukota. Padahal 7,5 SR plus ratusan kali gempa susulan rasanya mustahil sekali jika bangunan tersebut masih tegar seperti tak tersentuh.
Tak ada yang istimewa dari fisik bangunan ibadah ini, dindingnya terbuat dari bamboo, begitupun dengan kerangka atap yang berasal dari bambu serta ditutupi oleh ijuk. Sedangkan fondasinya terbuat dari batu. Namun, dari segi sejarah Masjid kuno Bayan memang menyimpan kisah tersendiri.
Masjid itu masuk situs bersejarah yang sudah ada sejak abad ke 17. Saat ini diperkirakan usianya telah lebih dari 300 tahun. Masjid ini jadi salah satu masjid tertua di Nusa Tenggara Barat, seperti dilansir dari okezone.com.Dulunya, kecamatan Bayan adalah gerbang menuju masuknya islam di Pulau Lombok. Di kecamatan ini kemudian Masjid Bayan Beleq dibangun, sebagai bangunan ibadah tertua yang ada di Nusa Tenggara. Keberadaan masjid ini sangat dihormati oleh masyarakat setempat, terutama yang menganut pemahaman Wetu Telu.
Ternyata bukan hanya masjid kuno bayan saja yang tetap kokoh, rumah adat warga juga tak mengalami kerusakan. Seperti di bagian Bayan Barat, tiga lumbung padi dan 2 bruga (pendopo), serta rumah warga yang terbuat dari dinding bambu beratapkan ilalang tak goyah sedikitpun.
Kejadian ini bisa jadi merupakan kekuasaan Allah, di mana ia menjaga rumahnya yang sudah dipakai untuk beribadah selama berabad-abad lamanya. Atau kemungkinan lain bisa jadi karena memang bangunan adat dibuat dari konstruksi dan pondasi kokok, sehingga tahan terhadap gempa.