Nama Ibnu Sutowo memang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah PT Pertamina (Persero). Dilansir dari tirto.id, unit usaha negara yang dulunya bernama PT Eksplotasi Tambang Sumatera Utara itu, sempat dipimpin oleh figur yang juga seorang perwira TNI tersebut agar mengamankan keberadaan minyak yang melimpah di Indonesia.
Alhasil, dirinya yang dari seorang perwira TNI akhirnya menjelma sebagai petinggi perusahaan perminyakan yang masih baru dibentuk. Tak hanya membesarkan nama Pertamina, Ibnu Sutowo juga dikenal sebagai Jenderal yang kaya raya pada saat itu. Lantas, bagaimana kiprahnya di dunia militer hingga banting setir ke bidang perminyakan?
Sosok militer cerdas yang merupakan lulusan ilmu kedokteran
Saat aktif berdinas di kemiliteran dengan pangkat Kolonel, Ibnu Sutowo ditunjuk oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Kolonel Abdul Haris Nasution menjadi Panglima TT II Sumatera Selatan (kini KODAM Sriwijaya). Sumber dari tirto.id menuliskan, Ibnu merupakan seorang dokter lulusan lulusan Nederlandsche Indische Artsen School (NIAS) alias Sekolah Dokter Hindia Belanda di Surabaya (1940) sebelum dirinya aktif di militer.
Ditunjuk menjadi Direktur untuk mengamankan sumber minyak Indonesia
Dilansir dari tirto.id, maksud dari hal tersebut tertulis dalam Ibnu Sutowo Mengemban Misi Revolusi: Sebagai Dokter, Tentara, Pejuang Minyak Bumi (2001:318) menyebutkan, selain untuk mengembalikan normalisasi di kalangan pejabat militer TT II Sumatera Selatan, penunjukkannya juga dimaksudkan untuk menyelamatkan kilang-kilang minyak di Plaju dan Sei Gerong dari perbuatan sabotase. Alhasil, dari seorang tentara, Ibnu juga berkecimpung di dunia perminyakan yang duduk sebagai petinggi perusahaan.
Perwira TNI yang sukses dan kaya raya berkat minyak
Sejak saat itu, praktis Ibnu Sutowo yang masih aktif sebagai perwira TNI juga duduk sebagai direktur Pertamina. Dilansir dari tirto.id, dirinya menjadi dirut terlama ejak 1968 hingga 1976 dan dikenal sebagai tentara yang kaya raya. Menurut catatan Mochtar Lubis dalam Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya Seri 2: Korupsi dan Ekonomi, Pendidikan dan Generasi Muda, Hukum ABRI (1997:137), Ibnu Sutowo juga memiliki enam atau tujuh perusahaan lain yang diurus pada waktu senggangnya.
Sempat bersitegang dengan B.J Habibie
Menariknya, Ibnu Sutowo pernah menegur seorang Habibie di masa lalu. Dilansir dari nasional.tempo.co, sang Jenderal mengomentari keputusan Habibie muda yang saat itu masih menetap di Jerman dan tidak pulang ke Indonesia. “Mengapa Saudara masih berada di rantau sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk membangun bangsanya?” kata Ibnu Sutowo, seperti yang dikutip Habibie dalam bukunya. “Saudara ikut membangun bangsa lain. Saudara harus malu.“Ibnu Sutowo beralasan bahwa Habibie cocok berkecimpung di Pertamina. Bahkan, ia juga diangkat sebagai penasihat dan diperintahkan agar cepat pulang ke Indonesia.
Sukses mendidik anak-anaknya menjadi pebisnis yang handal
Jiwa bisnis Ibnu Sutowo rupa-rupanya menurun pada generasi selanjutnya. Mereka adalah Adiguna Sutowo dan Ponco Sutowo. Dilansir dari ekonomi.kompas.com, Adiguna memiliki perusahaan farmasi, yaitu PT Suntri Sepuri, yang didirikan pada 1998. Unit usaha ini memproduksi tablet, kapsul, sirop dan suspensi, sirop kering/serbuk injeksi beta laktam. Sementara itu, Ponco merupakan pemilik bisnis properti ternama di Indonesia. Salah satunya adalah Hotel Sultan yang dulu dikenal sebagai Hotel Hilton Jakarta.
BACA JUGA : Inilah 4 TNI yang Punya Pekerjaan Sampingan ‘Nyeleneh’ karena Takut Uang Haram, Ada yang Mijit Loh
Keberhasilan Ibnu Sutowo di masa lalu, ternyata berhasil dilanjutkan oleh generasi penerusnya yang juga berkecimpung sebagai pengusaha. Meski sempat terseok-seok saat memimpin Pertamina, toh keberadaan Ibnu Sutowo di perusahaan minyak tersebut juga turut mewarnai perjalanan sejarah Pertamina. Menjadi sebuah BUMN strategis milik negara yang menguntungkan.