Jalan terjal semifinal piala AFF U-19 akan menjadi babak baru yang menguji apakah anak asuh Indra Sjafri pantas juara atau tidak. Dan Timnas Malaysia akan menjadi rintangan pertama untuk mewujudkan mimpi merengkuh trofi kejuaraan tersebut di hadapan pendukung sendiri. Dalam sejarahnya, partai nanti akan menjadi pertemuan pertama kedua tim di fase gugur. Sebelumnya di ajang yang sama Malaysia dan Indonesia banyak bentrok di fase grup.
Apabila melihat performa kedua tim selama ini, pertandingan yang akan dihelat Kamis, 12 Juli 2018 tersebut akan menjadi duel seru. Kendati Timnas lebih unggul lantaran tuan rumah, namun hal tersebut bukanlah jaminan. Berkaca pada bentrok di Kualifikasi Piala Asia 2017, Indonesia saat itu juga berhasil dicukur habis oleh Malaysia. Padahal waktu itu tim Garuda Muda tampil dengan kekuatan penuh. Seperti apakah kisahnya? Mari ingat kembali lewat ulasan ini, agar kita tidak jumawa.
Indonesia dicukur telak lewat gol di menit-menit awal babak 1 dan 2
Stadion Paju Korea Selatan menjadi saksi bisu bagaimana terkaman Hari Malaya terhadap pasukan Garuda Muda. Bermain di kompetisi bertajuk Kualifikasi Piala Asia 2017 Indonesia yang menghadapi tim tetangga harus pulang dengan kepala tertunduk. Bertanding selama 90 menit Timnas dicukur habis lewat empat gol yang disarangkan di gawangnya. Awal babak pertama dan dua menjadi momok menakutkan saat itu.
https://www.youtube.com/watch?v=uUz5uOxgRGY
Gebrakan Malaysia setelah pertandingan digulirkan hasilkan gol pada menit ke 7 lewat eksekusi penalti pemainnya Muhamad Hadi. Kejadian serupa juga terjadi di awal babak kedua, di rentang dua menit berjalan Indonesia kembali kecolongan lewat Pillay Asokan. Selain gol diawal laga Malaysia juga ciptakan gol menit 51 dan 34.
Organisasi pertahanan yang rapat jadi kunci sukses Harimau Malaya saat itu
Kemenangan Malaysia sendiri merupakan buah dari taktik jempolan sang pelatih yakni Bojan Hodak yang mampu redam agresivitas Timnas Indonesia. Saat itu kesebelasan negara tetangga tersebut memainkan organisasi pertahanan rapi dan rapat. Hampir setiap pemain mampu menerapkan taktik tersebut dengan sangat baik.
Hal ini dibuktikan dengan hanya mampunya Timnas menciptakan satu gol saja. Tidak hanya itu Egy Maulana Vikri yang dimainkan babak kedua juga mampu diredam. Selain kemampuan tersebut gagalnya Tim Merah Putih dalam mengeksekusi banyak peluang juga jadi penyempurna taktik itu. Tercatat dalam laga saat di Korea Selatan, Indonesia telah ciptakan 14 peluang ke gawang Malaysia.
Hanis Saghara menjadi pemain satu-satunya mampu ciptakan gol
Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan Malaysia tersebut, Hanis Saghara menjadi satu-satu pemain yang mampu menciptakan sebuah gol. Memanfaatkan bola muntah dari kiper Malaysia setelah gagal mengamankan tendangan M Iqbal. Tercatat gol pemain Bali United tersebut terjadi di penghujung babak pertama yakni menit 42.
Satu gol ini menjadi gambaran bagaimana lemahnya pemain Garuda Muda dalam mengeksekusi sebuah peluang menjadi gol. Padahal mereka menguasai laga dengan 85 persen bola berada di kaki anak asuh Indra Sjafri. Dalam laga derby itu Indonesia mampu ciptakan 14 peluang dan catatkan lima tendangan tepat sasaran ke gawang tim Harimau Malaya tersebut.
Hasil buruk itu membuat posisi Indonesia berada di bawah Malaysia
Selain luka dan harga diri yang tercabik, kekalahan Indonesia itu juga membuat mereka harus puas duduk di peringkat ketiga kualifikasi Piala Asia 2017 tersebut. Hasil yang sebenarnya tidak berarti apa-apa untuk Indonesia, pasalnya Timnas kita sudah memastikan lolos lantaran akan menjadi tuan rumahnya ajang tersebut.
Namun hasil tersebut berarti sebaliknya untuk Tim Negeri Jiran tersebut. Dengan kemenangan itu mereka memastikan lolos untuk berlaga di Piala Asia. Dan poin sembilan yang diperolehkan Malaysia juga sukses membuat mereka duduk di atas Indonesia yang berada di urutan ketiga grup F tersebut.
Catatan buruk ini agaknya dapat menjadi obat pengingat ampuh untuk mengevaluasi sebelum berjumpa mereka lagi. Kemenangan-kemenangan Harimau Malaya seperti menjadi ironi dan luka yang mendalam untuk Timnas. Pasalnya pertemuan kedua tim tidak hanya skor saja yang dipertaruhkan, lebih dari itu ada gengsi dan rivalitas yang mengakar sejak dahulu.