Semua kejadian yang ada di dalam hidup setiap manusia, merupakan rahasia abadi yang digenggam oleh Tuhan Sang Pencipta. Semua ketetapannya adalah mutlak dan tak terbantahkan. Begitu juga dengan sosok Haerudin. Seorang petugas Pemadam kebakaran (Damkar) yang gugur saat melaksakan tugasnya.
Tak hanya rekan-rekannya yang merasa kehilangan. Gubernur Jakarta, Anies Baswedan pun turut berduka atas kepergiannya. Sebagai penghormatan, dirinyalah yang memimpin langsung upacara pelepasan jenazah Haerudin. Sebagai seorang Muslim, Anies juga mendoakan almarhum Khaerudin meninggal dalam keadaan syahid.
“Insyaallah, almarhum Haerudin akan mendapat status Syuhada. Seorang syahid yang gugur dalam menjalankan tugas,” kata Anies dalam sambutannya di depan Masjid Dairul Mafiroh, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara yang dilansir dari news.detik.com.
Sesaat sebelum meninggal, Haerudin tengah menjalankan tugasnya sebagai Pemadam Kebakaran. Panggilan untuk turun ke lapangan segera disambutnya manakala sebuah insiden terjadi di daerah Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bersama Lima belas unit mobil Damkar, Haerudin ikut meluncur ke lokasi.
Menurut rekannya sesama petugas, Satriyadi, api sudah berkobar hebat. Kepulan asapnya terlihat pekat dan menyesakkan dada. Rupanya, kejadian tersebut berasal di sebuah gudang material yang terbakar. Si jago merah terlihat mulai mengamuk dan melalap apapun di depannya tanpa sisa.
“Tiba di TKP pukul 04.30 WIB. Di lokasi kebakaran api dan asap sudah tebal,” kata Satriadi ujarnya yang dilansir dari liputan6,com.
Haerudin yang berpakaian lengkap, merangsek masuk dan berupaya sekuat tenaga untuk memadamkan api. Nahas, di tengah-tengah usahanya tersebut, Haerudin mulai merasa sesak di dadanya. Dengan napas yang terengah-engah dan sempoyongan, ia kemudian berusaha menepi ke sebuah mobil ambulance yang bersiaga di sekitar lokasi kebakaran.
“Sudah sesuai protap, pakai helmet pakai fire jacket, hanya memang sempat sesak di dada makanya sempat mundur. Terus Beliau inisiatif menuju ambulans untuk bisa diangkat ke rumah sakit kemudian dirujuk ke RSUD Koja,” cerita Satriadi.
Sayang, Tuhan rupanya berkehendak lain. Haerudin meninggal dunia, sesaat setelah dirinya diangkut ke dalam ambulance. Di mata rekan-rekannya, sosok Haerudin merupakan petugas Damkar yang dikenal paling semangat. Meski usianya telah menginjak 50 tahun. Selama karirnya sebagai petugas Damkar, tak ada satupun keluhan yang kelar dari mulutnya. Ia betul-betul menjaga sikap profesional dan menjadi teladan bagi rekan-rekan lainnya.
“Banyak jasanya almarhum. Tidak ada kata tidak siap dan tidak pernah mengeluh melaksanakan tugasnya dan Beliau juga tidak pernah punya selisih paham dengan teman-temannya,” kata Satriadi.
Sosok tangguh itu kini telah tiada. Namun, semangat Haerudin sebagai petugas Damkar, tetap akan melekat dan diteruskan oleh rekan-rekannya. Seperti api abadi, kisah Haerudin di atas akan senantiasa harum tak pernah padam. Sebuah figur yang memberikan contoh nyata, bagaimana sebuah totalitas profesionalisme dijalankan . Selamat beristirahat Pahlawan.