Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya terjatuh juga. Mungkin pepatah inilah yang tepat untuk menggambarkan aksi seorang buronan yang berhasil melarikan diri tapi akhirnya tertangkap juga. Berbagai cara akan dilakukan oleh seorang buronan dalam menghindari proses hukum, mulai dari yang biasa, hingga yang paling ekstrim. Bahkan tidak segan-segan rela membayar mahal orang lain dalam menjalankan aksi mulusnya.
Buronan yang belakangan menyita perhatian adalah mantan bos Nissan, Carlos Ghosn, yang rela membayar orang dan bersembunyi di dalam koper. Kasus pelariannya ini, telah direncanakan dengan sangat rapi dan dianggap sebagai perencanaan yang paling cerdik. Itulah sebabnya mengapa banyak pihak yang tertipu dengan aksi cerdiknya ini. Bahkan, kasus buronannya ini melibatkan beberapa negara. Penasaran bagaimana kisah bos Nissan tersebut? Yuk kita simak beberapa fakta menarik yang akan kami sajikan berikut ini.
Lahir di Rondonia, Brasil, ada darah Lebanon yang mengalir dalam dirinya berasal dari kedua orang tuanya. Ghosn memiliki andil yang cukup besar dalam mengembalikan kejayaan perusahaan mobil asal Jepang tersebut, setelah sebelumnya dinyatakan hampir bangkrut. Ia menduduki jabatan pemimpin eksekutif pada tahun 2001 setelah Renault membeli saham perusahaan Nissan. Ia sendiri bahkan telah bekerja untuk Nissan sejak tahun 1999.
Alasan Ghosn melarikan diri dari Jepang karena ia ingin mendapatkan keadilan setelah dirinya diduga menyalahgunakan keuangan perusahaan. Hal ini berawal saat ia tidak melaporkan gajinya secara penuh mulai dari tahun 2013 hingga tahun 2018. Ghosn lebih memilih melarikan diri dari Jepang dan membantah semua tuduhan tersebut. Ghosn juga menganggap, jika Jepang tidak memiliki keadilan terhadap dirinya. Hal ini diungkapkannya setelah ia berhasil kabur ke Lebanon.
Seperti dilansir dari Liputan6, kisah pelariannya ini cukup panjang. Pada tanggal 29 Desember 2019 lalu, melalui kamera pengamanan, ia terlihat meninggalkan tempat tinggalnya. Lalu ia menaiki kereta cepat dari Stasiun Shinagawa di Tokyo, dengan tujuan Stasiun Shin di Osaka. Setelah tiba di Osaka, ia naik mobil dengan tujuan hotel yang lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Kansai. Kemudian ia melarikan diri dengan menggunakan jet pribadi saat mendekati tengah malam.
Ia memilih Lebanon, karena memang negara tersebut tidak terikat perjanjian kerja sama ekstradisi dengan Jepang. Namun, permintaan ekstradisi bisa dikirimkan ke Lebanon meski tidak ada perjanjian formal, seperti yang disebutkan oleh Menteri Kehakiman Jepang Masako Mori. Apalagi, Ghosn memiliki keturunan darah Lebanon dari orang tuanya. Bahkan Menteri Lebanaon Salim Jreissati menyatakan bahwa dengan mengantongi paspor Prancis dan ID Lebanon, membuat Ghosn masuk secara legal ke negaranya.
Lantas, bagaimana ia bisa lolos dengan begitu mudah? Ia menggunakan cara yang cukup cerdik, sehingga bisa mengelabui banyak orang. Ia nekat bersembunyi di dalam sebuah koper yang bagian bawahnya memiliki roda. Koper model ini biasanya digunakan untuk membawa peralatan audio system. Ukurannya yang cukup besar, sehingga banyak orang tidak menaruh curiga terhadap isi dari koper tersebut.
Agar aksinya berjalan mulus, ia telah menyusun rencana pelariannya dengan sangat matang dan dibantu oleh beberapa orang. Ghosn menyewa beberapa orang, di antaranya pria 60 tahun bernama Michael Taylor dan putranya, Peter. Ternyata trik yang dilakukannya ini telah berhasil meloloskannya dari Jepang menuju Lebanon. Pelarian skala internasional ini, bahkan dianggap sebagai pelarian yang sangat cerdik.
Setelah aksinya terbongkar, ternyata aksi pelarian Ghosn dibantu oleh orang yang cukup ahli di bidang militer. Ya, Michael Taylor merupakan seorang mantan veteran pasukan khusus asal Amerika Serikat. Ayah dan anak ini telah diekstradisi ke Amerika Serikat setelah diketahui menyembunyikan pelarian mantan bos Nissan di dalam koper.
Bahkan, saat keduanya ditanya oleh hakim, apakah mereka merasa keberatan atas dakwaan yang diajukan oleh Kantor Kejaksaan Tokyo, keduanya menjawab tidak keberatan. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, ayah dan anak ini dijatuhi hukuman penjara maksimal tiga tahun. Keduanya dianggap memiliki andil dalam aksi pelarian bos Nissan dan telah dibayar Ghosn sebesar $ 1,3 juta USD atau sekitar Rp18,5 miliar.
BACA JUGA: 5 Fakta Harun Masiku, Tersangka Kasus Suap KPU yang saat Ini Menjadi Buronan Negara
Membantu dalam hal kejahatan memang sangat tidak dibenarkan. Risikonya tentu sangat tinggi, yakni bisa saja berhadapan dengan hukum. Seperti apa yang dialami oleh ayah dan anak yang telah membantu aksi kaburnya Carlos Ghosn. Jika memang merasa benar, seharusnya Ghosn menghadapinya tuduhan tersebut, bukan malah menghindarinya. Bagaimana menurutmu?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…