Maharashtra adalah sebuah provinsi ketiga terbesar di India serta merupakan wilayah dengan populasi terbesar kedua di dunia. Ada lebih dari 110 juta penduduk yang tinggal di sana dan ibukotanya, Mumbai, memiliki populasi hingga 18 juta orang.
Dengan banyaknya kesempatan bisnis dan standard hidup yang lebih tinggi membuat para pendatang dari provinsi lainnya tertarik untuk tinggal di kota ini. Namun saat ini, provinsi tersebut tengan mengalami kekeringan terparahnya.
1. Kekeringan Terparah Selama 100 Tahun
Wilayah Maharashtra telah beberapa kali mengalami kekeringan. Kekeringan terburuknya yang pertama terjadi pada tahun 1972. Beberapa upaya penanggulangan yang dilakukan antara lain penanaman pohon, konservasi tanah, menggali kanal, dan membangun penampungan air buatan.
Tahun 2013, kekeringan kembali terjadi di wilayah ini dan dianggap sebagai yang terburuk dalam 40 tahun. Sebanyak 11.801 desa terkena dampak dari bencana ini. Kini kekeringan kembali melanda Maharashtra dan kali ini lebih buruk dari sebelumnya. Sebanyak 27.723 dari 43.000 desa di Maharashtra dilanda kekeringan terparah selama 100 tahun di wilyah ini.
2. Jumlah Air yang Sangat Menipis
Selama 2 tahun terakhir, hujan yang turun di daerah tersebut terhitung sangat sedikit dan bahkan terendah selama 20 tahun terakhir. Akibatnya, sangat sedikit air yang bisa masuk dan tersimpan di sumur-sumur.
Sebanyak 814 bendungan dan waduk di Maharashtra sudah kehabisan air dan hanya tersisa 5% saja. Sementara itu di bendungan Jayakwadi hanya tersisa 1% air saja. Sawah-sawah mengering dan para petani kehilangan pekerjaan mereka.
3. Maharashtra Menjadi Kuburan Bagi Para Petani
Sejak Januari 2014 saja, sebanyak 900 petani memutuskan bunuh diri akibat gagal panen. Bayangkan apa yang terjadi dengan kekeringan besar yang saat ini melanda. Sebanyak 1.109 petani akhirnya memilih untuk bunuh diri sejak kekeringan terjadi.
Para petani lokal harus mengeluarkan cukup banyak uang untuk memasang pipa dan pompa dari sumber air yang tersisa dan berjarak hampir setengah kilometer jauhnya. Tapi tidak banyak petani yang sanggup membiayai hal tersebut.
4. Usaha Pemerintah Menanggulangi Kekeringan
Pemerintah telah melakukan beberapa usaha penanggulangan. Sekolah-sekolah bahkan mengakhiri periode akademisnya lebih awal untuk mengurangi populasi kota. Pemerintah juga memerintahkan untuk menutup kolam renang selama 3 bulan berikutnya.
Kereta-kereta yang membawa air juga dikirimkan kepada warga. Namun mereka hanya mendapatkan kurang dari 20 liter air setiap harinya. Bahkan demi menjaga agar tidak terjadi kericuhan, pemerintah mengirimkan polisi dan pasukan keamanan untuk menjaga titik suplai air di kota Parbhani.
5. Ironisnya Air Digunakan Untuk Penyelenggaraan IPL
Mengingat betapa parahnya tingkat kekeringan yang terjadi hingga memakan korban para petani yang bunuh diri, kita akan mengira masalah tersebut menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Tapi nyatanya tidak. Air malah dialokasikan untuk sesuatu yang lain termasuk penyelenggaraan IPL atau Indian Premier League.
IPL rencananya digelar pada 9 April dan berakhir 29 Mei di Mumbai, salah satu kota di Provinsi Maharashtra. Pertandingan ini akan menggunakan air sebanyak 4 juta liter air untuk 7 pertandingan. Idealnya, pertandingan harus dipindahkan ke wilayah air dengan persediaan air yang jauh lebih melimpah dari daerah yang sedang mengalami kekeringan. Apakah IPL lebih penting dari masyarakat?
Sangat ironis jika dalam keadaan yang begitu mengenaskan, pemerintah malah menyelenggarakan IPL di kota yang sedang mengalami kekeringan. Padahal segala air tersebut seharusnya bisa digunakan untuk membantu para korban kekeringan juga para petani yang tengah putus asa. Apalagi petani ini sebenarnya adalah tulang punggung ekonomi negara juga.