Gunung Bromo yang mulanya nyenyak, kini entah mengapa harus terbangun dari tidurnya. Kemarin, di tanggal 19 Februari 2019, gunung cantik satu ini mengalami erupsi. Mungkin bagi kita ini sangat tiba-tiba, tapi tidak untuk Ahli Geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amien Widodo.
Ia berpendapat jika Bromo memang sudah waktunya aktif. Dikarenakan gunung yang kerap jadi tempat wisata tersebut selalu ‘bangun’ setiap sembilan tahun sekali. Jadi kita tak perlu khawatir lagi dengan adanya bencana susulan atau prediksi buruk lainnya. Namun, apa jadinya ya kalau Bromo mengalami erupsi yang cukup parah?
Warga Suku Tengger akan bersyukur sebanyak-banyak, loh?
Apa yang Sahabat Boombastis lakukan jika mendengar gunung di sekitar rumah kalian mengalami erupsi? Tentunya khawatir dan repot mencari tempat persinggahan baru. Namun hal ini tak berlaku untuk Suku Tengger yang bertempat tinggal di sekitar Bromo. Mereka bersyukur karena gunung yang telah dikeramatkan oleh warga Desa Ngadisari itu sedang bergolak.
Tais, salah seorang warga Desa Ngadisari dan juga Suku Tengger mengungkapkan jika nenek moyangnya bersemayam di kawah Bromo. Dalam artian, nenek moyang sedang menyapa mereka karena ingin melindungi Suku Tengger dari bencana apapun. Sehingga mereka percaya, jika erupsinya Gunung Bromo tidak akan mencelakakan para warga.
Menyuburkan tanaman yang ada di perkebunan warga Suku Tengger
Tidak hanya berdasarkan kepercayaan, Tais mengungkapkan ketika Bromo aktif berarti perkebunan yang dimiliki oleh Suku Tengger akan jauh lebih makmur. Diberitakan pada sains.me, abu vulkanik yang dihasilkan oleh gunung bisa berdampak baik bagi tanaman-tanaman perkebunan.
Seperti tanaman yang ada pada kebun menjadi lebih subur daripada sebelumnya. Ini dikarenakan adanya kandungan mineral di dalam abu vulkanik tersebut. Selain itu, abu vulkanik juga berperan bagus untuk perkembangan biji tumbuhan dan bakteri yang membantu kesuburan tanaman.
Wisata akan ditutup sampai gunung kondusif
Selama ini kita tahu kalau Bromo menjadi salah satu destinasi favorit bagi wisatawan luar kota. Bukan hanya karena gunungnya yang indah, tapi masih ada faktor lainnya. Seperti pasir berbisik, padang savana yang sangat luas serta bisa berkeliling sambil menaiki kuda.
Namun semua ini akan hilang ketika Bromo mengalami erupsi. Pasalnya, kondisi di lingkungan sekitar gunung tersebut akan menjadi gelap lantaran abu vulkanik. Lalu akan ada banyak debu yang bisa membahayakan bagi manusia. Contohnya sistem pernapasan terganggu serta iritasi di bagian kulit dan mata. Jadi akan sangat membahayakan jika wisata terus dibuka pada saat gunung meletus.
Penerbangan di Pulau Jawa dan Bali akan terganggu
Apabila Bromo mengalami letusan yang cukup parah, kemungkinan akan mempengaruhi penerbangan. Tapi tidak di seluruh Indonesia ya, hanya untuk di sekitar Pulau Jawa dan Bali. Sebab abunya sudah memenuhi udara sehingga penerbangan harus dihentikan dalam beberapa waktu.
Hal serupa sudah banyak terjadi di beberapa daerah. Salah satunya adalah letusan Gunung Anak Krakatau pada akhir Desember 2018 lalu. Erupsi menghasilkan awan yang cukup tebal dan juga partikel-partikel abu bisa masuk ke dalam pesawat. Akibatnya penerbangan yang melewati Gunung Anak Krakatau terpaksa dibatalkan.
BACA JUGA :5 Letusan Gunung Berapi Terdahsyat Sepanjang Masa
Seperti itulah yang mungkin akan terjadi ketika Gunung Bromo mengalami erupsi parah. Tapi semoga itu tidak benar-benar terjadi ya Sahabat Boombastis. Kita doakan saja agar Bromo hanya terbangun sebentar dan tidak mengalami dampak buruk apapun. Untuk saat ini, Bromo masih dalam kondisi aman terkendali. Wisata masih terbuka lebar dan tidak berpengaruh pada penerbangan.