Beberapa hari yang lalu PSSI genap berusia 88 tahun. Umur yang pastinya tidak muda lagi untuk sebuah organisasi. Dalam perjalanannya selama ini, banyak sekali liku-liku kisah yang berujung indah atau suram. Namun sebelum kita merasakan sepak bola seperti saat ini, jauh sebelumnya ada peran tujuh kesebelasan Indonesia yang memperjuangkannya.
Bahkan apabila bukan bantuan mereka dan kaum cendikiawan, Otto Iskandardinata atau Ir Soeratin, niscaya Timnas bisa ada saat ini. Dahulu sepak bola bukan olahraga yang mudah dimainkan. Hanya orang-orang tertentu dan golongan priyayi yang boleh memainkannya. Lantaran hal tersebut sepak bola tubuh menjadi alat pergerakan untuk menebar benih Nasionalisme. Lalu seperti apa kisahnya? Simak ulasannya berikut.
Berangkat dari inisiatif insinyur lulusan Jerman
Layaknya perjalanan panjang Soeratin adalah penunjuk jalan. Lewat pria pernah bekerja untuk Belanda PSSI akhirnya bisa terbentuk pada tahun 1930, meski saat itu kita berada di bawah ancaman kolonialisme Belanda. Pemikiran akan perjuangan menggunakan olahraga sebetulnya sempat diragukan oleh banyak pihak. Namun lewat kegigihannya akhirnya apa yang diperjuangkannya terbukti benar dengan banyaknya pribumi yang menggemari olahraga ini. Bahkan sepak bola cepat dicintai oleh penduduk pribumi.
Sepak bola dahulu adalah alat perjuangan Bangsa
Bermain sepak bola di Indonesia saat ini pastinya bukan hal yang mahal. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penduduk negara kita yang memainkan olahraga ini. Bahkan stadion tanah air selalu penuh apabila ada pertandingan. Kondisi seperti ini patut untuk kita syukuri, pasalnya dahulu untuk bermain bola sulit. Dilansir laman Kompas, hanya pribumi dan anjing lah yang tidak boleh masuk stadion. Kejam? Jelas. Lantaran hal tersebutlah dahulu sepak bola adalah alat perjuang untuk melawan penindasan. Tidak itu hanya saja lewat olahraga ini sikap cinta tanah air nasionalis juga di tebar.
Lewat tujuh tim Indonesia PSSI didirikan
Selain peran Soeratin yang mewadahi berdirinya organisasi sepak bola. Ada tujuh tim tanah air juga memiliki andil besar saat itu. Mereka adalah Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Sebenarnya ada beberapa kesebelasan lain yang juga ikut membantu, lantaran akomodasi, dana, fasilitas dan lain-lain tidak mendukung mereka tidak bisa hadir di kongres mendirikan PSSI. Tapi semangat mereka memperkuat dan meyakinkan berdirinya PSSI pada 19 April 1930.
Hanya tiga tim pendiri yang mampu mentas kompetisi teratas
Mungkin nama-nama klub di ulasan tadi sangat asing di telinga kita semua. Padahal apabila tidak menggunakan bahasa Belanda mereka memiliki sebutan sebagai, Persija Jakarta, Persib Bandung, PSIM Yogyakarta, Persis Solo, PSM Madiun, PPSM Magelang, dan Persebaya Surabaya. Pastinya deretan kesebelasan ini bukan menjadi suatu yang tabu di percaturan sepak bola Indonesia. Meski ikut mendasari berdirinya PSSI, tapi tidak banyak dari mereka kini mampu tampil di kompetisi kasta tertinggi tanah air. Hanya Persija, Persib dan juga Persebaya Surabaya, selain tiga tim ini, banyak berkutat di Liga2 atau bahkan ‘menghilang’.
Sebagai pencinta sepak bola sudah sewajarnya kita berterimakasih kepada mereka. Lantaran tanpa adanya gagasan dan perjuang orang terdahulu kita tidak akan mempunyai Timnas. Jadi mari kita bersama menjaga sepak bola Indonesia dan kalau mampu ikut berpartisipasi memajukannya. Dengan cerita ini apa harapanmu untuk Timnas sobat?