Selain Indonesia Timur, bagian daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga juga banyak sekali belum tersentuh peradaban. Hal ini karena letaknya yang jauh di pelosok sehingga susah dijangkau. Salah satunya adalah Long Bawan.
Long Bawan adalah desa yang berada di Kecamatan Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara. Long Bawan berada di daerah perbukitan, 700-1200 meter di atas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Bagaimana keadaan di desa ini? Lengkapnya dalam uraian berikut!
Belum ada akses jalan darat
Letaknya yang berada di perbukitan membuat akses ke Long Bawan sangat susah. Berpuluh tahun Indonesia merdeka, masih belum ada jalan darat yang bisa mengantarkan kita ke desa ini. Jika pun ada, jalan tersebut masih belum beraspal. Ironisnya, jalan mulus malah ditemukan di daerah Serawak yang memang sangat dekat dengan Long Bawan. Satu-satunya transportasi yang bisa mengantar kita ke Long Bawan adalah pesawat komersil –dengan jumlah penumpang terbatas, dari Tarakan, Malinau dan Tarakan.
Hasil tani yang banyak dijual ke negara tetangga
Long Bawan memang berada di perbukitan, namun uniknya tanah di sini memiliki permukaan datar sehingga digunakan sebagai tempat membangun rumah dan bercocok tanam. Tanah dan lahan Long Bawan terkenal subur sehingga warga mengelolah ladang mereka dengan sistem organik dengan produk berkualitas seperti beras Adan. Sayangnya, beras Adan ini lebih banyak dijual ke negara tetangga., seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Sisanya, penduduk menyimpan di lumbung serta memanfaatkannya sebagai kebutuhan sendiri.
Desa yang kaya namun terisolir
Long Bawan tersembunyi di balik gunung-gunung di belantara Kalimantan, sehingga ia tampak terperangkap dalam hutan belantara. Udaranya sejuk dan dingin membuat siapa saja akan merasa betah dan damai. Selain beras Adan yang berkualitas, Apel dan garam gunung adalah dua budidaya lain yang tak kalah berkualitas. Kelompok tani mengembangkan Apel karena memang bisa hidup dengan subur di Long Bawan. Sedangkan Garam gunung dikelolah dari sumur air bergaram. Hasilnya bisa berupa garam dalam kemasan serta garam batangan dengan kualitas super.
Belanja menggunakan ringgit Malaysia
Nah, kebanyakan daerah perbatasan Indonesia memang menggunakan mata uang asing untuk alat tukar mereka. Seperti halnya daerah di Timur yang lebih suka berbelanja dengan Kina Papua Nugini, Long Bawan juga menggunakan Ringgit Malaysia sebagai alat tukar mereka. Ekonomi yang sulit juga membuat mereka menggantungkan diri ke negara ini, mulai dari menjual hasil alam hingga belanja kebutuhan pokok. Mirisnya lagi, meskipun berstatus warga negara Indonesia, Long Bawan tak mengenal apa itu uang Rupiah, karena terlalu terisolasi.
Begitulah kehidupan di Long Bawan, kita tak bisa menyalahkan pemerintah juga karena pada dasarnya mereka telah berusaha membangun akses dari desa ini menuju ke Long Midang dan sekitarnya. Dengan begitu isolasi akan terbuka dan mereka juga bisa merasakan bahwa mereka adalah bagian dari Indonesia. Semoga pembangunan infrastruktur dan kondisi ekonomi Long Bawan terus meningkat ya Sahabat Boombastis.