Madura, daerah yang katanya segera berdiri sebagai provinsi sendiri ini memang banyak sekali keunikannya. Entah dari tempat-tempat wisatanya yang bagus dan worth it untuk dikunjungi, sampai deretan kebudayaan mereka yang khas. Tapi, yang paling menarik dari Madura sudah tentu kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya yang unik, dan beberapa dari itu jadi satu-satunya di negeri ini.
Baca Juga : 7 Bukti Bahwa Indonesia Adalah Negara Paling Kaya di Zaman Dahulu
Namanya juga kebiasaan, biasanya takkan mudah untuk diterima selain mereka yang ada di dalam lingkupnya. Sama seperti kebiasaan orang Madura yang mungkin bagi kita terasa janggal, namun normal dan umum bagi mereka. Nah, berikut adalah deretan kebiasaan orang Madura yang mungkin akan membuat kita geleng-geleng kepala tapi juga takjub.
Menikah muda di Madura adalah hal yang sangat biasa. Kamu tak perlu terkejut ketika tahu rata-rata muda-mudi di sana yang usianya masih belasan tahun sudah banyak yang menikah. BKKBN memang menyarankan umur tertentu sebagai patokan untuk usia pernikahan. Namun hal ini bukan jadi penghalang bagi orangtua-orangtua di sana untuk menikahkan anaknya yang masih belia itu.
Rata-rata, gadis di Madura sudah bisa dipinang ketika menginjak usia 14 tahun. Orangtua si gadis pun takkan keberatan menikahkan anaknya jika si calon mantu jika sudah sesuai dengan kriterianya. Kebiasaan menikah muda ini bukan tanpa alasan lho. Orang-orang Madura beranggapan jika hal ini akan mampu membuat anak-anaknya terhindar dari dosa, serta bisa mengurangi beban orangtua.
Orang Madura dikenal dengan watak mereka yang keras dan punya harga diri tinggi. Makanya, ketika menyelesaikan masalah, mereka kadang memilih cara yang keras pula. Salah satunya adalah dengan carok atau istilah lainnya duel sampai mati dengan menggunakan senjata tajam, biasanya celurit.
Orang-orang Madura sendiri punya falsafah yang sudah mendarah daging. “Lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata” yang artinya lebih baik mati daripada malu. Makanya, mereka akan melakukan apa pun ketika merasa harga dirinya diinjak-injak atau diperlakukan tak adil.
Kita mengenal bahasa multi level sebagai ciri khas Jawa. Siapa sangka ternyata Madura juga punya hal yang semacam ini. Di Jawa ada yang namanya ‘Ngoko’, ‘Krama, dan ‘Krama Inggil’, maka di Madura kita juga mengenal sistem yang sama namun beda istilah. ‘Ja’-iya’, ‘Engghi-Enthen’, dan juga ‘Engghi-Bunthen’. Penggunaan bahasa multi level ini sama persis seperti yang ada di Jawa, kosa kata berubah tergantung siapa yang kita ajak bicara.
Keunikan lain soal bahasa, orang-orang Madura juga punya dialek kedaerahan sendiri, sama seperti Mandarin. Di Madura akan ada dialek Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, Bawean, Sampang, dan juga Sapudi yang masing-masing memiliki kekhasan sendiri. Namun yang lebih sering dipakai sebagai acuan adalah Sumenep karena faktor kebiasaan raja-raja Madura dulu.
Hal yang patut kita apresiasi tentang orang Madura adalah tingkat relijius mereka yang tinggi. Madura mayoritas beragama Islam dengan bukti banyaknya masjid serta pusat-pusat pembelajaran agama atau pondok di sini. Di Sumenep sendiri, ada sekitar 230 an pondok yang tersebar dari kota sampai pelosok. Makanya, orang Madura selalu dicirikan dengan label pesantren mereka.
Hampir semua orang Madura belajar di pesantren. Sehingga tak heran jika mereka begitu menghormati para kyai dan ustadnya. Bahkan ada sebuah jargon unik tentang ini, orang-orang Madura sejahat apa pun pasti akan sangat patuh dengan kyai-nya. Hal ini bisa dibilang adalah sesuatu yang bagus karena hormat kepada guru mencerminkan adab yang baik. Terlebih lagi, berkat para guru pula seseorang bisa mengenal ilmu dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Kita tahu bagaimana uletnya orang-orang Madura dalam melakukan usaha. Entah ketika bekerja, berdagang dan sebagainya. Tujuan mereka sendiri rata-rata hanya satu. Ya, bisa mengumpulkan uang untuk kemudian dipakai berhaji ke tanah suci. Jika tak percaya tentang ini, silakan tanya sendiri apakah obsesi terbesar mereka ketika bekerja.
Bagi orang Islam, berhaji memang jadi penyempurna ibadah. Hal ini pula yang jadi alasan orang Madura sebisa mungkin harus berangkat haji. Namun, kadang mereka seringnya terlalu memaksakan diri. Meskipun tahu kondisi finansialnya belum memungkinkan, orang-orang Madura akan maksa agar bisa ke tanah suci. Entah itu berhutang atau semacamnya. Satu lagi, predikat haji di sana juga jadi kebanggaan tersendiri.
Meskipun sangat Islami, namun kebanyakan orang Madura masih percaya akan hal-hal berbau magis. Ya, hal ini bisa diketahui dari ritual-ritual yang masih mereka lakukan di era kekinian seperti sekarang. Salah satunya Rokat Tasse.
Rokat Tasse umumnya dilakukan oleh masyarakat pesisir sebagai selamatan atau menghormat kepada si penguasa laut. Tujuannya sendiri adalah untuk memberikan keselamatan dan juga hasil ikan yang melimpah. Ritual ini juga ada di beberapa tempat lain di Indonesia. Dilihat dari prosesi dan tujuan, Rokat Tasse tak jauh beda dari Petik Laut atau Larung Sesaji.
Ketika ada teman atau saudara yang menikah, maka sudah jadi hal yang lazim bagi kita untuk memberikan semacam amplop berisi uang. Di Madura hal ini juga ada, hanya saja mereka punya aturan unik sendiri yang bisa dibilang cukup aneh.
Seusai resepsi, keluarga mempelai akan sibuk mencatat nama dan jumlah uang yang ada di semua amplop. Tujuannya, agar nantinya ketika si pemberi amplop ada hajatan maka si penerima akan membalasnya dengan jumlah uang yang sama. Ini sudah jadi kebiasaan di sana, dan ketika tidak membalas dengan jumlah yang serupa, maka biasanya akan jadi masalah. Makanya, tak perlu terkejut ketika orang-orang Madura kondangan dengan memberikan uang sejuta dua juta. Pasalnya, si penerima nanti berkewajiban mengembalikan ini. Ya, sama seperti arisan begitu.
Baca Juga : 6 Fakta Tentang Sifat Orang Madura yang Bisa Kita Contoh
Begitulah kebiasaan orang Madura, unik dan bikin kita bertanya-tanya. Terlepas dari keanehan dan keganjilannya, kita harus paham jika masing-masing tempat punya kebiasaan unik sendiri. Jadi, tak perlu merasa risih atau menunjukkan rasa tak suka. Tidak menutup kemungkinan orang-orang Madura juga tidak sreg dengan apa yang jadi kebiasaan kita. Saling menghormati, biarkan budaya berjalan di tempatnya masing-masing, dan Indonesia akan damai.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…