Seorang pendaki gunung Merapi, Eri Yunanto mengalami musibah terpeleset ke kawah pada Puncak Garuda, Sabtu (16/5). Mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta tersebut terakhir kali sempat berfoto-foto di dekat kawah Merapi sebelum mengalami musibah.
Jenazah Eri Yunanto ditemukan di kedalaman 200 meter kawah Merapi. “Ya benar, korban sudah kita temukan di kedalaman 200 meter dalam keadaan meninggal. Ini sedang kami lakukan proses evakuasi,” kata Komandan tim SAR Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo di Boyolali, Senin (18/5).
Tim SAR yang turun ke dalam kawah berhasil menjangkau korban. Hingga malam hari, tim masih berupaya mengangkat jenazah Eri dari dasar kawah. “Ada lima anggota tim SAR yang turun untuk mengevakuasi korban. Kami belum bisa memperkirakan jam berapa korban bisa sampai atas kemudian dibawa turun melalui jalur Selo, Boyolali. Jalurnya cukup sulit dengan kemiringan dinding kawah sangat terjal,” tuturnya.
Operasi evakuasi memakai alat khusus berupa alat bantu pernapasan (breathing aparatus) dan pesawat mini tanpa awak (drone). Alat itu berfungsi untuk mempermudah evakuasi. Hal itu terkait dengan kondisi medan. “Drone kami gunakan untuk memetakan tempat dugaan jatuhnya pendaki. Dari situ akan dievaluasi jalur yang bisa ditempuh oleh penyelamat. Kami menerjunkan dua drone dalam misi ini,” kata Pengendali Misi Pencarian Suwiknya.
Sedangkan breathing aparatus berfungsi untuk mengurangi risiko terhirupnya gas beracun yang ada di kawah Merapi. “Kami juga harus melihat arah angin, sebab bila angin cenderung diam, hal itu justru berbahaya untuk penyelamat, karena konsentrasi gas beracun tinggi. Kalau ada angin berembus, maka udara akan bersirkulasi,” tuturnya.