Selama ini, kita mengenal ibu tiri yang kejam hanya dalam sinetron di TV saja. Sementara di kehidupan nyata, banyak ibu tiri yang bisa menyanyangi anak tirinya selayaknya anak yang dilahirkan sendiri. Akan tetapi, cerita ibu tiri kejam di sinetron dialami oleh Maria Cristina Panjaitan. Wanita berusia 28 tahun tersebut kerap mendapat siksaan dari ibu tirinya hingga menyebabkan luka memar di seluruh bagian tubuhnya. Tak nanggung, ibu tirinya bahkan pernah menyetrika Maria sekitar tahun 2007 yang lalu.
Baca Juga : Kisah Sedih Sepasang Kekasih Beda Agama
Saat ditemui, Maria sudah dalam kondisi yang memprihatinkan. Tubuhnya dipenuhi luka memar, banyak bekas luka yang sudah mengelupas, kepala yang gundul, dan balutan perban yang membalut punggungnya.
Kisah Maria berawal ketika ibu kandungnya meninggal saat usianya masih 4 tahun. Lamria br Nainggolan meninggal setelah melahirkan anak bungsunya pada tahun 1991. Lamria meninggalkan suaminya beserta ketiga anaknya.
Tak lama kemudian, Richard yang merupakan seorang guru PNS menikah lagi dengan Setiana br Siahaan. Maria dan kedua adik kandungnya tinggal bersama ibu tiri mereka di Sibolga. Dan dari ibu tirinya, Maria memiliki seorang adik laki-laki.
Penganiayaan berawal dari ibu tirinya yang telah memukulnya lantaran Maria yang bertengkar dengan adiknya. Namun setelah itu, penyiksaan kerap kali dialami oleh anak sulung dari tiga bersaudara tersebut. Tak hanya dipukul, Maria juga sering ditendang bahkan dilukai oleh ibu tirinya.
Lebih lanjut, Maria mengatakan bahwa dirinya semakin sering mendapat siksaan setelah Setiana melahirkan adik tirinya yang kini sudah duduk di bangku SMP.
Tidak cukup dengan memukul dan menendang, bahkan Setiana br Siahaan dengan teganya menyetrika tubuh Maria. Sekitar tahun 2007, Maria mendapatkan siksaan dengan cara disetrika.
Kabar penganiayaan tersebut lantas diketahui oleh keluarga besar Maria. Karena takut, Setiana sempat melarikan diri dari Sibolga setelah keluarga besar Maria mendengar perlakukan keji yang dilakukannya terhadap tirinya. Kendati demikian, Setiana masih sering berkomunikasi dengan Richard melalui telepon.
Tahun 2011, Richard dan istrinya kembali hidup bersama di Medan, lebih tepatnya di Jalan Selam, Mandala. Sedangkan Maria sendiri masih ditinggal di Sibolga kemudian dia diajak untuk tinggal bersama dengan ayah dan ibu tirinya di Medan dengan dijanjikan akan dibelikan sebuah HP.
Sementara itu, keluarga Maria mengizinkan dia hidup kembali bersama ibu tirinya lantaran mereka menganggap bahwa Setiana sudah tobat dan tidak akan menyiksa Maria lagi. Namun sebaliknya, penganiayaan masih terus berlanjut. Maria masih sering mendapat perlakukan keji dari ibu tirinya. Maria bahkan pernah diikat oleh Setiana.
Ayah Maria merupakan seorang guru PNS di STM 3 Sibolga. Karena tempat kerjanya yang cukup jauh tidak memungkinkan bagi Richard Panjaitan untuk setiap hari pulang ke rumah di Medan. Ayahnya hanya pulang seminggu sekali atau dua kali untuk memberikan uang belanja kepada keluarganya.
Nah, di saat itulah, Maria kerap kali mendapat siksaan dari ibu tirinya. Setiana sering memukul dan menganiaya saat suaminya sedang bekerja hingga menyebabkan luka dan memar yang sangat parah di tubuh Maria. “Saat ayah tidak ada, ibu sering menganiayaku,” papar Maria sambil merintih kesakitan.
Akibat penyiksaan yang dilakukan oleh ibu tirinya, tubuh gadis 28 tahun tersebut dipenuhi dengan luka memar. Mulai dari kepala yang sudah gundul sehingga luka memar dan obat luka yang sudah berwarna coklat dapat terlihat dengan jelas hingga tangan dan kaki yang sudah dipenuhi dengan lebam. Begitu pula dengan punggung Maria yang dipenuhi luka sehingga dia merasa kesakitan saat membuka bajunya.
Parahnya, ibu tiri Maria juga sering memukul kepalanya sehingga menganggu sistem penglihatannya saat ini. “Penglihatanku kabur karena mataku juga sering dipukul,” ungkap Maria sambil mengeluhkan sesak di dadanya.
Mirisnya, tetangga Maria di Medan tak ada yang tahu tentang perlakukan sadis yang menimpanya. Bahkan, mereka baru tahu setelah mendengar berita mengharukan tersebut di TV. “Waduh, gak pernah tahu kita kalau ada penyiksaan, karena tertutup orangnya,” ujar salah seorang pria yang tidak tahu tentang penyiksaan yang dialami Maria, dilansir dari Metro Siantar.
Begitu juga dengan Kepala Lingkungan IX setempat yang baru tahu tentang berita penyiksaan tersebut. “Baru tahu kalau ada kejadian ini. Biasanya, kalau ada sesuatu, pasti warga mengabari ke kita,” ungkap Pak Pohan yang akrab disapa Ucok di kediamannya. Pak Pohan hanya membenarkan Maria pernah mengurus Kartu Keluarga saat mau masuk kuliah.
Penyiksaan yang sering dialami Maria selama 9 tahun membuat kondisi kejiwaannya terguncang. Tak hanya sering menangis, dia bahkan kerap kali bertindak tidak normal.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…