in

Blackpink Jadi Bintang Iklan di Indonesia, Sekelompok Ibu-ibu Ini Jadi Sewot dan Bikin Petisi!

Tet teteret, tererererereret, BLACKPINK! Tet teteret tererererereret aye, aye! pasti enggak satu, dua kali saja Sahabat Boombastis dengar. Benar, lagu Ddu-Du-Ddu-Du dari Blackpink memang tengah menjadi tembang sejuta umat, setelah come back-nya pada tanggal 15 Juni lalu. Namun, akhir-akhir ini yang justru terdengar di televisi malah “tet teteret, tererererereret, Shopee!”

Hal ini disebabkan oleh dipilihnya Blackpink sebagai brand ambassador resmi Shopee Indonesia. Satu bulan lalu, Jisoo, Jennie, Rosé, dan Lisa juga telah datang ke Indonesia menyapa Blink—fans Blackpink, dan pelanggan setia Shopee. Sayangnya, setelah kedatangan mereka kemari, banyak sekali pro dan kontra yang datang dari netizen.

Petisi hentikan iklan blackpink shopee [sumber gambar]
Salah satunya adalah pembuatan petisi untuk menolak iklan Blackpink Shopee oleh sekelompok ibu-ibu. Hal ini diinisasi oleh Maimon Herawati, seorang dosen jurnalisme Universitas Padjajaran juga penemu Forum Lingkar Pena (FLP) yang namanya tak asing lagi di kalangan penulis perempuan. Ia memulai petisi “HENTIKAN IKLAN BLACKPINK SHOPEE!!” pada 7 Desember 2018 dan telah berhasil mengumpulkan 89 ribu orang lebih hingga ulasan ini ditayangkan. Dalam deskripsinya, pada paragraf pertama, Maimon Herawati menulis “Sekelompok perempuan dengan baju pas-pasan. Nilai bawah sadar seperti apa yang hendak ditanamkan pada anak-anak dengan iklan yang seronok dan mengumbar aurat ini? Baju yang dikenakan bahkan tidak menutupi paha. Gerakan dan ekspresi pun provokatif. Sungguh jauh dari cerminan nilai Pancasila yang beradab.”

Isi petisi Maimon Herawati 1 [sumber gambar]
Kiranya, Maimon Herawati yang telah berpengalaman menulis di FLP dan juga mengajar ilmu jurnalisme di Universitas Padjajaran mengerti arti harfiah provokatif. Menurut KBBI, provokatif adalah kata sifat, bersifat provokasi; merangsang untuk bertindak; bersifat menghasut. Bagaimana provokasi bisa terjadi? Hal ini dituliskan oleh Rahma Sugihartati, dosen dan Ketua Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga dalam laman republika.co.id. Ketika seseorang menggunakan media sosial (kebanyakan sekarang) dengan memuat konten berujar kebencian dan menimbulkan keresahan masyarakat, di situlah provokasi sedang berlangsung.

Blackpink vs Dangdut Pantura [sumber gambar]
Mari ditilik bagian gerakan dan ekspresi Blackpink yang mana yang menimbulkan provokasi? Atau Maimon Herawati malah berpikir bahwa joget tembak-tembakan Lisa cs membuat anak lelakinya penuh dengan pikiran seksualitas? Kalau memang benar begitu, maka di tahun 2018, Maimon Herawati masih memiliki konsep pikiran untuk menyalahkan meja ketika anaknya tersandung dan jatuh, bukan kecerobohan sang anak sendiri. Mengenai baju yang dikenakan tidak menutupi paha, bagaimana dengan pedangdut kita yang masih sering mengumbar bagian dada, baik acara on air maupun off air? Perlu diboikot juga? Makan apa nanti para manajer dan tim mereka? Mengapa juga kartun Sailormoon tidak diboikot tahunan lalu? Sama-sama pakai rok mini, bukan?

Blackpink x Shopee [sumber gambar]
Pada paragraf kedua ia menulis, “Iklan Shopee yang menggunakan grup Korea Selatan, Blackpink ini, sering diputar pada program anak-anak. Satu film anak-anak bahkan memuat iklan ini setiap beberapa menit seperti Film Tayo do RTV, Jumat (7/12). Apa pesan yang hendak dijajalkan pada jiwa-jiwa yang masih putih itu? Bahwa mengangkat baju tinggi-tinggi dengan lirikan menggoda akan membawa mereka mendunia? Bahwa objektifikasi tubuh perempuan sah saja?” Porsi iklan Shopee di televisi memang 3:4 dengan komersial-komersial lainnya. Terlebih lagi, pada tanggal 12, Shopee memiliki acara besar sehingga membutuhkan iklan untuk menjembatani promosi acara tersebut. Sayangnya, ketika salah satu followers di facebook Maimon Herawati mengusulkan ide untuk memboikot sinetron Indonesia yang kurang mendidik—berisi tentang pacaran, hidup mewah, dan balapan di jalan, ia malah menjawab:

Maimon Herawati tidak punya televisi [sumber gambar]
“Saya sebenarnya tidak punya tivi. Jika ada sinetron yang melanggar aturan seperti tertuang dalam UU no. 32, tahun 2002 tentang Penyiaran, mohon dikirimkan info ya. Jika ada datanya, seharusnya yang punya tivi dan peduli bisa memulai petisi juga. Bisa tag saya, nanti saya bantu blast.” Bagaimana bisa Maimon Herawati mengetahui bahwa iklan Shopee ditayangkan setiap beberapa menit dalam Film Tayo jika tak memiliki televisi di rumah? Netizen pun menyumbangkan opininya. “Yang diboikot tuh harusnya bukan iklannya, tetapi pemikiran mereka saja,” tulis @minsasarif. “Dulu jaman kecilku banyak film yg ditayangin di tv dg sensor yg tdk seketat sekarang dan aku biasa-biasa saja, tdk berpikir kotor, percuma juga diboikot. Boikot 1 tumbuh 1000,” tulis @aldie1212.

Petisi balasan untuk Maimon Herawati [sumber gambar]
Setelah ditelusuri, rupanya bukan hanya karena iklan Shopee x Blackpink di televisi yang membuat Maimon Herawati memulai petisi ini, tetapi sentiment terhadap hal-hal berbau Korea. Sebelumnya, Maimon Herawati pula yang memulai petisi menolak SNSD dating ke Indonesia untuk pra-event Asian Games 2018. Ia juga menulis sebuah jurnal berjudul Cultural Consumer As? New Cultural Intermediaries?: Indonesian Female Students and Hallyu in Indonesia—yang memuat penelitian mengenai mahasiswa perempuan Indonesia yang menggemari drama Korea hingga budaya popnya.

BACA JUGA: Sisi Lain Blackpink, Girlband Kece Sekaligus Penyelamat Nama Besar YG Entertainment

Para fans K-Pop pun ikut gemas dan membalas petisi Maimon Herawati dengan petisi “Tolak penghapusan iklan BlackPink” yang sudah ditandatangani oleh 30 ribu orang, serta “USIR MAIMON HERAWATI DARI INDONESIA!!” yang memiliki penandatangan sebanyak 3 ribu orang. Tahun 2018 sudah hampir berakhir, segala hal juga telah berbasis digital, revolusi industri 4.0 pun terlihat di depan mata, tetapi kenapa pemikiran manusia semakin mundur? Mengapa jika problema datang yang disalahkan malah objeknya dan bukan subjek–yaitu manusianya sendiri. Dalam hal ini, para fans K-Pop yang rela mati-matian membela Blackpink agar tidak diboikot pasti juga memiliki orang tua. Hanya saja, mereka beda pola pikir dengan bunda Maimon, hingga anaknya bisa mengikuti arus pemikiran global. Berani keluar dari zona nyaman, mah, kalau kata fourtwnty~

Written by Harsadakara

English Literature Graduate. A part time writer and full time cancerian dreamer who love to read. Joining Boombastis.com in August 2017. I cook words of socio-culture, people, and entertainment world for making a delicious writing, not only serving but worth reading. Mind to share your thoughts with a cup of asian dolce latte?

Leave a Reply

4 Fakta Penjara di Korea Selatan yang Bikin Banyak Orang Rela Masuk ke Dalamnya

Kalahkan Klub Belanda sampai Double Gelar, Ini Lho Capaian Emas Tim-tim Degradasi Liga 1