Bukan perkara mudah untuk menjalani hidup jika kamu merupakan warga negara yang pernah berurusan dengan tindak kriminal dan pernah mendekam selama beberapa waktu di dalam penjara. Kesulitan ini akan semakin berat dirasa ketika orang tersebut bebas dan mulai kembali berbaur di masyarakat. Apalagi jika kejahatan tersebut terkait dengan terorisme.
Persis seperti inilah yang dirasakan oleh seorang mantan narapidana terorisme yang telah bebas setelah terpaksa harus mencicipi dinginnya bilik jeruji besi selama 6 tahun lamanya. Beruntung, kehidupan pria ini berbalik seratus delapan puluh derajat setelah ia bertobat dan bebas dari penjara. Simak kisah lengkapnya.
Mantan polisi yang terseret doktrin radikalisme
Namanya adalah Muhammad Sofyan Tsauri. Ia sejatinya juga merupakan bagian dari institusi penegak hukum, seorang polisi berpangkat brigadir yang mengabdi selama 13 tahun lamanya. Bahkan, ayah dan kakaknya juga merupakan anggota Polri.
Profesi yang menjanjikan dan lingkungan yang mendukung tersebut ternyata tak menjamin bahwa dirinya tak akan mempan dari serbuan paham radikal. Sedikit demi sedikit, paparan paham sesat ini mulai menjalar dan meracuni hati dan pikirannya. Ia pun memutuskan keluar dari institusi tersebut tanpa sepengetahuan teman-temannya.
Kepada salah satu media nasional, Sofyan menuturkan bagaimana ceritanya ia bisa terjebak dengan doktrin radikalisme. Ia berujar bahwa paham ini tumbuh akibat berawal dari ketidakpuasannya terhadap pemerintahan saat itu serta kegelisahannya terhadap nasib saudara-saudaranya di negara berkonfilk di Timur Tengah.
Sofyan bahkan menganggap serangan fenomenal yang meluluhlantahkan menara kembar WTC di New York pada 11 September 2001 silam tersebut memantik rasa puas dalam dadanya. Ia pikir Amerika Serikat pantas dihukum seberat itu lantaran menerapkan banyak kebijakan yang tak adil terhadap umat Muslim.
Paham radikal benar-benar terpancang pada otaknya, ketika pada tahun 2005, ia memantapkan dirinya untuk menjadi teroris usai bertemu dengan Bagus Budi Pranoto dan Deni. Dua orang terpidana teroris yang saat ini masih mendekam di penjara. Bagi yang belum tahu, mereka berdua ini adalah anak buah Noordin M Top yang bertanggung jawab terhadap pengeboman Hotel JW Marriot dan serangkaian aksi teror lainnya.
Karier terorismenya dimulai ketika ia bergabung dengan jaringan Al-Qaeda dan bertolak ke Aceh untuk memberi pelatihan militer kepada calon-calon terorisme lainnya. Tak hanya itu, ia pun ditugaskan untuk menyuplai pasokan senjata bagi para calon “jihadis.”