Organisasi Angkutan Darat (Organda) dibuat pusing karena harga BBM akan naik turun tiap dua minggu sekali. Organda menilai kondisi itu sebagai pekerjaan rumah besar yang mesti dicari solusinya.
“Iyalah PR (pekerjaan) banget ya. PR besar untuk Pemda (Pemerintah Daerah) juga di tiap-tiap provinsi,” ujar Ketua Organda Eka Sari Lorena, Jakarta, Sabtu (17/1).
Dia mengatakan akibat fluktuasi harga BBM tersebut membuat Organda dan Pemda harus menghitung ulang biaya operasi angkutan umum. Dia juga menerangkan Organda sedang melakukan evaluasi tarif angkutan umum setelah penurunan harga BBM oleh pemerintah. Menurut Organda, tak tertutup kemungkinan ada penurunan tarif sesuai harga BBM.
“BBM kembali turun, premium jadi Rp 6.600 dan solar Rp 6.400. Organda harus melakukan evaluasi pengaruhnya terhadap biaya operasional, tidak tertutup kemungkinan akan ada penyesuaian terhadap tarif kelas ekonomi,” katanya.
Meskipun demikian, Organda masih memerlukan perhitungan teknis lebih dalam terkait penyesuaian tarif nantinya. Setelah mendapatkan hitungan tarif, Organda akan langsung menyampaikannya kepada pemerintah, Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Hal yang sama juga membuat sejumlah sopir angkutan umum kebingungan. Fluktuasi harga BBM menyebabkan ketentuan tarif angkutan umum kini berubah-ubah dalam waktu relatif singkat. Operator angkutan umum juga harus menyesuaikan biaya operasi dan menghitung ulang tarif yang pas.
Harga premium ditetapkan menjadi Rp 6.600 per liter atau turun Rp 1.100 per liter dari yang sebelumnya Rp 7.600 per liter. Sementara solar turun Rp 850 per liter menjadi Rp 6.400 per liter dari sebelumnya Rp 7.250 per liter. Pertamax yang bukan BBM bersubsidi juga turun harga menjadi Rp 8.000 per liter. Pertamax plus pun ikut turun menjadi Rp 9.050 per liter.