Bakat olah bola para pemain indonesia memang lah tidak diragukan lagi. Hampir setiap tahun bermunculan layaknya pohon gugur berganti daun. Negara Indonesia yang luas dan kecintaan terhadap sepak bola masyarakatnya membuat selalu muncul pemain berbakat pada kompetisi tanah air. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya pelatih (Coach) yang mengolah kemampuan mereka.
Indra Sjafri menjadi salah satu pelatih yang selalu memberikan bakat daerah. Kebiasaannya belusukan mencari pemain sepak bola membuat banyak pemuda daerah kini menjadi pesepak bola nasional. Tapi taukah kalian di balik itu semua ada kisah haru saat dirinya meniti karir sebagai pelatih. Perjuangan berat tanpa kejelasan kontrak menjadi bumbu pelatih 50 tahun ini. lalu cerita pedih apa yang pernah dialaminya? Simak ulasannya berikut.
PSSI menggunakan jasanya secara Cuma-Cuma selama setahun
Kisruh yang persepak bola nasional pada tahun 2012 membuat banyak elemen di olahraga ini terkena imbasnya. Salah satu yang terkena adalah Indra Safri, pada saat itu dalam mempersiapkan Timnas Junior dirinya tidak mendapatkan kejelasan kontrak. Bahkan bisa dikatakan tidak di kontrak, seperti yang diungkapkan oleh media Tempo. Pria lahir di daerah Sumatra tersebut harus rela menggunakan dana pribadi dalam membentuk squad timnas Indonesia. Tak jarang kebutuhan pemain dirinya yang menanggung. Jadi selama menukangi timnas PSSI menggunakan jasanya secara cuma-cuma.
Tidak menerima gaji saat melakukan belusukan mencari bakat sepak bola
Cara unik dan berbeda ditunjukan pelatih yang lahir 50 tahun lalu ini saat mencari bibit pemain. Coach Indra biasa dia dipanggil selalu melakukan belusukan ke pelosok daerah untuk mendapatkan pesepak bola. Namun, selama aksinya tersebut dirinya tidak pernah sepeser pun menerima dana dari induk organisasi tertinggi sepak bola PSSI. Pernah suatu ketika saat belusukan pelatih berkumis ini harus menahan lapar, karena sudah tidak memiliki uang. Tidak jarang, mantan pemain PSP Pekanbaru tersebut harus berhutang kepada temannya. Menjadi sebuah kisah miris apabila melihat kehebatannya sekarang.
Sangat militan saat bekerja membela negara sebagai pelatih
Dari beberapa ulasan di atas, tentunya kita dapat melihat bagaimana pengorbanan besarnya kepada negara. Melansir laman Tempo, pelatih ini pernah mengungkapkan “ini kerja untuk negara, mau dihargai oleh negara oke, mau enggak dihargai enggak apa-apa”. Hal tersebut menunjukan bagaimana militannya saat mengemban tugas sebagai pelatih timnas Indonesia. Baginya berjuang atas nama negara adalah kewajiban semua orang Indonesia. Dirinya saat ditawari untuk membela timnas ini bahkan rela meninggal pekerjaannya sebagai pegawai kantor pos Indonesia. Seperti yang bisa bayangkan bersama menjadi pegawai akan lebih enak dari pada menjalani karir pelatih Indra Sajfri tersebut.
Raih gelar juara setelah Indonesia berpuasa selama 22 tahun
Seperti halnya menanam pastinya akan menuai hasil panennya. Segala perjuangan pahit Indra Sjafri dahulu pastinya terbayar tuntas dengan beberapa raihan gelar internasional untuk timnas. Salah satunya adalah Piala AFF tahun 2013 dan lolos keputusan Piala Asia, dan menjuarai tournament di Hongkong. Raihan terbaik tersebut merupakan pencapaian terbaik Indonesia setelah berpuasa gelar selama 22 tahun lamanya. Semakin hebatnya lagi permainan timnas yang dipegangnya bisa dikatakan menghibur dengan satu-dua sentuhan. Hal itu membuat kemampuan pemain Indonesia bertubuh kecil dapat di optimalkan dengan baik.
Menghasilkan banyak nama yang kini bermain di dalam dan luar negeri
Nama-nama pemain yang mengisi squad timnas Indonesia saat ini, tentunya bukan hal asing. Namun tahukah kalian, sebagian besar dari mereka adalah produk tangan dingin dari pelatih satu ini. Kebiasaannya belusukan membuatnya banyak menemukan bakat baru tanah air. Dan hebatnya lagi para pemain tersebut saat ini bermain di klub papan atas liga Indonesia. Tidak hanya itu, pemain seperti Evan Dimas, Ilham Udin sampai Egy saat ini bahkan mampu bermain di luar negeri. Melansir laman BBC, pelatih asal Sumatra ini selalu mempunyai standarisasi dalam mengambil pemain daerah, bukan titipan atau sering masuk iklan. Hal tersebutlah yang menjadikan bakat mereka benar-benar mampu berkembang dan di akui klub luar negeri seperti sekarang.
Menjadi pelatih sepak bola Indonesia, tentu bukanlah perkara mudah. Kisah Indra Sajfri ini merupakan sebagian kisah kecil dan miris para pengelola bakat nasional. Meski pemain selalu menjadi soroton karena perannya, sesungguhnya tanpa pelatih mereka bukanlah apa-apa. Jadi sudah sewajarnya apabila kita semua memperhatikan hal ini. Dengan pelatih yang baik bakat yang dihasilkan akan berbuah luar biasa pula.