Nobel adalah penghargaan yang diberikan kepada para ilmuwan atau siapa pun yang berjasa bagi dunia. Entah lewat penemuan atau mungkin perjuangan heroik melawan ketidakadilan. Intinya, penghargaan ini memang hanya untuk orang-orang berjiwa besar dan bisa dianggap pahlawan.
Penghargaan ini jadi yang paling prestisius di dunia, sehingga sepertinya sangat mustahil jika terdapat kesalahan. Namun, faktanya ternyata tidak demikian. Tercatat beberapa kali Nobel disalahkan atas penghargaan yang diberikannya. Yup, beberapa orang peraih Nobel justru mengawali banyak kejadian buruk sepanjang sejarah, ada pula orang yang layak mendapatkannya hanya berakhir jadi nominator saja.
Nah, siapa saja orang-orang ini? Berikut ulasannya.
1. Otto Hanh – Bertanggung Jawab Atas Hancurnya Hiroshima dan Nagasaki
Pada tahun 1940, dunia memasuki awal peradaban baru lantaran untuk pertama kalinya fusi nuklir berhasil ditemukan. Nama penemunya sendiri adalah Otto Hank, pria berkebangsaan Jerman yang merupakan ilmuwan di bidang fisika dan kimia.
Fusi nuklir ini banyak sekali tujuannya, salah satunya adalah sebagai pembangkit listrik dengan daya yang melimpah berbiaya terjangkau. Sayangnya, fusi nuklir ini juga bisa dikemas sedemikian rupa menjadi bom atom. Hanh sendiri tidak pernah menguji coba hal ini, namun dipastikan jika bom atom sangat mungkin dibangun dari fusi nuklir.
Berselang 5 tahun setelah penobatan dirinya, yakni 1945, apa yang ditakutkan semua orang pun terjadi. Yup, apalagi kalau bukan terjadinya peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menewaskan banyak sekali manusia. Hal ini tentu saja tidak akan pernah terjadi jika Hanh tidak menciptakan fusi nuklir terlebih dulu.
2. Fritz Haber – Bapaknya Senjata Kimia Dunia
Fritz Harber mungkin jadi sekian peneliti yang disalahkan atas hasil karyanya. Diketahui, ilmuwan Jerman tersebut berhasil mengembangkan gas beracun bernama Chlor. Gas ini sendiri digunakan di Perang Dunia I dan sukses membuat banyak orang kehilangan nyawa.
Sebenarnya Fritz sendiri tidak bermaksud menciptakan hal yang demikian. Namun, siapa lagi yang bisa dimintai pertanggungjawaban jika bukan dirinya yang menciptakan benda mematikan tersebut pada awalnya.
Fritz sendiri mendapatkan Nobel pada tahun 1918 juga lewat penemuannya yang keren di bidang kimia lainnya. Ya, ia adalah penemu metode sintesa amoniak yang dikemas pada pupuk pertanian dan sukses merevolusi produksi pangan secara global.
3. Paul Muller – Penemu DDT yang Dipuja dan Dihujat
DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane) adalah semacam senyawa kimia yang dihasilkan dari proses yang panjangnya tak karuan. Penggunaannya sendiri adalah untuk mengontrol populasi serangga tertentu. Dulu DDT ini digunakan selama Perang Dunia II untuk membunuh nyamuk penyebab malaria yang sering menghinggapi para prajurit.
DDT memang berperan penting sepanjang sejarah manusia. Namun, siapa sangka jika bahan kimia ini punya dampak yang buruk juga bagi manusia bahkan hewan-hewan. Kini DDT sama sekali dilarang penggunaannya. Senyawa kimia ini juga dilarang total untuk digunakan di pertanian karena efek baliknya yang bisa membunuh manusia.
4. Mahatma Gandhi – Pejuang Hebat yang Hanya Berakhir Jadi Nominator
Siapa sih yang tidak tahu kisah heroik Mahatma Gandhi? Perjuangannya menyelamatkan rakyat India benar-benar sangat mengharukan dan menginspirasi. Kerennya lagi, Gandhi sama sekali tidak menggunakan cara-cara kemiliteran untuk menegakkan keadilan. Melainkan cara-cara diplomatis yang santun.
Gandhi sendiri tentu tidak berharap untuk diberi hadiah Nobel Perdamaian. Namun rasanya cukup keterlaluan jika sosok sangat berjasa seperti ini tidak bisa mendapatkannya. Gandhi sendiri hanya dinominasikan sebanyak lima kali.
Lain Gandhi, lain pula Obama. Presiden kebanggaan Amerika ini justru sukses mendapatkan Nobel Perdamaian tak sampai setahun ketika menjabat sebagai pimpinan tertinggi Negeri Paman Sam. Padahal, jika dibandingkan antara Gandhi dan Obama tentu sangat jauh. Geir Lunsderstad yang menjabat sebagai komite Nobel Norwegia sampai berujar seperti ini, “Dalam 106 tahun sejarah kita, kesalahan terbesar adalah tidak memberikan hadiah Nobel Perdamaian kepada Mahatma Gandhi.”
Mungkin para pengurus Nobel sudah berkaca dari deretan peristiwa ini. Sehingga di era sekarang ini hampir tidak pernah ada kesalahan-kesalahan seperti yang dulu. Jika suatu ketika hal ini berulang, maka dampaknya bisa sangat fatal. Salah satunya nilai prestisius penghargaan ini akan sangat jatuh. Belum lagi publik akan menganggap jika Nobel tak lain hanya sebuah gelar lelucon saja.