Dinginnya jeruji besi ternyata bukan menjadi penghalang bagi seorang Filep Karma untuk terus berjuang bagi Papua. Aktivis yang dijebloskan ke penjara lantaran kegiatannya mendukung kemerdekaan Papua tersebut, pernah mendekam di Lapas Klas IIA Abepura, Jayapura, selama 11 tahun lamanya.
Tak seperti pendukung kemerdekaan Papua lainnya yang berjuang dengan menggunakan senjata, pria bernama asli Filep Jacob Samuel Karma ini memilih jalur damai dengan mengedepankan dialog. Sebuah hal yang sangat kontras dengan kelompok lainnya yang menempuh jalan kekerasan. Lantas, siapakah sosok Filep Karma sebenarnya?
Anak pejabat yang memilih berjuang dengan jalan damai
Filep Jacob Samuel yang lahir pada 14 Agustus 1959, di Hollandia Binnen, sekarang Abepura, merupakan putra dari Andreas Karma, mantan Wakil Wali Kota Jayapura dan Bupati Wamena. Sosok Filep sebagai aktivis kemerdekaan Papua terlihat saat dirinya mengibarkan bendera Bintang Kejora di Biak pada 1998. Alih-alih menggunakan kekerasan, ia justru memperjuangkan apa yang dicita-citakannya dengan cara damai.
Dipenjara karena tuduhan makar
Tindakan Filep mengibarkan bendera Bintang Kejora berbuah penjara bagi dirinya. Ia pun ditahan namun dibebaskan pada tahun 2000 saat Presiden Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI. Tak kapok, Filep kembali mengibarkan bendera Bintang Kejora Pada 1 Desember 2004 di lapangan Abepura, Papua. Ia pun kembali divonis penjara selama 15 tahun atas tuduhan makar.
Dukungan internasional yang mengalir untuk Filep Karma
Penahanan Filep yang merupakan lulusan ilmu politik dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ternyata mendapat perhatian yang luas hingga ke ranah internasional. Protes pun datang dari Amnesty International dan kelompok hak asasi manusia lainnya, yang menganggap penahanan Filep disebutkan tidak manusiawi.
Sempat menitip pesan terhadap Presiden Joko Widodo
Setelah mendekam selama lebih dari 11 tahun dari vonis 15 tahun, Filep Karma akhirnya dibebaskan pada 19 November 2105. Ia juga sempat menitipkan untuk Presiden Joko Widodo, yang dipandangnya sebagai sosok yang baik dan bisa memberikan harapan bagi Indonesia. Meski demikian, presiden ke-7 Indonesia itu menurut Filep memiliki banyak tantangan dalam mendamaikan Papua karena banyaknya kepentingan yang ada di sana.
Tetap berjuang demi kemerdekaan Papua
Meski telah dibebaskan, Filep masih akan terus berjuang demi kemerdekaan Papua dengan cara damai. Meski secara fisik tak lagi berada di bui, ia justru merasa dirinya masih terkurung. “Saya bebas dari penjara sekarang ini, sebetulnya saya masih dalam penjara, yaitu penjara besar Indonesia. Artinya saya masih terkurung dalam negara Indonesia dengan aturan-aturannya yang diskriminatif dan rasialis.” ucapnya yang dikutip dari BBC (19/11/2015).
BACA JUGA: Kisah Veronica Koeman, Aktivis Wanita yang Menjadi Tersangka Kerusuhan Papua
Meski telah dibebaskan dari penjara Abepura, Filep merasa perjuangannya belum selesai lantaran dirinya merasa masih terbelenggu. Mengutip tulisan Giras Pasopati di laman CNN Indonesia (23/11/2015), kebebasannya belum lengkap karena berada di penjara yang lebih besar lagi, yakni Republik Indonesia.