Islam adalah rahmatan lil’alamin, yang artinya adalah rahmat bagi seluruh alam. Segala sesuatu tentang kehidupan telah diatur oleh Islam dalam kitab suci Al-Qur’an, yang merupakan pedoman sekaligus tuntunan arah bagi ummat Islam. Ditambah dengan As-Sunnah, tuntunan dari Rasulullaah SAW, nabi kita, utusan Allah SWT, yang dengan perjuangan dan segala pengorbanan beliau, kita mampu merasakan nikmat Islam yang tiada duanya hingga detik ini. Islam adalah solusi, dari semua permasalahan hidup, karena Allah telah menjamin bahwa tidak ada satu masalahpun yang tidak ada solusinya, dibalik kesusahan selalu ada kemudahan. Hal tersebut terangkum dalam QS. Al-Insyirah ayat 5-6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan selalu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan selalu ada kemudahan.”.
Allah SWT pun tidak pernah mempersulit hambaNya. Jika ada hamba yang kesulitan dalam menjalankan perintahNya, sejatinya itu adalah kesulitan yang dibuat sendiri oleh si hamba. Allah selalu memberikan keringanan, dan tak pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hambaNya. Begitupun dalam menjalankan perintah shalat, Allah memberikan keringanan, ketika dahulu datang perintah shalat untuk pertama kali, jumlahnya ada 50 kali dalam sehari. Namun kini, hanya tinggal 5 kali dalam sehari saja masih begitu banyak ummat Islam yang meninggalkannya, bahkan tanpa rasa berdosa sama sekali kepada Allah. Astaghfirullaah…
Allah sangat mencintai hambaNya. Keringanan juga Dia berikan kepada hamba yang tengah menjalani sebuah perjalanan atau safar. Hamba yang dijuluki sebagai musafir ini mendapat keringanan dalam menjalankan shalat oleh Allah. Jadi tidak ada alasan lagi kita mengatakan bahwa perintah Allah itu memberatkan. Nah, apa saja keringanan shalat yang Allah berikan kepada hambanya yang musafir atau sedang menjalankan safar (perjalanan jauh) ini? berikut ulasannya:
1. Shalat Qashar
Shalat qashar memiliki hukum sunnah muakad. Rasulullaah SAW sering menjalankannya bersama para sahabat saat mereka tengah melakukan safar atau perjalanan jauh. Allah telah menyebut shalat qashar ini dalam QS. An-Nisa’ ayat 101, “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqasharkan shalat(mu).”. Pun juga disebutkan dalam sebuah hadits, “Nabi SAW bersabda, Qashar adalah sedekah yang diberikan Allah untukmu, maka terimalah olehmusedekah itu. (Muttafaq ‘alaih).”. Sedangkan pengertian dari shalat qashar sendiri adalah, meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat dengan membaca fatihah dan surah. Sedangkan untuk shalat maghrib yang tiga rakaat dan subuh yang dua rakaat tidak boleh diqashar.
Menurut para jumhur ulama, para sahabat, dan tabi’in, mereka menyaksikan bahwa Rasulullaah SAW melakukan shalat qashar ketika menempuh perjalanan empat burd atau sekitar empat puluh mil, yang kemudian disepakati sebagai batas terendah kita boleh menqashar sholat kita. Shalat qashar juga boleh dilakukan sejak kita keluar rumah untuk melakukan perjalanan sampai kita tiba pada tempat tujuan, dengan niat melakukan perjalanan atau safar bukan untuk bermaksiat kepada Allah. Namun pengecualian bagi seseorang yang berniat tinggal dalam tempat tujuan yang disinggahi (tidak langsung kembali ke kampung asal atau rumah tempat tinggal), maka dia tidak boleh mengqashar shalatnya. Maksud bermukim disini adalah tidak menetap di sana.
Shalat qashar disunnahkan bagi para musafir, baik musafir yang melakukan safar atau perjalanan dengan kendaraan apapun maupun yang berjalan kaki, dengan batas dan ketentuan jarak yang telah disepakati sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullaah SAW.
2. Shalat Sunnah
Jika pada saat tidak melakukan safar atau perjalanan kita terbiasa menjalankan shalat sunah rawatib atau shalat sunnah sebelum atau sesudah shalat wajib, maupun shalat sunnah yang lainnya, maka Allah memberikan keringanan kepada kita untuk tidak usah menjalankan shalat sunnah tersebut. Kecuali dua shalat sunnah, yaitu shalat sunnah fajar dan shalat sunnah witir, karena terkandung banyak manfaat dan keberkahan dari kita menjalankan shalat sunnah tersebut.
Namun, tidak masalah jika kita menjalankan shalat sunnah dhuha selagi kita dalam perjalanan, karena Rasulullaah SAW pernah melakukannya sewaktu menjadi musafir. Beliau menjalankan delapan rakaat shalat sunnah dhuha di atas kendaraannya saat menjalankan safar atau perjalanan jauh.
Begitulah, bentuk cinta Allah kepada kita yang tak mampu dihitung dengan apapun. Betapa Maha Kasih Allah. Namun masih saja kita mengingkari dan menjauhiNya. Semoga kita bisa selalu berusaha berubah dan berproses menjadi lebih baik setiap harinya, mendekat kepada Allah, dan berserah diri kepadaNya, agar Allah lindungi dan selamatkan kita di dunia maupun akhirat kelak. Aamiin. (sof)