Bagi Indonesia, Pierre Tendean dikenal sebagai satu dari tujuh Pahlawan Revolusi. Mengorbankan jiwa raga demi negara, pria blasteran Indonesia-Perancis ini harus kehilangan nyawa demi menyelamatkan Jenderal A.H. Nasution. Namun di balik kepahlawanannya, terselip duka bagi seorang wanita. Dia adalah Rukmini Chamim.
Bagi Rukmini, peristiwa 30 September 1965 bukan hanya melukai bangsa, tapi juga memupus kisah cintanya. Bagaimana tidak, pria yang dia cintai harus gugur demi ambisi politik segelintir orang. Yang tersisa kini hanyalah kenangan, tentang indahnya jalinan kasih antara Rukmini dan Pierre Tendean.
Kota Medan menjadi saksi bertemunya Pierre Tendean dan Rukmini
Takkan lari jodoh dikejar. Pepatah ini cocok sekali untuk Pierre Tendean. Jadi idaman banyak orang, dari para jenderal hingga gadis-gadis, jodoh bagi sang perwira muda seperti tinggal menunggu waktu saja. Namun di antara jutaan wanita, pilihan Pierre jatuh pada Rukmini Chamim. Kota Medan yang panas menjadi sejuk saat keduanya bertemu untuk pertama kalinya.