Upaya rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda rupa-rupanya tak hanya dilakukan lewat adu senjata alias perang. Seperti yang dilakukan oleh Engku Mohammad Sjafei, ia memilih melawan lewat jalur pendidikan dengan mendirikan sekolah yang bernama Indonesisch-Nederlandsche School (INS) di Kayutanam, di Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Dilansir dari tirto.id, keberadaan INS Kayutanam didirikan untuk mengutamakan kebutuhan rakyat Indonesia. Bisa dibilang, tujuan Sjafei yang melawan arus tersebut sebagai reaksi sistem pendidikan buatan Belanda yang terkesan hanya menghasilkan tenaga murah untuk kepentingan kolonial. Simak kisahnya berikut ini.
Sosok pengajar yang merupakan alumni dari sekolah guru ternama
Lahir di Kalimantan Barat pada 1893, Engku Mohammad Sjafei merupakan seorang guru yang dikenal dengan pengetahuannya yang luas. Hal tersebut juga tak lepas dari latar belakang pendidikannya, di mana Sjafei merupakan lulusan sekolah guru terkenal di Bukittinggi, Kweekschool. Institusi pendidikan itu sendiri kerap dijuluki sebagai Sekolah Raja.
Pengalaman sebagai guru yang membuatnya ingin membangun sekolah sendiri
Karena pekerjaan sebagai pengajar dan lulusan sekolah guru ternama, Sjafei dipanggil sebagai Engku. Dilansir dari tirto.id, ia termasuk sosok terpelajar di Hindia Belanda yang tak melulu berkutat pada buku, melainkan juga di lapangan sesuai kebutuhan saat itu. Tak hanya itu, Sjafei juga pernah merantau ke Belanda atas usaha sendiri untuk belajar di sana pada 1922.
Mendirikan INS Kayutanam demi tekadnya mencerdaskan anak bangsa
Jeffrey Hadler dalam Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Kolonialisme di Minangkabau (2008: 165-167) yang dikutip dari tirto.id menyebutkan, Sjafei terpengaruh oleh Partai Insulinde, yang membuatnya mengembangkan kurikulum di Hindia Belanda. Mimpinya membuat sekolah sendiri, kemudian direalisasikan di Kayutanam.
Para alumni INS Kayutanam yang kelak menjadi tokoh besar di Indonesia
INS Kayutanam yang didirikan oleh Sjafei, dikategorikan sebagai sekolah kejuruan dengan semboyannya yang terkenal “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan yang saya perbuat saya tahu.” Dikutip dari tirto.id, sejumlah tokoh besar seperti sastrawan A.A. Navis dan Mochtar Lubis, hingga Boestanoel Arifin yang pernah jadi Kepala Bulog di era Orde Baru, merupakan alumni INS Kayutanam.
Sekolah bersejarah yang masih eksis hingga kini
Dalam perjalanannya, sekolah yang terletak di di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat init ternyata masih eksis hingga saat ini. Meski telah mengalami perubahan yang disesuaikan oleh zaman, INS Kayutanam yang kini disebut sebagai SMA Plus INS Kayutanam tetap berpegang pada akar dan prinsip yang dulu digagas oleh sang pendiri, Engku Mohammad Sjafei.
BACA JUGA: Melihat Sekolah Rakyat di Zaman Belanda yang Buat Dirimu Bersyukur Lahir di Era Modern
Pendidikan memang menjadi sebuah hal yang penting- terutama di era penjajahan Belanda di masa lalu. Tak hanya membantu mencerdaskan masyarakat, tapi juga bisa menjadi sarana perjuangan untuk melawan penjajahan. Seperti Keberadaan INS Kayutanam di atas, semangat dan teladan dari pendirinya menjadi sebuah warisan bagi generasi penerusnya di saat ini.