4. Cut Nyak Dhien
Perjuangan Cut Nyak Dhien di garis depan peperangan juga tidak kalah hebat. Dengan gagah berani, ia bersama suami dan pasukannya berjuang tanpa menyerah untuk mengusir penjajah. Cintanya kepada tanah air mampu membuatnya berkorban bahkan perjuangannya tersebut yang juga membuatnya kehilangan suami yang dicintainya.
Setelah suami pertamanya meninggal dalam peperangan, ia menikah lagi sebelum kembali berlaga di medan perang. Namun Teuku Umar, suami keduanya juga meninggal dunia tertembak di Meulaboh. Cut Gambang yang merupakan anaknya dengan Teuku Umar menangis sedih. Namun Cut Nyak Dhien tetap tegar dan menunjukkan keteguhan hatinya. Cut Nyak Dhien menampar anaknya sebelum kemudian memeluknya sambil berkata “Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid.” Meski sedih, ia tetap bisa bersikap tegar dan melanjutkan perjuangan.
Baca Juga : Kisah Tan Malaka, Pahlawan Besar Indonesia yang Justru Tewas Oleh Peluru Tentara Indonesia
Meninggalkan seseorang yang dicintai bukanlah hal yang mudah. Begitu juga ketika merasakan sakitnya ditinggal pergi oleh orang yang begitu dicintai. Namun, demi sebuah kebebasan dan kemerdekaan, mereka rela mengambil risiko tersebut dengan berani. Kita yang ada di era merdeka, beranikah mengambil risiko atau mengorbankan diri demi negara?