Dikenal sebagai ilmuwan jenius pada abad ke-21 ini, dunia harus kehilangan sosok Stephen Hawking yang meninggal pada usia 76 tahun. Figur dirinya sebagai seorang saintis dalam bidang fisika modern, akan terus dikenang oleh ilmuwan-ilmuwan pada generasi yang akan datang.
Pria yang kisah hidupnya diangkat dalam film Theory of Everything yang rilis pada 2014 silam tersebut, dikenal karena teori dan pernyataan sainsnya yang tergolong kontroversial. Namun siapa sangka. Di balik sosoknya yang jenius tersebut, ia juga sempat mengalami beragam konflik dan kisah hidup kontroversial yang tak banyak diketahui orang. Seperti apa perjalanan karir Stephen Hawking hingga kematiannya? Simak ulasan berikut
Dikenal dengan teori dan pernyatan sainsnya yang kontroversial
Ilmuwan kelahiran Inggris tersebut, pernah mencengangkan dunia dengan teori yang disebut radiasi Hawking pada 1974. Teori tersebut menjelaskan tentang lubang hitam yang bisa memancarkan partikel sub atomik. Ia juga menyebutkan bahwa lubang hitam bisa menghilang dan mati.
Selain itu, juga pernah mengungkapkan sejumlah teori lain seperti kehidupan alien, virus komputer hingga perjalanan manusia menembus dimensi ruang dan waktu. Sayangnya, semua pernyataan tersebut masih misterius dan belum terpecahkan hingga kini.
Dua kali menikah hingga terluka karena dianiaya sang istri
Diketahui, Stephen Hawking pernah menikah dua kali selama hidupnya. Pertama, ia menikahi Jane Hawking dan kemudian bercerai. Hawking kemudian menikahi perawatnya yang bernama Elaine Mason yang juga berakhir dengan perceraian pada 2006 silam.
Yang mengejutkan, Stepehen Hawking ternyata pernah mengalami perlakuan buruk hingga badannya terluka. Adalah sang anak, Lucy, yang melaporkan kejadian tersebut pada Polisi. Tapi, Hawking menolak memberi kesaksian tentang siapa yang telah menyiksanya tersebut. Belakangan, muncul dugaan bahwa yang melakukan hal keji tersebut tak lain adalah istri keduanya, Elaine Mason.
Ilmuwan jenius yang menyukai tarian erotis
Tak banyak diketahui, di balik kejeniusan sosok Stepehen Hawking, dirinya ternyata menyukai tontonan dewasa berupa tarian erotis. Hal terungkap setelah Hawking ketahuan menjadi anggota reguler sebuah klub tarian dewasa Stringfellows di London.
Bahkan, sang Ilmuwan kerap terlihat berkali-kali melakukan tarian lap dance alias memangku penari erotis di sebuah rumah striptis yang bernama Califronia Devore, Amerika Serikat. Selain itu, ia juga sering mengunjungi Freedom Acres sebuah klub swinger ternama di Califronia, AS.
Sosok Ilmuwan yang jarang belajar
Ilmuwan yang lahir pada 8 Januari 1942 tersebut, mempunya latar belakang orang tua yang berprofesi sebagai akademisi. Sang ayah yang bernama Frank, merupakan seorang fisikawan sekaligus seorang sekretaris media. Bakat jeniusnya mungkin diturunkan dari sang ayah.
Saat masa-masa sekolah, ia tak jauh beda dengan murid kebanyakan. Malah ia terlihat jarang belajar dan hobi mengutak-atik komputer. Saat masuk universitas Oxford pada 1959, ia bahkan mencoba menekuni matematika dan kedokteran sebelum akhirnya menggeluti bidang fisika. Tercatat, ia hanya menghabiskan waktu kuliah sebanyak seribu jam selama tiga tahun atau satu jam sehari saat menghadiri perkuliahan.
Kisah cintanya yang diabadikan menjadi sebuah film
Pria yang menderita penyakit lemah pusat syaraf atau neuron motor amyotrophic lateral sclesrosis (ALS) saat berumur 21 tahun tersebut, pernah divonis akan meningggal setelah 5 tahun menderita. Toh pada kenyataannya, ia tetap hidup hingga meninggal usia 76 tahun.
Kisah hidupnya yang penuh lika-liku dan kontroversial, kemudia dituangkan dalam sebuah film yang berjudul Theory of Everyting. Film ini dibuat berdasarkan kisahnya bersama istri pertamanya, Jane Wilde. Sang aktor, Eddie Redmayne yang memerankan dirinya di film tersebut, berhasil menyabet piala Oscar sebagai aktor terbaik.
Meski mengalami segudang kontroversial dan pasang surut selama hidupnya, toh Stephen Hawking merupakan Ilmuwan fisika modern yang tak tergantikan hingga saat ini. Meski sebagian teori ilmiahnya yang diungkapkannya belum terbukti secara akurat, pernyataannya tersebut masih digunakan sebagai landasan berpikir bagi Ilmuwan modern hingga saat ini. Selamat jalan Mr. Hawking.