Korupsi di Indonesia ini bukannya hilang malah makin banyak ditemui menjangkiti para pejabat. Baik pejabat besar maupun kecil, ada saja yang terjerat tindak pidana ini. Alhasil banyak sekali kerugian negara yang mesti ditalangi. Kalau hal ini terus berlanjut, maka bagaimana negara kita bisa maju?
Soal korupsi di Indonesia, nyatanya aksi tercela itu sudah terjadi sejak zaman dulu, ketika bangsa ini masih bernama Nusantara. Tak kalah greget dari korupsi zaman sekarang, di masa lampau aksi main sikat harta yang bukan haknya ini juga parah. Bahkan ada yang sampai mengganggu stabilitas. Lalu seperti apa potret korupsi paling parah yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia? Simak ulasan menariknya berikut.
Korupsi yang sering terjadi pada masa kerajaan nusantara
Entah sudah berapa jumlahnya, namun yang jelas praktik korupsi di masa Nusantara ini dulu sangat banyak. Bahkan beberapa prasasti telah menulis bukti praktik penyelewengan uang ini di abad ke-9 Masehi. Salah satunya adalah dalam prasasti Rumwiga. Di sana dijelaskan ada penyimpangan dalam penarikan pajak pada penduduk. Misalnya jika seharusnya 100 pajak diserahkan pada kerajaan, hanya 80 saja yang dibayarkan. Sedangkan yang 20 lagi diselewengkan atau malah dipakai untuk menjamu para petugas pajak. Hal ini menjadikan bukti kalau pada zaman dulu praktik seperti ini memang sering terjadi.
Korupsi yang tidak terhitung pada zaman penjajahan
Salah satu bukti korupsi besar yang sempat terjadi adalah ketika tanam paksa dilakukan di Nusantara. Seperti yang diketahui, kalau tanam paksa adalah sebuah ‘perbudakan’ bagi pribumi dengan siasat buruk penjajah untuk mendapatkan keuntungan besar bagi negara induknya. Namun dalam praktiknya, ternyata para pejabat lokal yang malah dapat untung paling banyak. Dilansir dari Kompas, pada masa tanam paksa, 20% saja hasil panen yang diterima oleh para petani, nah negara induk hanya memperoleh 20% saja, sedangkan 60% sisanya ‘dikemplang’ oleh para pejabat lokal dan daerah. Waduh besar juga korupsinya ya.
VOC yang bahkan sampai bangkrut karena korupsi
Kita kenal VOC sebagai salah satu organisasi dagang luar yang paling berhasil pada masa penjajahan. Tak hanya di wilayah nusantara, namun cakupannya sampai ke luar negeri. Namun, dilansir dari Republika, salah satu faktor yang membuat organisasi besar ini hancur adalah karena korupsi. Di pelabuhan dagang yang dikuasai VOC, pungli saat kapal keluar-masuk adalah pemandangan yang biasa. Oleh sebab itu keuntungan yang mereka dapatkan jadi banyak terpotong. Belum lagi ulah para pejabatnya yang doyan hidup mewah, bayangkan saja satu satu orang nyonya atau nyai bahkan harus dikawal oleh lima pengikut. Alhasil, wajar karena tak mampu mengurus korupsi yang merajalela akhirnya organisasi dagang ini bangkrut.
Adanya korupsi pada masa awal kemerdekaan yang bikin puyeng
Lagi-lagi polemik serupa terjadi pada masa awal kemerdekaan, entah itu pada masa orde lama maupun orde baru. Sejatinya banyak kasus korupsi waktu itu, namun ada beberapa yang kelewat batas. Salah satunya adalah korupsi Kapten Iskandar yang luar biasa parah. Dilansir dari Kompas, pada tahun 1960-an, dirinya ditangkap karena melakukan penggelapan uang sebesar Rp6 Miliar, angka yang sangat banyak bahkan untuk zaman sekarang. Dirinya dituntut hukum mati pada awalnya dan semua kekayaannya disita negara. Namun akhirnya tuntutan menjadi kurungan 20 tahun penjara saja.
Korupsi zaman sekarang yang sudah tidak normal
Makin hari bukannya makin hilang malah tambah merajalela, itulah yang jadi gambaran korupsi saat ini. Banyak korupsi di zaman modern yang baik dilihat dari segi jumlah maupun keterlibatan pejabatnya sungguh luar biasa. Kita ingat korupsi E-KTP yang menangkap Setya Novanto dan para pejabat lain merugikan Rp2,3 T uang negara. Ada juga korupsi Hambalang dengan total kerugian Rp463 Miliar. Dan yang paling baru korupsi bibit Lobster yang menangkap mantan menteri Edy Prabowo dengan total kerugian sampai Rp900 Miliar. Miris ya lihatnya.
BACA JUGA: 4 Alasan Kenapa Hukuman Mati untuk Koruptor di Indonesia Pantas Dilakukan
Entah sudah jadi sebuah budaya atau apa, namun korupsi ini seolah mendarah daging di kalangan pejabat. Hal inilah yang mesti diberantas, kalau tidak negara bisa hancur karenanya. Korupsi bukanlah budaya dan tradisi, melainkan hanya duri dalam daging bagi bangsa Indonesia.