Kuliner masa kini tentu saja tak lepas dari para millenials yang serta merta menggendong kamera untuk dapat foto ala-ala food porn dan lalu diunggah ke sosial media mereka. Hal tersebut sudah marak diikuti orang dan menjadi kebiasaan. Bahkan mereka lebih milih jepret-jepret daripada berdoa sebelum makan. Bagi sebagian orang, kebiasaan itu lama-lama menjadi sebuah kebosanan.
Banyak dari mereka yang mencari terobosan baru soal kuliner, salah satunya kembali mengingat jajanan jadul. Kue koya adalah satu di antara kue hits zaman dulu, nggak kalah pula dari cake-cake artis yang sedang diburu sekarang. Namun, keberadaan kue koya pun telah berkurang seiring berjalannya waktu.
Selayang Pandang Kue Koya
Apa sih kue koya itu? Para remaja ‘90an pasti bisa menjawabnya. Kue ini terbuat dari tepung ketan yang rasanya sangat manis. Kue ini juga sangat rapuh sehingga ketika akan menyantapnya kita harus ekstra hati-hati agar remahnya tidak tercecer ke mana-mana. Cara membuatnya pun cukup simpel, kadang banyak ibu rumah tangga yang memproduksi kue ini sendiri. Sebelum ada oven seperti sekarang, finishing kue koya dilakukan dengan bantuan sinar matahari. Ajaibnya, kue ini sangat lumer di mulut, ketika kita memasukannya, blush, kue itu akan segera berpecah ruah di dalam mulut dan memberi sensasi yang seru.
Bentuknya yang Macam-macam Menambah Atensi
Kue koya yang biasa kita temui pada umunya berbentuk bulat. Hal tersebut dikarenakan sang produsen biasanya memberi ‘isi’ ke dalam bulatan tersebut. Terkadang kacang hijau, ada pula yang cokelat untuk menambah kenikmatan ketika kue ini disantap. Namun ternyata, bentuk kue koya tidak hanya bulat, namun ada juga yang persegi dan jajar genjang. Meski banyak variasi dalam bentuk kue jadul ini, tapi rasa yang diciptakan tetap sama dan memanggil-manggil kenangan masa lalu.
Pertemuan dengan Kue Legendaris
Hits pada jamannya, kue koya sekarang sudah jarang sekali kita temui. Padahal, dahulu kue ini selalu ada di barisan paling depan ketika kita menyerbu kantin saat istirahat. Dibalut dengan kertas putih dengan ornamen-ornamen merah khas Tionghoa serta 6 bulatan dalam kemasannya yang siap kita santap. Kadang pula jajanan ini menjadi sajian ketika lebaran, hampir setiap rumah pada era ‘90an menyediakan bertoples-toples kue koya. Namun sekarang, jika tidak ke toko jadul yang ada di Pecinan tiap kota, akan susah mendapatkannya. Penjualan di online shop pun kadang rasanya tak seenak dulu.
Sebutan Kue Koya di Berbagai Daerah
Ternyata penggemar kue koya berada dari Sabang sampai Merauke. Mereka pun memiliki sebutan khas untuk jajanan legendaris ini. Seperti di Malang, Jawa Timur, yang juga dibilang sebagai pusat dari kue ini, mereka menyebutnya dengan kue satru atau payako. Sedangkan di Jakarta yang mayoritas penduduknya adalah orang Betawi, menyebutnya sebagai kue satu. Biasanya kue koya ini menjadi sandingan ketika menikmati teh atau kopi di sore hari. Meski banyak sebutan, jajanan lawas ini tetap banyak penggemar dan masih diburu hingga sekarang.
Setelah membaca ulasan di atas, apakah kalian jadi teringat akan manisnya kue koya? Keberadaannya memang sulit dicari namun masih terngiang-ngiang di kepala, seperti bayangan mantan. Namun masih banyak loh toko-toko lawas yang bisa kamu kunjungi dan biasanya menjual jajanan legendaris ini. Kuncinya satu, pastikan penjualnya seorang Tionghoa, pasti jual deh.