Keberadaan transportasi online yang semakin berkembang di Indonesia, telah merubah banyak hal dalam kultur budaya masyarakatnya. Para driver itu, seakan telah menjadi kebutuhan utama sebagai sarana berkendara di jalanan. Melihat trend positif tersebut, tak heran jika akhirnya banyak dari mereka yang beralih profesi menjadi driver online.
Namun belakangan, pro kontra mulai nyaring terdengar seiring dengan datanganya beberapa peraturan yang dinilai menyengsarakan para supir digital tersebut. Tak hanya soal tarif dan cara kerja, keberadaan mereka terkadang masih diperdebatkan oleh pemerintah. Berandai-andai dengan skenario terburuk, seperti apa jadinya jika profesi driver online dihilangkan dan kembali ke zaman ojek atau taksi manual? simak ulasan berikut.
Perekonomian Indonesia semakin terpuruk
Seperti yang diketahui, keberadaan perusahaan transportasi berbasis digital di Indonesia sedikit banyak telah membantu perekonomian negeri ini. Bahkan, beberapa dari mereka mendapatkan suntikan dana hingga triliunan rupiah dari perusahaan besar Amerika Serikat, Google. Jika pemerintah menghapus keberadaan perusahaan yang menaungi bisnis ojol dan driver online tersebut, tentu dampaknya akan sangat besar sekali. Perekonomian digital di Indonesia, bisa terancam tak lagi berkontribusi bagi kemajuan finansial negara. Meski tak berdampak secara langsung, jika dibiarkan secara terus menerus bisa berhujung pada kebangkrutan ekonomi yang parah, terutama di bidang transportasi online.
Pengangguran massal
Salah satu fenomena sosial yang masih menjadi PR bagi pemerintah adalah pengangguran. Di Indonesia sendiri, lapangan pekerjaan kian sulit ditemukan dari tahun ke tahun. Namun sejak adanya moda transportasi berbasis online di tanah air, semua orang layaknya mendapatkan durian runtuh. Banyak dari mereka yang terbantu ekonominya dengan menjadi driver online tersebut. Namun, apa yang terjadi jika pemerintah menghilangkan profesi tersebut. Tentu saja akan terjadi pengangguran massal yang bahkan lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Mudah-mudahan enggak ya Saboom.
Angka kejahatan yang semakin meningkat
Dengan semakin merajalelanya pengangguran yang terjadi pada masyarakat, tentu akan menambah fenomena sosial lain yang tak kalah serius. Ya, kejahatan akan semakin tumbuh subur di dalam setiap lapisan masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah. Bukan tanpa sebab, hal ini diperkirakan akan terjadi jika profesi sebagai ojol maupun driver taksi online dihapus oleh pemerintah. Bagaikan makan buah simalaklama, hidup segan, mati tak mau. Itulah efek domino yang bakal dihadapi pemerintah dan masyarakat Indonesia jika memang benar-benar terjadi.
Masyarakat yang semakin bodoh karena kurang update teknologi
Efeknya yang semakin meluas, juga sangat berdampak serius pada gaya hidup dan perkembangan budaya masyarakatnya. Ketika palu kepastian penghapusan driver online Indonesia resmi diketuk, masyarakat tidak lagi dapat menikmati kecanggihan dan pengaruh teknologi pada sarana transportasi. Mereka akan semakin tertinggal jauh dengan negara-negara lain, di mana pemerintahnya telah memberikan payung hukum dan regulasi yang jelas untuk memajukan bisnis tersebut. Jika diibaratkan dengan pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah yang bakal dirasakan oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Perih tapi tak berdarah ya Saboom.
Jalanan menjadi semakin macet
Lho, kok bisa jalanan macet, kan semua driver online sudah ditutup? Mungkin pertanyaan tersebut sempat terlintas di pikiran Saboom sekalian. Jika transportasi berbasis online resmi dilarang, tentu akan banyak orang yang akan beralih menggunakan motor atau mobil pribadinya untuk dikendarai. Selain lebih cepat dan praktis, mereka sudah tak minat lagi untuk memesan angkutan secara manual yang justru masih banyak kekurangan di sana-sini. Hal inilah yang diprediksi akan terjadi jika keberadaan transportasi online ditutup pemerintah.
Meski hanya sebatas asumsi, bukan tak mungkin kondisi di atas bisa saja terjadi jika benar pemerintah menutup bisnis transportasi online di Indonesia. Yang paling mengkhawatirkan adalah, dampak sosial yang timbul pada masyarakat di masa depan. Semoga permasalahan transportasi online yang terus menjadi polemik di Indonesia, bisa menemukan solusi yang saling menguntungkan untuk semua pihak.