Orang-orang yang terlanjur berkecimpung di dunia hitam cenderung akan sangat sulit untuk keluar. Namun bukan berarti hal itu menjadi mustahil, dengan keinginan kuat ada saja jalan yang membukakan kesempatan. Dan hal itu dialami oleh Agung Setia Budi, mantan preman yang memutuskan bertaubat dan mengubah jalan hidupnya.
Tuhan membukakan pintu hidayah pada Agung lewat cobaan bertubi-tubi dalam hidupnya. Mulai dari sakit parah hingga terpaksa kakinya harus diamputasi. Namun masa sulit itu membuat matanya terbuka, apa yang dilakukan selama ini tidak benar dan merugikan banyak orang. Berniat menebus dosa-dosa masa lalunya, Agung pun kini mengabdikan diri pada masyarakat.
Agung Berhenti Menjadi Preman
Berawal dari penyakit yang dideritanya, Agung Setia Budi memutuskan untuk berhenti menjadi preman. Awal mula menjadi preman sebenarnya dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak kondusif di daerahnya. Mental dan kepribadiannya sedikit banyak dipengaruhi kehidupan keras yang ada di daerah Pasar Johar. Mengingat rumah laki-laki yang lebih dikenal dengan nama Agung Wong tersebut berada di Kampung Sumeneban dekat dengan pusatnya kehidupan keras di Semarang.
Meski Kakinya Cacat, Agung Ingin Bermanfaat
Penyakit yang diderita Agung adalah diabetes akut sejak tahun 2009. Karena semakin memburuk, di tahun 2012 terpaksa kaki laki-laki warga Kelurahan Kauman ini harus diamputasi. Setelah kejadian itu, Agung merasa ingin memperbaiki dirinya. Salah satunya dengan tidak membiarkan anak-anak di daerah sekitar Pasar Johar mengikuti jejaknya menjadi preman. Karena itulah, meski tak mempunyai banyak materi dan fisik yang tidak sempurna Agung ingin tetap bermanfaat. Jadilah dirinya mendirikan Komunitas Harapan.
Tidak Ingin Lingkungan Keras Mempengaruhi Anak-Anak, Agung Bentuk Komhar
Tak rela anak-anak tumbuh seperti dirinya, Agung berinisiatif membentuk komunitas kegiatan positif bagi anak-anak di daerah tempat tinggalnya. Anak-anak di daerah kelurahan Kauman memang tumbuh di lingkungan yang kurang kondusif untuk pertumbuhan mental dan kepribadian yang baik. Mengingat tempat itu cenderung identik dengan kekerasan. Terlebih orang tua di tempat itu umumnya sibuk untuk mengais rejeki hingga membiarkan anak-anaknya lepas kendali tanpa pengawasan. Maka di usia yang masih dini, sebagian anak-anak Kampung Sumeneban fasih berbicara kotor dan kasar.
Modal Nekat Bentuk Komunitas Harapan
Diakui Agung, kenekatan adalah modal utamanya dalam membentuk Komunitas Harapan. Awal perjuangannya mendirikan Komunitas Harapan pun dicibir banyak orang. Sebab masa lalu Agung yang menjadi sampah masyarakat. Namun ia tak menyerah, kemampuan Agung dalam mendaur ulang barang bekas menjadi miniatur terus diasah. Ia pun mengajak anak-anak untuk belajar mulai dari kesenian, ilmu umum, hingga mengaji. Kesungguhannya pun berbuah hasil dan relawan pun berdatangan dari mahasiswa sekitar semarang seperti Undip, Unnes, Udinus, dan Unissula. Para relawan ini disebut dengan nekatzzz, artinya orang-orang yang bertekad kuat dalam memberikan kebaikan.
Kegiatan komunitas harapan adalah belajar menari, menyanyi, menggambar, hingga membuat kerajinan daur ulang dari sampah. Nama “Harapan” sendiri sebenarnya adalah akronim dari hari-hari anak bermasa depan. Maknanya, pendiri menginginkan kelak anak-anak ini bisa menjalani mimpinya sesuai impian dan cita-cita baik dari setiap individu. Bukan pengaruh buruk dari keluarga atau lingkungannya.
Agung Mendapat Penghargaan Nasional hingga Internasional
Kiprah Agung dalam memberikan perhatian lebih bagi anak-anak di kampungnya membuahkan hasil. Salah seorang anak asuhnya yang tunanetra namun bersuara emas pernah diapresiasi oleh Gubernur Ganjar Pranowo. Selain itu, berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri pun diterima Agung. Mulai dari memenangkan Suara Merdeka Community Award kategori sosial di tahun 2017, penghargaan dari Young on Top, hingga organisasi pertukaran pelajar Internasional AIESEC. Terhitung tiap dua kali dalam setahun, mahasiswa lintas negara dikirim menjadi volunteer di Komunitas Harapan.
Yang lebih membanggakan, hasil kerajinan daur ulang sampah anak-anak Komunitas Harapan ternyata menembus pasar internasional. Miniaur tank, kapal, vespa, Harley Davidson dan lainnya berhasil dijual ke Amerika, Australia, Philipina, Jerman hingga Bahrain.
Agung bukan hanya bisa membuktikan dirinya bisa keluar dari dunia hitam, namun ia juga bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Bermodal keyakinan dan kenekatan, akan ada saja jalan yang terbuka untuk berbuat kebaikan.