Buat kalian yang tinggal di Surabaya, tentu pernah mendengar Penjara Kalisolok bukan? Rumah tahanan ini adalah bangunan zaman Belanda yang dibuat untuk tempat penahanan sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Wage Rudolf Soepratman dan Kiai Haji Mas Mansur.
terletak di Jalan Kasuari No. 7 Kelurahan Krembangan Selatan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Penjara Kalisolok sudah tak lagi beroperasi sejak tahun 2000. Pengosongan ini, konon berkaitan dengan ruislag (antara Kanwil Departemen Kehakiman Jawa Timur dengan PT. Fairco Jaya Dwipa Jakarta) yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang pada waktu itu. Lapas ini akhirnya ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan SK Nomor 188.45/251/402.1.04/1996 dengan nomor urut 42.
Mitos dan sejarah Penjara Kalisolok di zaman dahulu
Pada masanya, Lembaga Pemasyarakatan ini adalah salah satu dari banyak rumah tahanan yang cukup ditakuti oleh para penjahat. Berdiri pada 1750, salah satu mitos paling terkenal adalah suara angsa yang bersahutan tengah malam. Konon itu suara makhluk halus penghuni penjara. Di tempat ini juga ada sebuah sumur yang dianggap ajaib oleh para tahanan.
Tempat pemandian tersebut memiliki air yang bisa menyembuhkan luka dengan cepat. Bangunan yang dibuat ketika zaman colonial inipun terkenal tidak bisa dipaku. Hal tersebut karena dindingnya yang terlalu terbal, sehingga saat paku akan ditancapkan, bukannya masuk malah menjadi bengkok.
Rumah bagi pelaku kejahatan kelas kakap
Momok-momok menakutkan kerapkali terdengar dari Tahanan Kalisolok ini. Hampir mirip dengan Nusakambangan, Kalisolok adalah rumah untuk tahanan kelas kakap yang melakukan kejahatan berat. Selain itu, hampir semua pejuang kemerdekaan merasakan dinginnya lantai Kalisolok, termasuk presiden pertama RI, Ir. Soekarno.
Faktor lain yang membuat narapidana bertambah takut adalah ruangannya yang sempit, pengap dan gelap. Bayangkan saja, dalam satu sel dengan kapasitas 20-30 orang dipaksakan tinggal 90 nyawa, apa tidak sangat sumpek dan stress?
Kalisolok yang sekarang menjadi kos-kosan
Jika dilihat dari luar, Kalisolok memang tidak terlalu menyeramkan seperti dulu lagi. Meski tembok tinggi masih mengitari penjara, dinding di luarnya sudah berhias mural yang berwarna-warni. Uniknya, tempat yang dulu bak neraka bagi sebagian narapidana itu kini disulap menjadi kos-kosan. Sekilas memang tak ada tanda-tandan kehidupan, namun ternyata ada segelintir orang hidup di dalamnya.
Sel-sel bekas tempat tinggal tahanan itu sudah alih fungsi selam sepuluh tahun terakhir. Satu-satunya akses menuju kos hanyalah pintu kayu kecil tak jauh dari konter yang bertuliskan ‘tretan’. Ya, wajar saja kalau memang tidak banyak yang tau keberadaan kos-kosan ini karena pintu akses yang selalu terkunci dan harus ada orang khusus yang menunjukkan jalannya.
Kerasnya hidup di tengah kota Surabaya
Menjadi kota terbesar kedua di Indonesia membuat biaya hidup di Surabaya mencekik leher. Apalah daya para pekerja yang mencari uang dengan menjadi pelayan toko, bekerja di mal, atau kuli serabutan. Mitos dan cerita seram di Kalisolok masih kalah seram dengan biaya hidup yang harus dipenuhi setiap bulan. Alhasil, mereka memilih tinggal di bekas bilik pesakitan –yang sebetulnya tidak layak huni.
Sang penjaga kos sekaligus penggagas kos bernama Pak Yanto mengatakan bahwa ia sudah mendapat izin perusahaan swasta (yang kini memiliki hak pengelolaan penjara) untuk menyekat sel dengan triplek dan membuatnya disebut kamar. Setiap kamar hanya dihargai 130 ribu Rupiah per bulan. Luasnya? Jangan ditanya, hanya 1,5 meter saja.
Rutinitas para penghuni kos-kosan
Kos-kosan ini hanya diperuntukkan bagi perempuan saja. Aturannya sama layaknya kosan kebanyakan, mereka sama sekali tidak boleh membawa lelaki masuk, sewa kosan harus dibayar tepat waktu, telat sehari saja maka harus angkat kaki saat itu juga. Aturan ini diterapkan karena kos bekas penjara ini sangat diminati, bahkan ada waiting list orang yang akan menempati saat satu kamar kosong. Rutinitas para penghuni kos rata-rata sama.
Mereka hanya menempati kos sebagai tempat meletakkan barang-barang selagi mereka bekerja. Sisanya, setiap akhir pekan, masa-masa liburan, kos akan sepi layaknya gedung tak berpenghuni. Selain kos yang lengang menjelang weekend, para penghuni kos punya kebiasaan mandi antre dan kumpul untuk sarapan bersama. Menjelang siang, kos akan kembali lengang.
BACA JUGA: Penjara Kalisosok, Pengasingan Bawah Tanah Paling Suram Tempat Pejuang Indonesia Disiksa
Mereka yang tinggal di sini adalah para pekerja dengan gaji yang tak seberapa tetapi dituntut bertahan di kota besar berbiaya hidup mahal. Mereka tak punya pilihan lain kecuali tinggal di kamar yang sebenarnya sudah tak lagi layak huni. Kerasnya kehidupan mengalahkan seram dan suramnya bekas sel Kalisolok.